Uji Normalitas PEMBAHASAN ANALISA DATA

35

BAB IV ANALISA DATA

A. Uji Normalitas

Penelitian ini menggunakan uji normalitas dengan menggunakan teknik explore pada variabel identitas etnis pada remaja yang memiliki orangtua berbeda etnis Batak ayah-Minang ibu, yaitu ayah Batak dan ibu Minang, dan Minang ayah -Batak Ibu yaitu ayah Minang dan ibu Batak. Uji normalitas dilakukan untuk melihat kesesuaian sampel penelitian terhadap populasinya. Pada variabel identitas etnis pada remaja yang memiliki orangtua berbeda etnis menunjukkan skor sebaran normalitas dengan nilai 0.011, dan hal tersebut menunjukkan bahwa data sebaran data tersebut adalah tidak normal dengan p 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini hanya dapat digeneralisasi pada subjek penelitian saja.

B. Gambaran Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah remaja yang memiliki orangtua dengan suku Batak dan Minang, baik Ayah yang bersuku Batak, dan Ibu yang bersuku Minang, atau sebaliknya. Total subjek dalam penelitian ini adalah sebanyak 72 orang remaja. Universitas Sumatera Utara

1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Suku Orangtua

Berdasarkan suku kedua orangtua yaitu Batak ayah-Minang ibu ayah bersuku Batak, ibu bersuku Minang dan Minang ayah -Batak Ibu ayahh bersuku Minang, dan ibu bersuku Batak, maka dapat digambarkan penyebaran subjek seperti yang tertera pada tabel 4 berikut : Tabel 5: Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Identitas Etnis Orangtua Suku Orangtua Frekuensi Persentase Batak ayah – Minang ibu 41 56.9 Minang ayah – Batak ibu 31 43.1 TOTAL 72 100 Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa remaja dengan orangtua, Ayah bersuku Batak dan Ibu bersuku Minang 56.16, yang berarti bahwa remaja tersebut memiliki dua etnis dominan, dan Ayah bersuku Minang dan Ibu bersuku Batak 43.84, yaitu remaja yang tidak memiliki suku dominan.

2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin dari subjek penelitian, maka dapat digambarkan penyebaran subjek remaja dari orangtua suku Batak ayah – Minang ibu dan Minang ayah-Batak ibu seperti pada tabel 6 berikut : Tabel 6: Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Laki – laki 31 43 Perempuan 41 57 TOTAL 72 100 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa, sebagian besar subjek dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 41 orang 57, sedangkan laki-laki berjumlah 31 orang 43. Dari data tersebut juga nantinya akan ditemukan mengenai eksplorasi dan komitmen remaja perempuan maupun remaja laki-laki, dan bagaimana mengenai status identitasnya. Tabel 7: Skala identitas etnis berdasarkan dimensi eksplorasi dan komitmen Berdasarkan tabel 7, dapat dilihat bahwa nilai empirik dari dimensi eksplorasi lebih tinggi daripada nilai hipotetik, hal tersebut menunjukkan bahwa remaja yang memiliki orangtua Batak ayah-Minang ibu, dan Minang ayah -Batak Ibu secara keseluruhan memiliki identitas etnis yang tinggi. Selain itu, nilai empirik pada dimensi komitmen juga lebih tinggi daripada nilai hipotetiknya, hal tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan, remaja dari orangtua Batak ayah- Minang ibu dan juga Minang ayah -Batak Ibu memilki komitmen yang tinggi terhadap identitas etnis mereka. Skala identitas etnis N Nilai empirik Nilai hipotetik Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD eksplorasi 72 8 18 12.86 2.24 5 20 12.5 2.5 Komitmen 72 14 27 20.31 3 7 28 17.5 3.5 Universitas Sumatera Utara

1. Remaja Dengan Orangtua Batak-Minang dan Minang-Batak

Tabel 8: Kategorisasi Remaja berdasarkan dimensi eksplorasi Dimensi Kategorisasi Rentang nilai Frekuensi Eksplorasi Rendah X 12.5 34 47.2 Tinggi X≥12.5 38 52.7 Tabel 8 menunjukkan mengenai eksplorasi pada remaja Batak ayah-Minang ibu dan remaja dari orangtua Minang ayah- Batak ibu. Dari tabel tersebut terlihat bahwa remaja dari kedua suku tersebut memiliki eksplorasi yang tinggi terhadap identitas etnis mereka, meskipun pada remaja yang non dominan, lebih banyak yang rendah terhadap eksplorasi namun tidak terlalu berbeda jauh. Tabel 9: Kategorisasi remaja berdasarkan dimensi komitmen Pada dimensi komitmen terlihat bahwa remaja dominan, yaitu remaja dari Batak ayah- Minang ibu memiliki komitmen yang sama baiknya dengan remaja non dominan yaitu remaja yang memiliki ayah Minang dan ibu Batak memiliki komitmen yang tinggi secara umum. Dimensi Kategorisasi Rentang nilai Frekuensi Persentase Komitmen Rendah X 17,5 11 15.3 Tinggi X ≥ 17,5 61 84.7 Universitas Sumatera Utara

2. Status Identitas Remaja

Tabel 10: Status Identitas Remaja Keterangan : Remaja dominan 1. Perempuan : Achieved 11, foreclosure 10, diffusion 3, moratorium - 2. Laki-laki : Acheved 12, foreclosure -, diffusion 1, moratorium 3 Remaja non-dominan 1. Perempuan : Achieved 3, foreclosure 6, diffusion 5, moratorium 2 2. Laki-laki : Acheved 6, foreclosure 5, diffusion 1, moratorium 2 Tabel 10 di atas menunjukkan status identitas para remaja laki-laki dan perempuan secara keseluruhan baik dari suku dominan yaitu ayah bersuku Batak dan Ibu bersuku Minang maupun suku non dominan yaitu ayah bersuku Minang Universitas Sumatera Utara dan ibu bersuku Batak. Pada remaja dominan terlihat bahwa untuk remaja perempuan sebanyak 45,8 memiliki status achieved identity, sebanyak 41,7 memiliki status foreclosure dan hanya 12,5 yang memiliki status diffusion, sedangkan untuk moratorium tidak ada satu remaja perempuan dominan yang berada pada status tersebut. Sejalan dengan remaja laki-laki dominan, terlihat bahwa remaja tersebut memiliki skor paling tinggi pada status achieved identity sebesar 75, sedangkan foreclosure tidak ada satu remaja laki-laki pun yang berada pada status tersebut, dan hanya sedikit dari mereka yang berada pada status diffusion dan moratorium, yaitu sebanyak 6,25 dan 18,75. Scatter plot di atas juga menjelaskan mengenai status identitas untuk para remaja non dominan, baik yang perempuan maupun laki-laki. Dari scatter plot di atas dapat dilihat bahwa untuk remaja perempuan non dominan hanya sedikit dari mereka yang berada pada status achieved identity yaitu sebesar 18,75, dan sebagian besar dari mereka berada pada status foreclosure sebesar 37,5 dan diffusion sebesar 31,25, dan sisanya berada pada moratorium 12,5. Berbeda dengan remaja perempuan dominan, untuk remaja laki-laki non dominan sebagian besar dari mereka berada pada status achieved identity yaitu sebesar 42,9 dan untuk foreclosure sebesar 35,7, dan hanya sedikit dari remaja laki-laki ini yang berada pada diffusion yaitu 7,1 dan moratorium yaitu 14,3. Universitas Sumatera Utara

3. Analisa Tambahan

Tabel 11: latar belakang alasan remaja dalam memilih suku Berdasarkan tabel 11, dapat dilihat bahwa secara umum, remaja memilih suku mereka berdasarkan pemahaman mereka sendiri terhadap identitas etnis tersebut, hal tersebut mengindikasikan bahwa para remaja secara umum baik yang dominan maupun yang non dominan, sebelum memilih suku tersebut, mereka terlebih dahulu memahami nilai-nilai yang ada pada suku tersebut. Alasan Remaja Memilih Suku mengikuti orang tua lingkungan memahami sendiri tidak memilih Universitas Sumatera Utara

A. PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran remaja yang memiliki orangtua berbeda etnis Batak-Minang yaitu remaja yang memiliki ayah bersuku Batak dan ibu bersuku Minang, maupun sebaliknya yaitu ayah bersuku Minang dan ibu bersuku Batak. Berdasarkan data penelitian yang dianalisis kemudian dilakukan pembahasan tentang hasil penelitian tersebut. Secara umum remaja dominan yaitu remaja yang memiliki orangtua ayah bersuku Batak dan ibu bersuku Minang, maupun remaja non dominan yaitu remaja yang memiliki orangtua ayah bersuku Minang dan ibu bersuku Batak, secara keseluruhan memiliki eksplorasi dan komitmen yang tinggi. Hal tersebut juga didukung dengan status identitas dari remaja kedua suku tersebut. Remaja yang dominan maupun yang non dominan sebagian besar memiliki status achieved identity, dan foreclosure. Sesuai dengan tabel 11, yaitu sebagian besar remaja memilih suku mereka, karena mereka mencari tahu sendiri terlebih dahulu mengenai suku mereka sebelum akhirnya memilih suku tersebut, walaupun ada juga remaja yang memilih suku tersebut karena mengikuti orangtua dan lingkungannya. Hanya sedikit remaja yang memiliki status diffusion, hal tersebut juga didukung oleh tabel 11, pada tabel tersebut terlihat bahwa hanya sedikit remaja yang memilih “tidak memilih” dalam hal ini berarti bahwa mereka tidak memilh identitas etnis mereka. Bahkan ada remaja yang non dominan memiliki status moratorium, hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun mereka tidak memiliki Universitas Sumatera Utara suku yang jelas, namun mereka memiliki keinginan untuk lebih mengetahui etnis dan memilih etnis mereka. Berbeda dengan hasil penelitian Asri 2011 yang menyatakan bahwa remaja dari suku Minang-Batak, yaitu remaja yang memiliki ayah bersuku Minang dan ibu bersuku Batak, mengalami krisis identitas, namun dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa secara keseluruhan remaja dari dua suku yaitu remaja dari orangtua Batak-Minang yaitu ayah Batak dan ibu Minang, maupun remaja dari orangtua Minang-Batak yaitu ayah Minang dan ibu Batak tersebut sebagian besar memiliki eksplorasi dan komitmen yang tinggi, yang mengindikasikan sebagian besar dari mereka memiliki identitas yang jelas. Hal tersebut terjadi disebabkan kota Medan merupakan kota yang multikultural, sehingga identitas merupakan hal yang penting, identitas yang dimaksud dalam hal ini adalah identitas etnis. Sejalan dengan Berghe dalam Moies,2008 masyarakat multikultural memiliki beberapa karakteristik, salah satunya yaitu terdapat segmentasi kedalam beberapa subkebudayaan yang berbeda satu sama lain. Remaja laki-laki yang dominan yaitu remaja laki-laki yang memiliki ayah bersuku Batak dan ibu bersuku Minang, maupun remaja laki-laki non dominan yaitu remaja yang memiliki ayah Minang dan ibu bersuku Batak, remaja dari kedua suku tersebut memiliki eksplorasi dan komitmen yang tinggi terhadap identitas etnis mereka. hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun remaja laki-laki non dominan tidak memiliki suku yang pasti sebagai akibat dari perbedaan garis keturunan namun hal tersebut tidak mempengaruhi mereka dalam hal memilih suku. Berdasarkan data tambahan juga ditemukan bahwa kebanyakan remaja laki- Universitas Sumatera Utara laki tersebut memilih suku yang sesuai dengan suku ayah mereka baik yang dominan maupun non dominan, hal tersebut mengindikasikan bahwa remaja laki- laki lebih meyakini bahwa pewarisan keturunan berasal dari patrilineal. Berdasarkan status identitas, baik remaja laki-laki dominan yaitu ayah bersuku Batak dan ibu bersuku Minang maupun non dominan yaitu ayah bersuku Minang dan ibu bersuku Batak, remaja kedua suku tersebut lebih banyak memiliki status achieved identity yang berarti bahwa remaja-remaja tersebut telah mengeksplor suku tersebut sebelum akhirnya memilih untuk berkomitmen dengan suku tersbut. Hanya sedikit remaja laki-laki yang dominan maupun non dominan yang memiliki status moratorium dan diffusion, hal tersebut menunjukkan bahwa dalam memilih suku mereka, hanya sedikit dari remaja tersebut yang masih mencari tahu mengenai identitas etnis mereka, dan masih belum memutuskan untuk menjadi bagian dari suku tersebut, dan hanya sedikit remaja yang tidak memilih suku sebagai identitas mereka, hal ini juga didukung oleh tabel 11. Untuk status foreclosure, pada remaja dominan tidak ada seorang pun yang memiliki status tersebut, namun untuk remaja laki-laki yang non dominan ada beberapa dari remaja tersebut yang memiliki status tersebut, hal tersebut mengindikasikan bahwa dalam menentukan suku, para remaja tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya, seperti orangtua, teman, atau bahkan lingkungan tempat tinggal. Berbeda dengan remaja laki-laki, terjadi perbedaan pada remaja perempuan baik remaja perempuan dominan yaitu ayah bersuku Batak dan ibu bersuku Minang maupun remaja perempuan non dominan yaitu ayah bersuku Minang dan Universitas Sumatera Utara ibu bersuku Batak. Kedua remaja perempuan tersebut memiliki eksplorasi yang rendah terhadap identitas etnis, namun memiliki komitmen yang tinggi terhadap identitas etnis mereka. Hal ini mengindikasikan bahwa, para remaja perempuan dalam menentukan suku mereka, ada faktor- faktor lain yang mempengaruhi mereka, seperti orangtua, maupun lingkungan. Selain itu, faktor jenis kelamin, kemungkinan juga berpenagruh dalam hal ini, karena kota Medan didominasi oleh masyarakat patrilineal, hal tersebut membuat posisi para wanita kurang menonjol dalam penentuan keturunan, untuk perempuan yang non dominan hal tersebut semakin mengecilkan posisi mereka, dan mungkin menyebabkan ketidakpedulian mereka terhadap identitas etnis merka, hal ini juga bisa dilihat melalui status identitas para remaja tersebut. Jika dilihat berdasarkan status identitas, remaja perempuan dominan, lebih banyak berada pada status achieved identity dan foreclosure hal ini menunjukkan bahwa remaja perempuan dominan dalam memilih suku mereka sebagai latar belakang, juga dipengaruhi oleh orangtua dan lingkungan, hal ini juga sesuai dengan pernyataan Pahl Way 2006 yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi identitas etnis adalah lingkungan tempat tinggal dan juga family cohesion. Untuk remaja perempuan non dominan, kebanyakan remaja perempuan dari suku tersebut memiliki status diffusion dan foreclosure. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh suku remaja perempuan non dominan yang tidak kuat, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa remaja non dominan tidak memiliki suku yang pasti sebagai akibat dari perbedaan pewarisan keturunan, selain itu faktor Universitas Sumatera Utara lingkungan seperti tempat tinggal juga menjadi faktor yang penting dalam menentukan identitas seseorang, ketika remaja perempuan tinggal dilingkungan dengan mayoritas budaya patrilineal, hal tersebut semakin menunjukkan posisi lemah perempuan, karena mereka dianggap tidak terlalu memberikan posisi dalam pewarisan keturunan, hal tersebut juga semakin membuat remaja perempuan non dominan tidak terlalu peduli dengan suku mereka. Universitas Sumatera Utara 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Secara umum, baik remaja Batak-Minang yaitu ayah Batak dan ibu Minang, maupun remaja Minang-batak yaitu ayah Minang dan ibu Batak, remaja dari kedua suku tersebut memiliki eksplorasi dan komitmen yang tinggi terhadap identitas etnis mereka, dan hanya sedikit dari remaja tersebut yang memiliki nilai yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa baik remaja dengan suku yang dominan maupun non dominan, mereka sangat peduli dengan identitas etnis mereka. 2. Status identitas untuk remaja secara umum, yaitu remaja Batak- Minang, yang mana ayah bersuku Batak dan ibu bersuku Minang, maupun remaja Minang-Batak, yaitu ayah bersuku Minang dan ibu bersuku Batak, sebagian besar dari para remaja tersebut memiliki status achieved identity, foreclosure identity, dan hanya sedikit dari mereka yang memiliki diffusion identity dan moratorium identity. 3. Berdasarkan jenis kelamin, remaja laki-laki yang dominan yaitu ayah bersuku Batak dan ibu bersuku Minang, maupun yang non dominan yaitu ayah bersuku Minang dan ibu bersuku Batak, sebagian besar dari mereka memiliki eksplorasi dan komitmen yang tinggi terhadap identitas etnis mereka, dan sebagian besar dari mereka juga memiliki status Achieved identity dan hanya sedikit dari mereka yang memiliki Universitas Sumatera Utara