46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengantar
Uang merupakan alat ukur yang penting dalam kehidupan karena penurunan nilai riil pada uang akan memiliki efek yang buruk bagi kehidupan
sosial ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Stabilitas nilai mata uang merupakan prioritas utama dalam kegiatan manajemen moneter, karena
stabilitas tersebut yang tercermin dari stabilitas tingkat harga sangat berpengaruh terhadap realisasi pencapaian tingkat pembangunan ekonomi suatu
negara, seperti pemenuhan kebutuhan dasar, pemerataan distribusi kekayaan dan pendapatan. Siregar, 2002:141.
Bab ini diawali dengan pembahasan tentang perkembangan nilai tukar dolar AS, setelah itu akan dianalisis perkembangan nilai tukar dinar emas dan
dirham perak yang diajukan sebagai alternatif pengganti dolar AS, khususnya untuk transaksi perdagangan luar negeri. Mengingat dinar dan dirham adalah
emas dan perak yang saat ini masih berfungsi sebagai komoditas. Selanjutnya akan dianalisis hasil pengujian data empiris perbandingan stabilitas nilai tukar
dinar emas, dirham perak, dan dolar AS berdasarkan perhitungan koefisien variasi coefficient of variation, kausalitas Granger Granger Causality dan
model VAR Vector Auto regression.
47
4.2. Perkembangan Nilai Tukar Dolar AS
Dalam perkembangan ekonomi tertentu, terbuka kesempatan bagi mata uang suatu negara untuk dijadikan sebagai cadangan devisa bagi negara lain
reserve center country seperti halnya dolar AS. Bila mata uang nasional itu adalah mata uang yang penting dalam transaksi internasional, sekalipun
transaksi yang terjadi tidak melibatkan negara yang mengedarkan uang tersebut, maka penggunaannya oleh negara lain akan menciptakan permintaan yang
meningkat atas mata uang tersebut Kindleberger, 1983:375. Oleh karena itu, nilai tukar dolar AS cukup kuat dalam jangka waktu yang cukup lama. Faktor
pendorong penting lainnya bagi penguatan nilai tukar dolar AS adalah relatif besarnya peranan perekonomian Amerika Serikat terhadap perekonomian dunia
sehingga negara-negara lain banyak tergantung pada pada negara paman Sam ini.
Akan tetapi, perkembangan yang terjadi beberapa tahun terakhir telah menunjukkan perubahan yang cukup penting. Nilai tukar dolar AS cenderung
melemah terdepresiasi terhadap mata uang kuat lainnya. Menurut World Outlook Report yang disiapkan oleh IMF, sejak masa keemasannya di tahun 2002,
nilai efektif dolar AS terus merosot dan terpangkas hingga 20 persen hal ini merupakan pukulan depresiasi terhebat dolar AS tehadap mata uang negara
industri lainnya sepanjang dekade terakhir IMF, 2003:16. Kenyataan ini telah mempengaruhi konstelasi pasar uang dan perekonomian dunia karena banyak
negara yang menyimpan cadangan devisanya dalam bentuk dolar AS. Selain itu,
48 utang luar negeri terutama negara-negara berkembang, juga banyak dalam mata
uang dolar AS. Dengan kejatuhan nilai tukar dolar AS, maka beban utang tersebut tentunya akan menjadi membengkak.
Menurut Hamidi 2007:51-52, memudarnya masa keemasan dolar AS disebabkan oleh munculnya euro pada akhir 1990-an. Pada tahun 2000
komposisi dolar AS dalam bentuk cadangan devisa yang disimpan oleh negara- negara dunia mencapai 66,6 persen. Angka ini mulai mengalami penurunan
menjadi 63,8 persen tahun 2003. Sebaliknya, euro yang mulai dikenalkan pada tahun 1999 mulai meraih popularitasnya. Komposisi euro dalam cadangan resmi
dunia baru mencapai 16,3 persen di tahun 2000, kemudian merangkak naik menjadi 19,7 persen tahun 2003. Penggunaan euro telah memperkuat integrasi
pasar keuangan Eropa yang dapat membantu mereka untuk melawan dolar AS. Hasil dari peningkatan penggunaan euro dalam pasar keuangan telah
meningkatkan kemungkinan transaksi internasional dilakukan dengan euro. Pengaruh ekonomi Uni Eropa telah menyaingi pengaruh Amerika Serikat yaitu
memiliki porsi yang hampir sama dalam GDP dunia sekitar 20 persen dan ekspor dunia sekitar 15 persen. Apabila Bank Sentral Eropa dapat
mempertahankan inflasi tetap rendah, maka euro akan menjadi mata uang yang kuat dan hal itu merupakan pertanda yang baik bagi euro Mishkin, 2006:471.
Akan tetapi, penguatan nilai tukar tersebut dapat pula mendatangkan kerugian karena akan mempengaruhi daya saing produk yang dihasilkan di luar negeri
karena harganya akan menjadi lebih mahal.
49 Editorial gold-eagle.com pada 26 November 2001, sebagaimana dikutip
Saidi 2003:64 telah memperkirakan bahwa peperangan antara euro dan dolar AS akan dimenangkan dengan oleh euro. Perkiraan didasarkan pada: pertama,
dolar yang beredar di berbagai negara umumnya adalah utang-utang luar negeri. Dengan semakin banyaknya orang yang memakai euro maka akan menjadi arus
balik besar-besaran dolar ke dalam negeri Amerika Serikat, karena permintaannya di dunia akan menurun. Kedua, euro sebagai mata uang baru,
memiliki keunggulan. Implikasinya adalah dolar yang mengalir balik dari penjuru dunia harus ditukarkan dengan barang-barang dan jasa, serta sumber daya alam
AS, membalikkan proses yang terjadi selama ini. Artinya wabah utang dunia atas dolar itu akan berbalik menjadi bumerang bagi Amerika Serikat. Defisit neraca
pembayaran AS sangat dipengaruhi oleh minusnya perdagangan negara ini. Sebagaimana dikemukakan oleh Hamidi 2007:59-60, pada awal tahun 1980, AS
masih membukukan surplus perdagangan tipis. Namun, mulai akhir tahun 1983, nilai impor AS mulai melampaui ekspornya hingga mencapai titik tertinggi pada
pertengahan 1987 yaitu sekitar minus 160 milyar dolar AS. Namun ketekoran perdagangn ini sedikit demi sedikit diperbaiki hingga tepatnya pada tahun 1991,
perdagangan berbalik sedikit menjadi surplus yaitu sebesar 3,74 milyar dolar AS. Sayangnya, setahun kemudian defisit perdagangan terjadi lagi dan mencapai titik
tertinggi pada akhir tahun 2005 yaitu senilai 724 milyar dolar AS. Ekonom manapun akan menyebut ini fase paling mencemaskan dalam sejarah
perekonomian AS. Pasalnya, sementara defisit perdagangan AS semakin dalam,
50 Negara-negara maju lainnya seperti Jepang dan Negara-negara Eropa masih
menikmati surplus dengan mitra dagangnya. Surplus perdagangan Jepang mendekati 200 milyar dolar AS, sementara Negara-negara Uni Eropa
mencatatkan surplus hingga lebih dari 50 milyar dolar AS. The Federal Reserve Bank Sentral AS pada awal minggu kedua bulan
Agustus tahun 2008 memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga Fed Funds, yaitu pinjaman overnight antarbank pada level 1 persen. Pimpinan The
Fed, Alan Greenspan, menyatakan bahwa ia akan mempertahankan tingkat suku bunga saat ini, yang merupakan tingkat terendah dalam 45 tahun terakhir
dengan tujuan untuk meningkatkan penciptaan lapangan kerja yang menjadi masalah berat bagi perekonomian AS belakangan ini. Tingkat suku bunga yang
rendah akan membantu untuk memulihkan kondisi ekonomi yang memburuk akibat meningkatnya pengangguran, membengkaknya defisit current account
dan adanya ancaman deflasi.
4.3. Perkembangan Harga Dinar Emas