E. Standar Akuntansi Keuangan No. 25
Laporan laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja dari suatu perusahaan selama suatu periode tertentu. Informasi tentang kinerja suatu
perusahaan, terutama tentang profitabilitas, dibutuhkan untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh suatu perusahaan
serta untuk memperkirakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan kas dan aktiva yang disamakan dengan kas di masa yang akan datang.
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 25 dijelaskan penggolongan, pengungkapan dan perlakuan akuntansi atas unsur tertentu dalam
laporan laba rugi sehingga semua perusahaan dalam menyusun dan menyajikan laporan laba ruginya berlandaskan pada suatu basis yang konsisten. Hal tersebut
berguna dalam meningkatkan daya banding laporan keuangan antar periode suatu perusahaan dan laporan keuangan antar perusahaan.
Sehubungan dengan itu maka dalam pernyataan ini ditetapkan standar tentang penggolongan dan pengungkapan pos luar biasa, pengungkapan tentang unsur-
unsur tertentu sehubungan dengan laba rugi aktivitas normal, perubahan estimasi akuntansi, kebijakan akuntansi dan perlakuan akuntansi atas kesalahan yang
mendasar. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 25 mengatur tentang penetapan
laba atau rugi bersih selama periode dan pengungkapan pos-pos tertentu yang tercakup dalam laba atau rugi bersih. Dalam menyusun laporan laba rugi bersih
suatu perusahaan untuk periode berjalan, unsur-unsur pendapatan dan beban yang diakui dalam periode tersebut harus tercakup dalam penetapan laba atau rugi
Universitas Sumatera Utara
bersih perusahaan untuk periode tersebut. Semua unsur pendapatan dan beban tersebut timbul dari aktivitas normal perusahaan. Karenanya, jarang sekali terjadi
suatu kejadian atau transaksi menimbulkan suatu pos luar biasa. Jika ada suatu transaksi atau kejadian secara jelas berbeda dengan aktivitas normal perusahaan
maka transaksi atau kejadian tersebut digolongkan ke dalam pos luar biasa. Laporan laba atau rugi bersih untuk periode berjalan terdiri dari unsur-unsur
berikut, yaitu : a.
Laba atau rugi dari aktivitas normal. b.
Pos luar biasa. Ad.1. Laba atau rugi dari aktivitas normal
Yang dimaksud dengan aktivitas normal adalah setiap aktivitas yang dilakukan oleh sebuah perusahaan sebagai bagian dari usahanya dan aktivitas-
aktivitas yang terkait dengan kegiatan usaha utama perusahaan tersebut. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia 2002, PSAK No. 25, par.15
Bila dalam laba atau rugi dari aktivitas normal terdapat unsur penghasilan danatau beban yang pengungkapan tentang ukuran, hakikat atau terjadinya
dianggap relevan untuk menjelaskan kenerja suatu perusahaan selama periode tertentu, maka hakikat dan jumlah unsur tersebut harus diungkapkan secara
terpisah.
Lebih lanjut, Ikatan Akuntan Indonesia 2002, PSAK No. 25, par.17 menyatakan:
Kondisi-kondisi yang menimbulkan unsur-unsur penghasilan dan beban seperti yang dinyatakan dalam paragraf 15 mencakup antara lain:
a Penurunan nilai write-down persediaan sampai jumlah yang diperkirakan
dapat direalisasi net realizable value, maupun pemulihan kembali penurunan nilai tersebur;
b Restrukturisasi restructuring aktivitas-aktivitas suatu perusahaan dan
pembalikan reversal setiap penyisihan untuk biaya restrukturisasi;
Universitas Sumatera Utara
c Pelepasan disposal aktiva tetap;
d Pelepasan investasi jangka panjang;
e Operasi yang tidak dilanjutkan;
f Penyelesaian gugatan hukum.
Ad.2. Pos luar biasa Yang dimaksud dengan pos luar biasa adalah penghasilan ataupun kejadian
transaksi yang secara jelas berbeda dari aktivitas normal perusahaan dan karenanya tidak diharapkan untuk sering terjadi atau terjadi secara teratur.
Pos luar biasa harus diungkapkan secara terpisah dalam laporan laba rugi. Suatu transaksi secara jelas berbeda dengan aktivitas normal suatu perusahaan
dapat digolongkan ke dalam pos luar biasa. Suatu transaksi atau kejadian mungkin luar biasa bagi suatu perusahaan, namun tidak luar biasa bagi perusahaan lain. Hal
ini disebabkan oleh perbedaan-perbedaan aktivitas normal masing-masing perusahaan.
Dalam IAI 2002, PSAK No. 25, par.12 dinyatakan bahwa: Suatu kejadian atau transaksi dapat diklasifikasikan sebagai pos luar biasa jika
memenuhi dua kriteria berikut: a.
Bersifat tidak normal. Kejadian atau transaksi yang bersangkutan memiliki tingkat abnormalitas
yang tinggi dan tidak mempunyai hubungan dengan kegiatan normal perusahaan.
b. Tidak sering terjadi
Kejadian atau transaksi yang bersangkutan tidak sering terjadi dalam kegiatan normal perusahaan.
Penerapan kedua kriteria di atas harus selalu dihubungkan dengan sifat dan karakteristik dari kegiatan perusahaan serta faktor geografis perusahaan. Bila
hanya salah satu kriteria tersebut terpenuhi, maka transaksi atau kejadian tersebut dikelompokkan sebagai penghasilan atau beban lain-lain. Contoh kejadian atau
Universitas Sumatera Utara
transaksi yang pada umumnya menimbulkan kerugian luar biasa bagi perusahaan adalah :
a Kerugian sebagai akibat gempa bumi, kebakaran, atau banjir. Kerugian
tersebut setelah dikurangi dengan klaim asuransi jika ada disajikan sebagai unsur pos luar biasa dalam laporan laba rugi.
Contoh kejadian atau transaksi yang tidak dikelompokkan sebagai pos luar biasa antara lain :
i Perusahaan manufaktur yang membeli tanah untuk tujuan ekspansi. Namun
karena sesuatu hal, proyek ekspansi tidak dapat dilaksanakan sehingga perusahaan bermaksud menjual kembali tanah tersebut. Keuntungan atau
kerugian yang diperoleh dari penjualan tanah tersebut tidak dapat dikelompokkan dalam pos luar biasa karena walaupun tidak termasuk dalam
kegiatan utama perusahaan dan tidak diharapkan terjadi, namun kejadian ini tidak mempunyai tingkat abnormalitas yang tinggi. Adalah hal yang wajar jika
perusahaan menjual kembali aktiva tetap yang dimilikinya yang tidak dipergunakan lagi.
ii Penghapusbukuan write off aktiva tetap karena aktiva tetap tersebut sudah
mengalami keusangan teknologi. Pos luar biasa dalam laporan laba rugi disajikan setelah laba yang berasal dari
kegiatan normal perusahaan. Hakekat dari pos luar biasa dan pertimbangan yang mendasari pengelompokkan kejadian atau transaksi tersebut sebagai pos luar biasa
harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Dengan demikian pemakai laporan keuangan tetap dapat melakukan evaluasi mengenai kinerja
Universitas Sumatera Utara
perusahaan yang berasal dari kegiatan normal selama periode tersebut sekaligus juga melihat pengaruh dari pos luar biasa terhadap perhitungan laba rugi
perusahaan untuk periode yang bersangkutan. Dalam menyusun laporan laba rugi bisa saja ditemui kesalahan mendasar
Fundamental Error dalam laporan keuangan. Kesalahan dalam penyusunan laporan laba rugi pada satu atau lebih periode sebelumnya mungkin baru
ditemuka n dalam periode berjalan. Kesalahan mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis, kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi,
kesalahan interpretasi fakta, kecurangan atau kelalaian. Koreksi atas kesalahan tersebut biasanya dimasukkan dalam perhitungan laba atau rugi bersih untuk
periode berjalan. Suatu kesalahan mempunyai pengaruh signifikan bagi satu atau lebih laporan keuangan periode sebelumnya sehingga laporan-laporan keuangan
tersebut tidak dapat diandalkan lagi. Koreksi kesalahan yang mendasar dapat dibedakan dari perubahan estimasi
akuntansi. Estimasi akuntansi pada hakikatnya adalah suatu taksiran approximations yang mungkin perlu direvisi dengan adanya informasi tambahan
yang diketahui dalam periode berikutnya. Misalnya, untung atau rugi yang diakui sebagai akibat suatu kontinjensi, yang sebelumnya tidak dapat diperkirakan secara
akurat, atau perubahan dalam taksiran masa manfaat dan nilai sisa aktiva tetap yang disusutkan bukan merupakan koreksi atas kesalahan mendasar.
Dalam mengoreksi suatu kesalahan yang mendasar, jumlah koreksi yang berhubungan dengan periode sebelumnya harus dilaporkan dengan menyesuaikan
saldo laba awal periode. Informasi komparatif harus dinyatakan kembali, kecuali
Universitas Sumatera Utara
jika untuk melaksanakannya dianggap tidak praktis. Dalam hal ini perusahaan pelapor harus mengungkapkan hal-hal berikut : hakekat kesalahan mendasar,
jumlah koreksi untuk periode berjalan dan periode-periode sebelumnya, jumlah koreksi yang berhubungan dengan periode-periode sebelum periode yang tercakup
dalam informasi komparatif dan kenyataan bahwa informasi komparatif telah dinyatakan kembali atau kenyataan bahwa informasi komparatif tidak praktis
untuk dinyatakan kembali. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam suatu perusahaan harus
diterapkan secara konsisten pada setiap periode. Perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya jika penerapan suatu kebijakan akuntansi yang berbeda
diwajibkan oleh peraturan perundangan atau Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, atau jika diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan
menghasilkan penyajian kejadian atau transaksi yang lebih sesuai dalam laporan keuangan suatu perusahaan.
Suatu perubahan kebijakan akuntansi yang dilakukan sehubungan dengan penerapan suatu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang diberlakukan
harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan masa transisi yang ditentukan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tersebut.
Ikatan Akuntan Indonesia 2002, PSAK No. 25, par.7-8 mengemukan cara penyajian pendapatan dan beban dalam laporan laba rugi sebagai berikut :
Semua unsur pendapatan dan beban yang diakui dalam suatu periode harus tercakup dalam penetapan laba atau rugi bersih untuk periode tersebut kecuali
jika standar akuntansi keuangan yang berlaku mensyaratkan atau memperbolehkan sebaliknya. Biasanya semua unsur pendapatan dan beban
yang diakui dalam suatu periode tercakup dalam penetapan laba atau rugi bersih untuk periode tersebut, termasuk juga pos luar biasa dan dampak
Universitas Sumatera Utara
perubahan estimasi akuntansi. Tetapi dalam keadaan tertentu mungkin diperlukan untuk mengeluarkan unsur-unsur tertentu dari laba atau rugi bersih
untuk periode berjalan. Pernyataan ini menyangkut dua kondisi tertentu : koreksi atas kesalahan yang mendasar dan dampak perubahan kebijakan
akuntansi.
Kelayakan laba atau rugi suatu periode tergantung dari kebenaran penetapan pendapatan dan beban serta ketepatan dalam menentukan pisah batas atas
pendapatan dan beban tersebut pada akhir suatu periode. Untuk mendapatkan gambaran laba atau rugi yang layak haruslah dibandingkan antara pendapatan
yang dibentuk oleh beban-beban tersebut. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia 2002, PSAK No. 25, par.15-16 :
Bila dalam laba atau rugi dari aktivitas normal terdapat unsur penghasilan dan atau beban yang pengungkapan tentang ukuran, hakekat atau terjadinya
dianggap relevan untuk menjelaskan kinerja suatu perusahaan selama periode tertentu, maka hakekat dan jumlah unsur tersebut harus diungkapkan secara
terpisah. Walaupun unsur penghasilan dan beban dari aktivitas normal seperti yang
dijelaskan pada paragraf 15 bukan pos luar biasa, tetapi jika hakekat dan jumlahnya dianggap relevan bagi pemakai laporan keuangan untuk memahami
dan memproyeksi posisi keuangan dan kinerja suatu perusahaan, maka pengungkapannya perlu dibuat. Pengungkapan tersebut biasanya dibuat dalam
catatan atas laporan keuangan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian