Perumusan Masalah Hipotesis Defenisi Konsep

Usaha untuk mencapai sasaran pokok dan pembinaan yang dilakukan tidaklah semudah dan segampang yang kita bayangkan, karena seperti yang kita ketahui apabila seseorang yang masuk kedalam organisasi tempat dimana ia bekerja, ia pasti mempunyai motif tertentu yang menyebabkan orang tersebut mau melakukan jenis pekerjaan tertentu. Permasalahan penerapan disiplin kerja bukanlah suatu hal yang mudah, akan tetapi suatu hal yang sulit sekali untuk dilaksanakan, dikarenakan disiplin berkaitan dengan berbagai segi dan tingkah laku seseorang yang menyangkut pribadinya dan kelompok dalam suatu wadah tertentu. Namun jika disiplin mampu diterapkan dan dilaksanakan maka tujuan organisasi mampu dicapai secara baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Bila kurangnya disiplin pegawai dalam suatu instansi pemerintah hal ini juga menunjukkan bahwa mereka kurang menghargai dan menaati sumpah atau janji sebagai abdi Negara, abdi pemerintah dan abdi masyarakat. Dapat dilihat juga karena rata-rata tempat tinggal pegawai negeri sipil yang bertugas di kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun berada di Kota Pematang Siantar yang berjarak ± 30 Km. Berdasarka uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pengawasan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh Universitas Sumatera Utara pengawasan terhadap disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun.

1.3 T ujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengawasan kerja Pegawai Negeri Sipil di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun 2. Untuk mengetahui bagaiman disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengawasan terhadap disiplin

kerja Pegawai Negeri Sipil di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menambah wawasan peneliti dalam teori dan praktek dilapangan tentang pengaruh pengawasan terhadap Pegawai Negeri Sipil di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun. Universitas Sumatera Utara 2. Menambah pengetahuan dan melatih peneliti dalam membuat karya ilmiah berfikir logis serta objektif dalam menyelesaikan suatu masalah. 3. Sebagai bahan masukan bagi Kanto Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun. 4. Sebagai bahan masukan maupun perbandingan bagi yang membutuhkan, khususnya mahasiswa jurusan Administrasi Negara didalam mengembangkan karya ilmiah. 1.5 Kerangka Teori Menurut Nawawi 1991 : 39 mengatakan bahwa setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. 1.5.1 Pengawasan 1.5.1.1 Pengertian Pengawasan Suatu sistem pengawasan yang baik sangat penting dan berpengaruh dalam proses pelaksanaan kegiatan, baik dalam organisasi pemerintah maupun swasta. Karena tujuan pengawasan adalah mengamati apa yang sebenarnya terjadi dan membandingkan dengan apa yang seharusnya terjadi dengan maksud untuk secepatnya melaporkan penyimpangan atau hambatan kepada pimpinan yang bersangkutan agar diambil tindakan korektif yang perlu. Universitas Sumatera Utara Secara umum pengawasan dapat diartikan sebagai perbuatan untuk melihat dan memonitor terhadap orang agar sesuai dengan kehendak yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Manullang 2002:173, pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana- rencana. Herujito 2001 : 242 pengawasan adalah mengamati dan mengalokasikan dengan tepat penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Henry Fayol, sebagaimana dikutip oleh Harahap 2001 : 10 mengatakan bahwa pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan dan prinsip yang dianut juga dimaksudkan untuk rnengetahui kelemahan dan kesalahan agar dapat dihindari kejadiannya dikemudian hari. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengawasan merupakan suatu usaha untuk mengetahui apalah suatu tugas dan pekerjaan yang dilakukan karyawan tersebut telah dilakukan ketentuan yang telah ditetapkan. Kadarman 2001:159 pengawasan adalah upaya yang sistematis untuk menetapkan kinerja standar pada rencana untuk merancang sistem umpan balik informasi untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan dan mengukur signifikasi penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya yang telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan organisasi. Jadi Universitas Sumatera Utara dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan, pengawasan sangat dibutuhkan. Dengan adanya pengawasan yang baik diharapkan rencana atau tujuan yang telah ditetapkan akan dapat terjadi dengan efektif dan efisien. Selanjutnaya Handoko 2003:369 mengatakan bahwa pengawasan adalah proses untuk menjamin bahwa tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Pengawasan merupakan elemen tugas-tugas manajerial dan mencakup tindakan pengukuran dan perbaikan korelasi performa pihak yang diawasi guna memastikan bahwa sasaran-sasaran, instruksi yang dikeluarkan dilaksanakan secara efisien dan berjalan lancar. Sebagai pendukung terhadap defenisi diatas maka Manullang 2002:173, menegaskan bahwa pengawasan diartikan sebagai suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana. Dari keseluruhan pendapat diatas dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pengawasan merupakan kegiatan yang dapat dilakukan setiap saat. Kegiatan pengawasan dimaksudkan untuk mencegah atau memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian, penyelewengan dan lainnya yang tidak sesuai dengan tugas dan wewenang yang telah ditentukan, jadi maksud pengawasan bukan mencari kesalahan tetapi mencari kebenaran terhadap hasil pelaksanaan pekerjaannya.

1.5.1.2 Jenis-Jenis Pengawasan

Menurut Handayaningrat 1983:144 pada dasarnya pengawasan terdiri dari 4 empat macam yaitu : Universitas Sumatera Utara a. Pengawasan dari dalam organisasi Internal Control Pengawasan dari dalam artinya bahwa pengawasan yang dilakukan oleh unit atau aparat pengawasan berasal dari dalam organisasi, yang bertindak atas nama pimpinan organisasi, dimana hasil dari tindakannya berupa data atau informasi yang berguna bagi pimpinan dalam menilai kebijakan yang telah ada atau menentukana kebijakan berikutnya, sebagai perbaikan terhadap pelaksanaan pekerjaan bawahannya. b. Pengawasan dari Luar Organisasi External Control Pengawasan ini dilakukan oleh aparat atau unit pengawasan dari luar organisasi yang bertindak atas nama atasan pimpinan organisasi. Misalnya pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan terhadap suatu departemen atau instansi yang bertindak atas nama pemerintah atau presiden. b. Pengawasan preventif Pengawasan yang dilakukan sebelum rencana itu dilaksanakan dengan maksud agar tidak ada kesalahan atau penyimpangn data dalam melakukan kegiatan organisasi, dalam hal ini misalnya menentukan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan prosedur, hubungan dengan tata cara kerja atau menentukan pedoman kerja sesuai dengan peraturan atau ketentuan yang ditetapkan. Universitas Sumatera Utara c. Pengawasan Represif Pengawasan ini dilakukan setelah adanya pelaksanaan pekerjaan, dengan cara menilai dan membandingkan pelaksanaan pekerjaan dengan rencana yang telah ditetapkan, kemudian diambil tindakan pekerjaan selanjutnya berjalan sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya.

1.5.1.3 Tujuan Pengawasan

Dalam rangka meningkatkan disiplin kerja pegawai dengan tujuan untukmencapai tujuan organisasi sangat perlu diadakan pengawasan, karena pengawasan mempunyai beberapa tujuan yang sangat berguna bagi pihak-pihak yang melaksanakan. Menurut Ranupandojo 1990:109 tujuan pengawasan adalah mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki. Sedangkan Soekarno dalam Gouzali Saydam 1993 : 197 mengemukakan tujuan pengawasan antara lain adalah : 1 Untuk mengetahui apakah suatu kegiatan sudah berjalan sesuai dengan rencana. 2 Untuk mengetahui apakah suatu kegiatan sudah sesuai dengan instruksi. 3 Untuk mengetahui apakah kegiatan telah berjalan efisien. 4 Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan dan kelemahan-kelemahan dalam kegiatan. Universitas Sumatera Utara 5 Untuk mencari jalan keluar bila ada kesulitan, kelemahan atau kegagalan kearah perbaikan. Tujuan utama dari pengawasan ialah mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi kenyataan. Untuk dapat benar-benar merealisasi tujuan utama tersebut, maka pengawasan pada taraf pertama bertujuan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan instruksi yang telah dikeluarkan, dan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana berdasarkan penemuan-penemuan tersebut dapat diambil tindakan untuk memperbaikinya, baik pada waktu itu maupun waktu-waktu yang akan datang. Manullang, 2004:173. Menurut Sukarna 1992:112 tujuan pengawasan adalah : 1. Untuk mengetahui jalannya pekerjaan apakah lancar atau tidak 2. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan mengusahakan pencegahan agar supaya tidak terulang kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan-kesalahan yang baru 3. Untuk mengetahui apakah penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam perencanaan terarah pada sasarannya dan sesuai dengan yang telah ditentukan untuk mengetahui apakah biaya sesuai dengan program tingkat pelaksanaan seperti yang telah ditetapkan dalam rencana. 4. Untuk mengetahui hasil pekerjaan dengan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan dalam rencana 5. Untuk mengetahui apakah biaya sesuai dengan program tingkat pelaksanaan seperti yang telah ditetapkan dalam rencana. Universitas Sumatera Utara 6. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan Dengan demikian maksud dan tujuan pengawasan adalah untuk memperbaiki atau mencegah adanya kesalahan, penyimpangan-penyimpangan atau penyelewengan dalam pelaksanaan pekerjaan yang tidak sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dan untuk menghindari kerugian-kerugian yang dilakukan sejak suatu pekerjaan dimulai, sedang dikerjakan maupun setelah pekerjaan selesai dilakukan.

1.5.1.4 Prinsip-prinsip Pengawasan

Agar fungsi pengawasan mencapai hasil yang diharapkan, maka pimpinan organisasi atau unit organisasi yang melaksanakan fungsi pengawasan harus mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip pengawasan George R. Terry dalam Winardi 1986:396 prinsip pengawasan yang efektif membantu usaha-usaha kita untuk pekerjaan yang direncanakan untuk memastikan bahwa pelaksanaan pekerjaan tersebut berlangsung sesuai dengan rencana. Sedangkan menurut Ulbert Silalahi 1992:178 prinsip-prinsip pengawasan adalah : 1 Pengawasan harus berlangsung terus menerus bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan. 2 Pengawasan harus menemukan, menilai dan menganalisis data tentang pelaksanaan pekerjaan secara objektif. 3 Pengawasan bukan semata-mata untuk mencari kesalahan tetapi juga memperbaiki atau menemukan kelemahan dalam pelaksanaan pekerjaan. Universitas Sumatera Utara 4 Pengawasan harus memberi bimbingan dan mengarahkan untuk mempermudah pelaksanaan pekerjaan dalam pencapaian tujuan 5 Pengawasan tidak menghambat pelaksanaan pekerjaan tetapi harus menciptakan efisiensi hasil guna. 6 Pengawasan harus fleksibel. 7 Pengawasan harus berorientasi pada rencana dan tujuan yang telah ditetapkan Plan and Objective Oriented. 8 Pengawasan dilakukan terutama pada tempat-tempat strategis atau kegiatan- kegiatan yang sangat menentukan atau control by exception. 9 Pengawasan harus membawa dan mempermudah melakukan tindakan perbaikan Corrective Action.

1.5.1.5 Bentuk-bentuk Pengawasan

Bentuk-bentuk atau tipe pengawasan menurut Hamdan Mansoer 1989:: 158-159 sebagai berikut : 1. Pengawasan Pra Kerja Bentuk pengawasan pra kerja ini sifatnya mempersiapkan antisipasi permasalahan yang akan datang. Sifatnya mengarahkan keadaan yang akan terjadi di masa datang, sebagai peringatan untuk tidak dilanggar. Pengawasan bentuk ini memberikan patokan kerja dan tidak memandori kerja. 2. Pengawasan Semasa Kerja Pengawasan yang dilakukan pada saat tugas diselenggarakan, memungkinkan manajer melakukan perbaikan di tempat pada waktu Universitas Sumatera Utara penyimpangan diketahui. Perbaikan secara langsung sebelum penyimpangan terlalu jauh terjadi, yang mungkin akan sangat sukar meluruskannya, lebih menguntungkan pengawasan ini ialah supervisi. Supervisi langsung memungkinkan manajer melakukan tindakan koreksi langsung pula. 3. Pengawasan Pasca Kerja Pengawasan dilakukan sesudah kegiatan atau pekerjaan berlangsung dan sudah berselang waktu yang lama. Kelemahannya ialah penyimpangan baru diketahui setelah pekerjaan seluruhnya selesai, sehingga tidak mungkin diperbaiki lagi.

1.5.1.6 Asas-asas Pengawasan

Asas-asas pengawasan yang dikemukakan oleh Komaruddin 1992:19-21 antara lain : 1 Asas Sumbangan terhadap Tujuan 2 Asas Penetapan Standar 3 Asas Penetapan Pokok-Pokok Pengawasan Strategi 4 Asas Tindakan Perbaikan 5 Asas Manajemen dengan Kekecualian 6 Asas Keluwesan Pengawasan 7 Asas Keharmonisan Pengawasan 8 Asas Kecocokan Pengawasan 9 Asas Tanggung Jawab Pengawasan 10 Asas Akuntabilitas Pengawasan Universitas Sumatera Utara

1.5.1.7 Cara Pengawasan

Supaya pengawasan yang dilakukan seorang atasan efektif, maka haruslah terkumpul fakta-fakta di tangan pemimpin yang bersangkutan. Guna maksud pengawasan seperti ini, ada beberapa cara untuk mengumpulkan fakta-fakta menurut Manullang 2004:178-180 yaitu : 1. Pengawasan Melalui Peninjauan Pribadi Peninjauan pribadi personal inspection, personal observation adalah mengawasi dengan jalan meninjau secara pribadi. Sehingga dapat dilihat pelaksanaan pekerjaan. Cara pengawasan ini mengandung segi kelemahan, bila timbul syak wasangka dari bawahan. Cara seperti ini memberi kesan kepada bawahan bahwa mereka diamat-amati secara keras dan kuat sekali. Sebagai alasan karena dengan cara ini kontak langsung antara atasan dengan bawahan dapat dipererat. 2. Pengawasan Melalui Laporan Lisan Dengan cara ini, pengawasan dilakukan dengan mengumpulkan fakta- fakta melalui laporan lisan yang diberikan bawahan. Wawancara yang diberikan ditujukan kepada orang-orang atau segolongan orang tertentu yang dapat memberi gambaran dari hal-hal yang ingin diketahui, terutama tentang hasil sesungguhnya actual result yang dicapai oleh bawahannya. Dengan cara ini kedua belah pihak aktif, bawahan memberikan laporan lisan tentang hasil pekerjaannya dan atasan dapat menanyakannya lebih lanjut untuk memperoleh fakta-fakta yang diperlukan. 3. Pengawasan Melalui Laporan Tertulis Laporan tertulis written report merupakan suatu pertanggung jawaban kepada atasan mengenai pekerjaan yang dilaksanakannya, sesuai dengan instruksi Universitas Sumatera Utara dan tugas-tugas yang diberikan atasannya kepadanya. Dengan laporan tertulis yang diberikan oleh bawahan, maka atasan dapat membaca apakah bawahan- bawahan tersebut melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya dengan penggunaan hak-hak atau kekuasaan yang didelegasikan kepadanya. 4. Pengawasan Melalui Laporan Kepada Hal-hal yang Bersifat Khusus Pengawasan yang berdasarkan kekecualian atau control by exception adalah suatu sistem pengawasan dimana pengawasan itu ditujukan kepada soal- soal kekecualian. Jadi pengawasan hanya dilakukan bila diterima laporan yang menunjukkan adanya peristiwa-peristiwa yang istimewa.

1.5.1.8 Sifat – sifat Pengawasan

Pengawasan hendaknya jangan dianggap sebagai kegiatan untuk mencari kesalahan orang lain tetapi hendaknya dilaksanakan untuk mencari kebenaran dari hasil pelaksanaan kerja. Oleh karena itu, perlu diperhatikan sifat-sifat dari pengawasan Menurut Siagian 1982 ; 137, sifat – sifat pengawasan yang baik adalah: 1. Pengawasan Harus bersifat “Fact Finding” dalam arti bahwa pelaksanaan fungsi pengawasan harus menemukan fakta-fakta tentang bagaimana tugas dilakukan dalam organisasi. Terpaut dengan tugas tentunya ada faktor-faktor lain seperti faktor biaya, tenaga kerja, sistem prosedur kerja, struktur organisasi dan faktor- faktor psikologis seperti dihormati, dihargai kemajuan dalam karir dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara 2. Pengawasan Harus bersifat ”preventif” yang berarti bahwa proses pengawasan dijalankan untuk mencegah timbulnya penyelewengan-penyelewengan dari rencana yang ditentukan 3. Pengawasan Diarahkan untuk masa sekarang yang berarti bahwa pengawasan hanya ditujukan terhadap kegiatan-kegiatan yang kini dilaksanakan. 4. Pengawasan Hanya sekedar alat untuk meningkatkan efisiensi, pengawasan tidak boleh dianggap tujuan. 5. Pengawasan Hanya sekedar alat administrasi dan manajemen maka pelaksanaan pengawasan itu harus mempermudah pencapaian tujuan. 6. Proses pelaksanaan pengawasan Harus efisiensi jangan sampai terjadi pengawasan yang menghambat usaha peningkatan efisiensi. 7. Pengawasan Tidak dimaksudkan untuk menentukan siapa yang salah jika ada ketidakberesan akan tetapi untuk menemukan apa yang tidak benar. Universitas Sumatera Utara 8. Pengawasan Harus bersifat membimbing agar supaya pelaksanaan meningkatkan kemampuannya untuk melaksanakan tugas yang ditentukan kepadanya Sifat-sifat pengawasan diatas dapat juga digunakan sebagai dasar penyusun rencana dan pelaksanaan pengawasan agar rencana dan penyusunan rencana efektif harus diketahui terlebih dahulu siapa dan apa saja subjek serta objek dari pengawasan.

1.5.1.9 Proses Dasar Pengawasan

Lubis 1985:160 menyatakan proses pengawasan terdiri dari beberapa tindakan atau langkah pokok tertentu yang bersifat fundamental bagi semua pengawasan. Adapun langkah-langkah pokok ini meliputi : a. Penentuan ukuran atau pedoman baku standar Standar terlebih dahulu harus ditetapkan ini tidak lain suatu model atau suatu ketentuan yang telah diterima bersama atau yang telah ditentukan oleh pihak yang berwewenang. Standar berguna antara lain sebagai pembanding didalam pengawasan, alat pengukur untuk menjawab pertanyaan berapa suatu kegiatan atau suatu hasil telah dilaksanakan, sebagai alat untuk membantu pengertian yang lebih cepat antara pengawasan dengan yang diawasi, sebagai cara untuk memperbaiki uniformitas. Universitas Sumatera Utara b. Penilaian atau pengukuran terhadap pekerjaan yang sudah atau senyatanya dikerjakan. Ini dapat dilakukan dengan melalui laporan lisan atau tertulis, buku catatan harian tentang bagan jadwal atau grafik produksi, inspeksi atau pengawasan langsung, pertemuan atau konferensi dengan petugas-petugasyang bersangkutan, survey yang dilakukan oleh tenaga staff ataperbandingan atau badan tertentu. c. Perbandingan antara pelaksanaan pekerjaan Dengan ukuran atau standar yang telah ditetapkan untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Ini dilakukan untuk perbandingan antara hasil pengukuran tadi dengan standar, dengan maksud untuk mengetahui apakah diantaranya terdapat suatu perbedaan dan jika ada seberapa besar perbedaan itu, kemudian untuk menentukan perbedaan itu perlu diperbaiki atau tidak. d. Perbaikan terhadap penyimpangan-penyimpangan Perbaikan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi sehingga pekerjaan tadi sesuai dengan apa yang direncanakan. Bila hasil analisa menunjukan adanya tindakan koreksi, tindakan ini harus diambil. Tindakan koreksi dapat diambil dalam beberapa bentuk. Standar mungkin diubah, pelaksanaan diperbaiki, atau keduanya dilaksanakan bersamaan. Universitas Sumatera Utara

1.5.1.10 Ciri-ciri Pengawasan yang Efektif

Pelaksanaan pengawasan yang efektif merupakan salah satu refleksi dari efektifitas manajerial seorang pemimpin. Oleh karena itulah mengherankan bahwa setiap orang yang menduduki jabatan paling rendah hingga paling puncak selalu menginginkan agar baginya tersedia suatu sistrm informasi yang handal agar pelaksanaan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya benar-benar terlaksana sesuai dengan hal-hal yang telah ditetapkan dalam rencana. Bahkan dilihat dari segi pengawasan, sebagian besar kegiatan yang kegiatan yang diselenggarakan oleh berbagai satuan karja penunjang dalam organisasi sebenarnya dilakukan dalam rangka penyediaan informasi, seperti informasi keuangan, informasi kepegawaian, informasi logistik, informasi ketatausahaan dan lain sebagainya sebagai jalan untuk memperlancar jalanya pengawasan. Maka dalam hal ini pengawasan akan berlangsung dengan efektif apabila memiliki ciri- ciri sebagai berikut menurut Siagian 1992:175 : 1. Pengawasan harus merefleksikan sifat dari berbagai kegiatan yang diselenggarakan yaitu bahwa tehnik pengawasan harus sesuai antara lain dengan penemuan informasi tentang siapa yang melakukan pengawasan dan kegiatan apa yang menjadi sasaran pengawasan tersebut. 2. Pengawasan harus segera memberikan petunjuk tentang kemungkinan adanya deviasi atau penyimpangan yang mungkin tearjadi sebelum penyimpangan itu menjadi kenyataan. Usaha deteksi seperti itu harus dilakukan sedini mungkin dan informasi tentang hasil deteksi itu harus Universitas Sumatera Utara segera tiba ditangan manajer secara fungsional bertanggungjawab agar ia segera dapat mengambil tindakan pencegahannya. 3. Objektifitas dalam melakukan pengawasan Salah satu komponen yang harus terlihat dalam rencana adalah standar prestasi kerja yang diharapkan dipenuhi oleh para pelaksana kegiatan operasional. Standar demikian harus jelas terlihat bukan saja dalam prosedur dan mekanisme kerja, akan tetapi juga dalam kriteria yang menggambarkan persyaratan kuantitatif dan kualitatif dan sedapat mungkin dinyatakan secara tertulis. Kriteria demikian lebih bermakna lagi apabila para pelaksana mengetahui, memahami dan menerima kriteria itu. Dengan adanya kriteria tersebut, maka pengawasan dapat dilakukan dengan objektif. 4. Keluwesan Pengawasan Hal ini berarti pengawasan harus tetap bisa berlangsung meskipun organisasi menghadapi perubahan kerja karena timbulnya keadaan yang tidak diduga sebelumnya atau bahkan juga bila terjadi kegagalan atau perubahan tersebut dan dengan demikian penyesuaian yanag diperlukan dapat dilakukan dalam pelaksanaan kegiaatan pengawasan. 5. Efisiansi Pelaksanaan Pengawasan Pengawasan dilakukan supaya keseluruhan organisasi bekerja dengan tingkat efisiensi yang semakin tinggi. Hal ini berarti, setiap organisasi harus menciptakan suatu sistem pengawasan yang sesuai dengan Universitas Sumatera Utara kebutuhan organisasi yang bersangkutan karena hanya dengan demikianlah efesiensi pengawasan dapat ditingkatkan. 6. Pengawasan mencari apa yang tidak beres. Teori pengawasan menonjolkan usaha peningkatan efisiensi dan efektifitas kerja dengan menyoroti sistem kerja yang berlaku bagi organisasi. Artinya yang menjadi sorotan utama adalah usaha mencari dan menemukan apa yang tidak beres dalam organisasi apalagi jika terjadi penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini , pengawasan yang baik juga harus menemukan siapa yang salah dan faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya kesalahan tersebut. 7. Pengawasan harus bersifat membimbing Jika telah ditemukan apa yang tidak beres dan siapa yang salah serta telah diketahui pula faktor-faktor penyebabnya, seorang manajer harus berani mengambil tindakan yang dipandang paling tepat, sehingga kesalahan yang diperbuat oleh bawahan tidak terulang kembali meskipun kecenderungan berbuat kesalahan yang lain tidak dapat dihilangkan sama sekali mengingat sifat manusia yang tidak sempurna itu. Bahkan pengenaan sanksi berupa hukuman pun bila diperlukan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Hanya saja dalam pengenaan sanksi, tetap harus membimbing, mendidik, objektif dan rasional serta didasarkan pada kriteria dipahami dan diterima oleh orang yang bersangkutan. Dalam hubungan ini harus ditekankan, bahwa tindakan Universitas Sumatera Utara pengenaan sanksi terhadap bawahan keteladanan pada diri manajer yang bersangkutan.

1.5.2. Disiplin

Kata disiplin berasal dari kata “ disipel “ lateimin, 1995:67 yang berarti pengikut yang sungguh – sungguh dan yakin dengan kekuatan dan keyakinan tersebut merupakan dasar utama dari setiap ajaran. Disiplin tidak hanya diartikan tunduk kepada peraturan-peraturan dan ketentuan yang sudah lazim dilaksanakan, akan tetapi dapat mendorong manusia melaksanakan kegiatan-kegiatan sadar diyakini manfaatnya. Disiplin adalah suatu tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari kantor baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dengan demikian jelaslah bahwa tujuan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik apabila pegawainya tidak memiliki disiplin kerja yang baik pula. Untuk itu perlu ditingkatkan disiplin kerja para pegawai nageri sipil agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Disiplin juga dapat diartikan sebagai suasana kerja yang tertib aman dan tenang yang dapat membuat para pegawai lebih berkonsentrasi dalam pelaksanaan pekerjaanya dan akhirnya segala pekerjaan yang dilakukan dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Disiplin pada dasarnya mempunyai dua objek yang meliputi disiplin terhadap perbuatan atau tingkah laku yang ada kalanya keduanya tergabung menjadi satu, dimana mereka dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Universitas Sumatera Utara Disiplin terhadap waktu menekan akan pentingnya waktu dari detik sampai tahun. Arti disiplin terhadap waktu adalah jika sesuatu telah ditetapkan pada waktu tertentu maka sesuatu yang telah ditetapkan itu harus diselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Ada 2 dua unsur pokok yang membentuk disiplin : 1 Sikap yang telah ada pada diri manusia 2 Sistem budaya yang hidup dalam masyarakat Disiplin lahir, tumbuh dan berkembang dari sikap seseorang dalam sistem nilai budaya yang di masyarakat. Disiplin dapat dimulai dari atas, maksudnya disiplin dimulai dari para atasan. “teladan adalah guru yang paling baik”. Disiplin juga dapat dimulai dari dalam, maksudnya disiplin dimulai dari kesadaran tiap manusia disiplin yang muncul dari kesadaran pribadi lebih baik dari pada karena ancamanpaksaan. Menurut Moenir 1986:184 “Disiplin terhadap perbuatan atau tingkah laku mengharuskan orang untuk mengikuti dengan ketat perbuatan atau tingkah laku tertentu dalam perbuatan, agar dapat menghasilkan sesuatu dengan standar. Keharusan untuk mengikuti dengan ketat langkah atau perbuatan tersebut menentukan berhasil atau tidaknya sesuatu itu. Langkah atau perbuatan yang ada Universitas Sumatera Utara dibidang administrasi biasanya disebut prosedur sedangkan dibidang tehnik operasional disebut metode.” Dan perlu diingat apapun objeknya ada 3 faktor yang berfungsi untuk menumbuhkan dan memelihara disiplin ketiga faktor itu adalah kesabaran, keteladanan, dan ketaatan peraturan. Kesadaran jelas merupakan faktor utama sedangkan keteladanan dan ketaatan merupakan penyerta dan penguat terhadap faktor utama tersebut. Keteladanan dan kataatan pengaturan tidak akan mampu bertahan tanpa dilandasi oleh kesadaran sebaliknya jika sudah ada kesadaran maka keteladanan dan ketaatan peraturan akan memperkuat sikap disiplin seseorang. Menurut westra 1989:131 Bahwa disiplin adalah suatu keadaan tertib, dimana orang-orang yang bergabung dalam organisasi tunduk kepada peraturan yang telah ada dengan senang hati. Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa disiplin merupakan sikap tertib seseorang yang menunjukkan kepatuhan atau ketaatan kepada peraturan ketentuan yang telah ada dengan senang hati,dalam arti tanpa paksaan. Untuk membentuk dan membina disiplin itu perlu adanya peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan tersebut dimaksudkan sebagai pedoman atau acuan dalam bertindak, berperilaku atau bersikap yang diharapkan dapat menjadi suatu kebiasaan atau sesuatu yang wajar dengan senang hati. Menurut Prijodarminto 1994:23 : Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari rangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan keteraturan dan ketertiban, karena sudah menyatu dalam dirinya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi Universitas Sumatera Utara atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia tidak berbuat sebagaimana lazimnya. Didalam kamus besar bahasa Indonesia menyatakan bahwa disiplin adalah 1. Tata tertib disekolah, dikantor, kemiliteran dan sebagainya 2. Ketaatan kepatuhan kepada peraturan tata tertib , dan sebagainya 3. Bidang studi yang memiiki objek sistem dan metode tertentu. Menurut pendapat Sudirjo 1986:64 Bahwa disiplin kerja merupakan suatu kekuatan dari pengendalian diri yang rasional, sadar dengan sepenuhnya dan tidak memakai perasaan sehingga tidak emosional, jika disiplin dapat dikembangkan secar luas maka akan tercapai suatu tingkat kestabilan dan kelancaran orang- orang taat tanpa pamrih artinya tanpa perhitungan untung dan rugi bagi dirinya sendiri. Menurut Prajudi 1982:125 Bahwa disiplin kerja mempunyai 3 tiga aspek yaitu : 1. Suatu sikap mental yaitu sesuatu yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai dari hasil perhatian dan pengendalian diri dan watak oleh pimpian secara tertentu. 2. Suatu Suatu pengetahuan yaitu tingkat tinggi tentang sistem aturan-aturan prilaku , sistem dari norma-norma, kriteria dan standar-standar demikian rupa sehingga pengetahuan tersebut menimbulkan sekaligus kepekaan dan kesadaran bahwa ketaatan akan aturan-aturan, kriteria, standar-standar dan struktur serta sistem organisasi dan sebagainya itu adalah mutlak untuk mencapai keberhasilan. Universitas Sumatera Utara 3. Suatu sikap kelakuan yaitu suatu sikap yang menunjukkan kesanggupan hati dan kesadaran untuk menaati segala apa yang diketahui secara cermat dan tertib. Menurut Nitisemito 1982:199 bahwa : 1. Kedisiplinan merupakan sebagai suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan baik tertulis maupun tidak tertulis. 2. Disiplin waktu adalah suatu sikap kegiatan yang ditunjukkan oleh karyawan terhadap berbagai peraturan tentang jam masuk dan jam pulang kantor, serta pemanfaatan jam-jam kerja. Sedangkan disiplin tugas adalah suatu sikap ketaatan yang ditunjukkan oleh pegawai terhadap berbagai ketentuan dalam penyelesaian tugas yang tepat pada waktu yang telah ditentukan oleh atasannya. 3. Disiplin tingkah laku adalah sikap kegiatan yang ditunjukkan oleh pegawai terhadap norma-norma yang berlaku baik didalam maupun diluar kantor, terutama sekali dalam melayani masyarakat yang begitu terlihat tatakrama dan sopan santunnya. Menurut Barthos 1993:24 pengertian disiplin tersebut adalah : “pencerminan dari nilai kemandirian yang dihayati dan diamalkan oleh setiap individu dan masyarakat suatu bangsa dalam kehidupan karena itu disiplin merupakan perwujudan kepatuhan dan ketaatan pada hukum, norma, etika dan aturan-aturan yang berlaku dalam persatuan dan kesatuan”. Disiplin merupakan salah satu syarat mutlak dalam melakukan pekerjaan sebagaimana dikatakan oleh Barthos diatas, disiplin diwujudkan kepada Universitas Sumatera Utara kepatuhan terhadap peraturan, ketaatan yang demikian ditunjukkan agar tujuan yang telah ditetapkan dalam buku disiplin dan tercapai sesuatu dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam buku manajemen yang memberikan pengertian tentang kerja tersebut: “Rangakaian aktifitas jasmaniah dan rohaniah yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai suatu tujan tertentu Sarwoto,1981 : 128 Pekerjaan yang merupakan kumpulan dari kebutuhan kebulatan tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh seseorang dimanapun tempat ia bekerja adalah barang tentu akan terlaksana dengan baik. Namun disiplin kerja itu tidak datang begitu saja akan tetapi melalui usaha-usaha yang dilakukan oleh pimpinan agar anak buahnya dapat disiplin dalam bekerja maka perlu dimotivasikan. Motivasi merupakan pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan agar bawahan tersebut melakukan kegiatannya secara sukarela sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh atasan tersebut. Pemberian inspirasi semangat dan dorongan kepada para bawahan atau ditunjukkan agar bawahan bertambah kegiatannya atau mereka lebih bersemangat guna melakukan tugas-tugasnya sehingga mereka lebih guna dan berhasil guna. Pemberian motivasi dari atasan kepada bawahan sehingga para bawahan tersebut dapat bekerja secara lebih giat dan lebih semangat, sebagaimana diketahui bahwa motivasi kerja dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi kerja. Tingkat efisiensi kerja tergantung bagaimana cara itu dilakukan. Jadi efisiensi pada dasarnya adalah perwujudan dari pada kerja itu sendiri. namun dalam keseluruhan hasil dari suatu kerja tidak semata-mata ditentukan oleh cara kerja saja melainkan juga oleh faktor-faktor lain. Universitas Sumatera Utara Faktor –faktor tersebut menurut Sarwoto : sebagai berikut : 1. Faktor Intern Manusia itu sendiri sebagai pelaksana kerja 2. Faktor Ekstern Hubungan antar manusia itu sendiri dalam kerja Bagi pegawai negeri sipil pelaksanaan kerja pegawai berarti mematuhi semua peraturan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh instansi yang bersangkutan para pegawai yang taat dan patuh pada peraturan-peraturan yang Sudah ditetapkan oleh kantor berarti pegawainya telah melaksanakan disiplin kerja yang telah ditetapkan tersebut. Semua pegawai kantor harus dapat menjadi teladan bagi masyarakat sekitarnya. Sebagai pegawai kantor yang baik tentunya harus menaati peraturan-peraturan yang sudah ditentukan dengan baik, pegawai tersebut dapat melaksanakan tata tertib yang berlaku pada kantor tersebut. Tata tertib yang sudah ditetapkan oleh suatu instansi pemerintahan pada hakekatnya bukan hanya sekedar pelengkap kantor, akan tetapi merupakan bagian dari kehidupan pegawai kantor. Setiap pegawai sudah terikat akan disiplin dan tata tertib bekerja agar mencapai tujuan yang sudah direncanakan oleh pemerintah. 1.5.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Disiplin Disiplin yang tinggi sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi terutama para bawahan yang menyelenggarakan tugas kedinasan. Dalam pembentukan dan pembinaan disiplin tersebut harus diperhatikan beberapa hal yang mempengaruhinya : Universitas Sumatera Utara Faktor-faktor dalam pembinaan dan pembentikan disiplin tersebut menurut Syarif 1983:39 antara lain : a. Kepemimpinan b. Pemberian Motivasi c. Pendidikan Latihan d. Kesejahteraan e. Penegakan disiplin melalui Hukum Disamping kelima faktor penting dalam pembentukan dan pembinaan disiplin tersebut diatas, ada faktor-faktor lain yang mendukung supaya disiplin kerja pegawai terwujud dalam suatu instansi formal pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajiban antara lain : 1. Sikap keteladanan Pemimpin Bila pemimpin disiplin, maka bawahan pun akan ikut disiplin, bila bawahan tidak mau disiplin akan terkena tindakan pendisiplinan. Teladan pemimpin mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menegakkan disiplin. Sebab pimpinan merupakan panutan, sorotan dari bawahannya. 2. Tanggung jawab pimpinan selaku atasan 3. Tanggung jawab pimpinan terhadap peningkatan disiplin pegawai merupakan suatu tindak lanjut yang wajar dari adanya tujuan instansi Universitas Sumatera Utara yang bersangkutan sehingga disiplin kerja pegawai bukan diartikan suatu keterpaksaan. Adapun tanggung jawab pimpinan selaku atasan untuk meningkatkan disiplin kerja pegawai adalah sebagai berikut : a. Penunjukan dan pengangkatan pegawai yang ditempatkan sesuai dengan prestasi dibidang bidangnya dan dianggap cakap b. Pemberian tanda penghargaan atas jasa atau perbuatan terpuji yang dilakukan pegawai. c. Memberikan rangsangan kepada pegawai sehingga tercipta lingkungan kerja yang menyenangkan. d.Meningkatkan pengetahuan dan keahlian bagi pegawai atas kelalaiannya. e. Menciptakan hubungan komunikatif yang dua arah sehingga tanggung jawab, rasa sungkan diantara pegawai tidak menimbulkan gap.

1.5.2.2 Tujuan Disiplin Kerja

Secara umum dapat disebutkan bahwa tujuan utama disiplin kerja adalah demi kelangsungan organisasi atau perusahaan sesuai dengan motif organisasi atau perusahaan yang bersangkutan baik hari ini maupun hari esok. Menurut Siswanto Sastrohadiwiryo 2003:292 secara khusus tujuan disiplin kerja para pegawai, antara lain : 1 Agar para pegawai menepati segala peraturan dan kebijakan ketenagakerjaan maupun peraturan dan kebijakan organisasi yang Universitas Sumatera Utara berlaku, baik tertulis maupun tidak tertulis, serta melaksanakan perintah manajemen dengan baik. 2 Pegawai dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya serta mampu memberikan pelayanan yang maksimum kepada pihak tertentu yang berkepentingan dengan organisasi sesuai dengan bidang pekerjaan yang diberikan kepadanya. 3 Pegawai dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana, barang dan jasa organisasi dengan sebaik-baiknya. 4 Para pegawai dapat bertindak dan berpartisipasi sesuai dengan norma- norma yang berlaku pada organisasi. 5 Pegawai mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai dengan harapan organisasi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

1.5.2.3 Jenis-jenis Disiplin Kerja

T. Hani Handoko dalam Susilo Martoyo 1996:144 menggolongkan jenis- jenis disiplin antara lain : 1. Disiplin Preventif Disiplin preventif merupakan kegiatan yang dilaksanakan dengan maksud untuk mendorong para karyawan agar sadar mentaati berbagai standar dan aturan, sehingga dapat dicegah berbagai penyelewengan atau pelanggaran. Yang utama dalam hal ini adalah ditumbuhkannya “self discipline” pada setiap karyawan tanpa kecuali. 2. Disiplin Korektif Disiplin korektif merupakan kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran yang terjadi terhadap aturan-aturan, dan mencoba untuk Universitas Sumatera Utara menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif ini berupa suatu bentuk hukuman atau tindakan pendisiplinan disciplinary action, yang wujudnya dapat berupa “peringatan” ataupun berupa “schorsing”. Semua sasaran pendisiplinan tersebut harus positif, bersifat mendidik dan mengoreksi kekeliruan untuk tidak terulang kembali. Sedangkan menurut Keith Davis dan John W. Newstrom dalam Triguno 1997:50-51, menyatakan bahwa disiplin mempunyai 3 tiga macam bentuk, yaitu : 1. Disiplin Preventif Disiplin preventif adalah tindakan SDM agar terdorong untuk menaati standar atau peraturan. Tujuan pokoknya adalah mendorong SDM agar memiliki disiplin pribadi yang tinggi, agar peran kepemimpinan tidak terlalu berat dengan pengawasan atau pemaksaan, yang dapat mematikan prakarsa dan kreativitas serta partisipasi SDM. 2. Disiplin Korektif Disiplin korektif adalah tindakan dilakukan setelah terjadi pelanggaran standar atau peraturan, tindakan tersebut dimaksud untuk mencegah timbulnya pelanggaran lebih lanjut. Tindakan itu biasanya berupa hukuman tertentu yang biasa disebut sebagai tindakan disipliner, antara lain berupa peringatan, skors, pemecatan. Universitas Sumatera Utara 3. Disiplin Progesif Disiplin progresif adalah tindakan disipliner berulang kali berupa hukuman yang makin berat, dengan maksud agar pihak pelanggar bisa memperbaiki diri sebelum hukuman berat dijatuhkan.

1.5.2.4 Pedoman pendisiplinan

Heidjracman 1983:228 mengemukakan bahwa dalam pendisiplinan perlu diperhatikan beberapa pedoman sebagai berikut : a Pendisiplinan hendaknya dilakukan secara pribadi tidak menegur bawahan dihadapan orang banyak. Hal ini akan mempermalukan bawahan yang ditegur. Akibatnya dapat menimbulkan rasa dendam b Pendisiplinan harus bersifat Membangun memberikan teguran hendaknya disertai dengan saran tentang bagaimana seharusnya tidak berbuat lagi dengan kesalahan yang sama. c Pendisiplinan harus dilaksanakan oleh pimpinan d Pimpinan tidak seharusnya memberikan pendisiplinan pada waktu bawahan sedang absen e Setelah pendisiplinan sikap pimpinan haruslah Wajar Dari pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa pendisiplinan yang dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahan bukan proses yang berlarut-larut akan tetapi sudah sewajarnya diberikan oleh pimpinan kepada bawahan dan para bawahannya Universitas Sumatera Utara menganggapnaya sebagai perbaikan atas tindakan kesalahannya. Dengan demikian seorang pemimpin haruslah memperhatikan bagaimana pedoman pendisiplinan terhadap bawahan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin mengacu pada pola tingkah laku dengan ciri-ciri sebagai berikut : 1 Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang sudah menjadi norma, etik, dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat 2 Adanya perilaku yang dikendalikan 3 Adanya ketaatan Dari ciri-ciri tingkah laku pribadi disiplin, jelaslah bahwa disiplin membutuhkan pengorbanan baik itu perasaan, waktu, kenikmatan, dan lain-lain. Disiplin bukanlah tujuan, melainkan sarana yang ikut memainkan peranan dalam memcapau tujuan. Manusia sukses adalah manusia yang mampu mengatur cara kerja. Maka erat hubungannya antara manusia sukses dengan pribadi yang disiplin.

1.5.2.5 Prinsip-prinsip Pendisiplinan

Prinsip-prinsip pendisiplinan yang dikemukakan Ranupandojo 1990 : 241-242 adalah : 1. Pendisiplinan dilakukan secara pribadi. Pendisiplinan seharusnya dilakukan dengan memberikan teguran kepada karyawan. Teguran jangan dilakukan di hadapan orang banyak. Karena dapat menyebabkan karyawan yang ditegur akan merasa malu Universitas Sumatera Utara dan tidak menutup kemungkinan menimbulkan rasa dendam yang dapat merugikan organisasi. 2. Pendisiplinan harus bersifat membangun. Selain memberikan teguran dan menunjukkan kesalahan yang dilakukan karyawan, harus disertai dengan saran tentang bagaimana seharusnya berbuat untuk tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama. 3. Pendisiplinan harus dilakukan sacara langsung dengan segera. Suatu tindakan dilakukan dengan segera setelah terbukti bahwa karyawan telah melakukan kesalahan. Jangan membiarkan masalah menjadi kadaluarsa sehingga terlupakan oleh karyawan yang bersangkutan. 4. Keadilan dalam pendisiplinan sangat diperlukan. Dalam tindakan pendisiplinan dilakukan secara adil tanpa pilih kasih. Siapapun yang telah melakukan kesalahan harus mendapat tindakan pendisiplinan secara adil tanpa membeda-bedakan. 5. Pimpinan hendaknya tidak melakukan pendisiplinan sewaktu karyawan absen. Pendisiplinan hendaknya dilakukan dihadapan karyawan yang bersangkutan secara pribadi agar ia tahu telah melakukan kesalahan. Karena akan percuma pendisiplinan yang dilakukan tanpa adanya pihak yang bersangkutan. 6. Setelah pendisiplinan sikap dari pimpinan haruslah wajar kembali. Sikap wajar hendaknya dilakukan pimpinan terhadap karyawan yang telah melakukan kesalahan tersebut. Dengan demikian, proses kerja dapat lancar kembali dan tidak kaku dalam bersikap. Universitas Sumatera Utara

1.5.2.6. Pengaruh Pengawasan Terhadap Disiplin Kerja

Disiplin merupakan ketaatan terhadap perauran-peraturan yang merupakan pedoman untuk mencapai tujuan. disiplin dapat ditegakkan melalui pelaksanaan pengawasan dan pada dasarnya penyelenggaraan dan penaggung jawab fungsi pengawasan pimpinan organisasi, para bawahan diarahkan untuk selalu mematuhi peraturan. Dan jika terjadi penyimpangan atau kesalahan maka pimpinan berkewajiban untuk melakukan tindak lanjut atau pendisiplinan terhadap bawahan. Dalam melaksanakan suatu kegiatan atau pekerjaan, suatu organisasi bagaimanapun bentuk dan bergerak dibidang apapun sudah pasti mempunyai suatu tujuan tertentu. untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut banyak sekali usaha yang dilakukan baik itu berupa tenaga, waktu dan dana. Agar tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien maka diperlukan pengawasan. pengawasan dimaksudkan agar tujuan dan sasaran kegiatan usaha unit –unit pemerintah dapat tercapai serta berdayaguna dan berhasil guna yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok, fungsi, rencana atau program , pembagian dan pendelegasian tugas, rumusan kerja, pedoman pelaksanaan dan perundang-undangan yang berlaku. Untuk melihat lebih lanjut hubungan antara pengawasan dengan disiplin, kita dapat melihat pendapat Surwadi 1992:30 bahwa: pengawasan yang efektif menurut tingkat kepeminpinan yang tinngi meliputi pembentukan moral, mengembangkan kerjasama, kemampuan menanamkan disiplin dan mengenai sifat-sifat manusia.dan dalam rangka menegakkan Universitas Sumatera Utara pengawasan juga diperlikan adanya teladan dari pimpinan agar dapat mengefektifkan peraturan yang telah dikeluarkan. hal ini disebabkan karena pimpinan mempunyai pengaruh besar dalam menegakkan disiplin bawahan Kaitan antara pengawasan dengan disiplin kerja karyawan juga dapat dilihat dari pendapat Menzeis 1987: 167, yang menyatakan bahwa disiplin tidak mungkin ada tanpa pengawasan yang baik, pemimpin harus mempunyai sistem pengawasan yang ia perlukan untuk mengarahkan para bawahannya dengan tepat. Berdasarkan uraian diatas daptlah disimpulkan bahwa untuk menegakkan disiplin kerja maka pengawasan para karyawan diharapkan akan dapat berbuat dan bertingkah laku sesuai dengan yang diinginkan oleh organisasi, yang ada pada akhirnya akan menentukan pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Jadi pengawasan haruslah diarahkan pada upaya mewujudkan suasana tertib dan berdisiplin, yang tumbuh dan berkembang atas kesadaran dalam dirinya sendiri. Pada gilirannya hal ini akan menciptakan kondisi ketaatan dan kepatuhan yang dinamis terhadap perintah dan kebijaksanaan pimpinan serta perundang- undanganyang berlaku, tanpa tekanan serta kreatifitas dari inisiatif terus tumbuhdan berkembang yang memungkin tingkat disiplin kerja karyawan menjadi tinggi.

1.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris Universitas Sumatera Utara yang diperoleh melalui pengumpulan data. jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian. Berdasarkan uraian pada kerangka teori dan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan maka hipotesis yang diajukan penulis adalah Ha : Adanya pengaruh positif antara pengawasan terhadap disiplin kerja pada Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun. Hi : Tidak ada pengaruh antara pengawasan terhadap disiplin kerja pada Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun

1.7 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu social Masri Singarimbun. 1983;31 Konsep teoritis diajukan untuk menjawab permasalahan yang diteliti, maka perlu adanya defenisi konsep. Adapun defenisi konsep dalam penelitian ini adalah : 1 Pengawasan adalah keseluruhan rangkaian, tindakan, kegiatan atau usaha yang dilakukan pimpinan atau atasan untuk mengawasi dan mengendalikan bawahan serta organisasi atau unit organisasinya secara terus-menerus demi tercapainya tata tertib kelancaran pelaksanaan tugas atau pekerjaan dan tercapainya hasil atau tujuan secara efektif dan efisien sesuai dengan program atau rencana dan ketentuan yang berlaku Universitas Sumatera Utara 2 Disiplin kerja pegawai adalah perwujudan dari sikap dan tindakan para pegawai yang sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku dalam pelaksanaan tugas.

1.8. Depenisi Operasional