Metode Pengumpulan Data Metode analisis dan Uji Hipotesis

39

3.2. Metode Penentuan Sampel

Penentuan sampel dalam penelitian dilakukan secara porposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan tujuan dan kriteria Sugiyono, 1999. Sampel yang dipilih adalah sebagai berikut: 1. Nilai tukar yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah nilai tukar dinar emas dan dirham perak yang terdapat dalam data perkembangan harga emas dan perak dari situs internet http:www.kitco.com . 2. Data nilai tukar atau kurs dolar AS terhadap rupiah didapatkan dari data historis harian yang dilaporkan oleh Bank Indonesia dalam situs resminya www.bi.go.id , data nilai tukar ringgit Malaysia dan dolar Singapura terhadap dolar AS didapat dari hasil konversi nilai tukar mata uang tersebut yang didapat dari http:www.oanda.comhistorical-rates dan juga Data Indeks Harga Konsumen IHK Amerika Serikat juga diperoleh dari situs resmi Bank Sentral the FED.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data dasar nilai tukar kurs dolar AS terhadap rupiah, ringgit Malaysia, dan dolar Singapura adalah dalam bentuk harian. Untuk keperluan pengujian, data tersebut dirata-ratakan terlebih dahulu kedalam bentuk bulanan, agar series yang digunakan tidak terlalu panjang. Sementara itu, data dasar harga emas dan perak adalah dalam ukuran dolar AS per ounce yang juga dalam runtun 40 waktu harian. Oleh karena itu, data tersebut perlu diolah terlebih dahulu mengikuti langkah-langkah berikut: a Data harian dirubah menjadi data rata-rata bulanan; b Data harga emas dan perak secara bulanan tersebut dikalikan dengan nilai tukar bulanan dolar AS terhadap rupiah, ringgit, dan dolar singapura untuk mendapatkan proksi dinar emas, harga rata-rata bulanan emas dikalikan dengan 0.14991. Angka pengali ini didapatkan dari pembagian jumlah gram emas untuk mendapatkan satu dinar emas 4.25 gram dengan jumlah gram emas dalam ukuran 1 ounce 28.35 gram. Hasil yang didapatkan masih dalam nilai emas 24 karat, sehingga perlu dikalikan lagi dengan 0.917 untuk mengkonversi ke dinar emas yang mempunyai nilai intrinsik 22 karat. c untuk mendapatkan proksi dirham perak, harga rata-rata bulanan perak dikalikan dengan 0.10582. Angka pengali ini didapatkan dari pembagian jumlah gram perak untuk satu dirham 3 gram dengan jumlah gram perak dalam ukuran 1 ounce 28.35 gram. Untuk mendapatkan nilai tukar riil semua variabel yang masih dalam bentuk nominal dideflasi dengan indeks harga konsumen IHK AS. Data nilai tukar dinar emas, dirham perak dan dolar AS yang digunakan dalam penelitian ini tergolong sebagai data sekunder secondary data. Sedangkan rentang waktu atau lamanya pengamatan ini adalah selama 52 bulan yaitu dari bulan Januari 2006 sampai dengan bulan April 2010. 41

3.4. Metode analisis dan Uji Hipotesis

Untuk mengetahui manakah yang lebih stabil diantara nilai tukar dolar AS, dinar emas dan dirham perak terhadap rupiah, ringgit Malaysia dan dolar Singapura digunakan metode perhitungan koefisien variasi coefficient of variation dari nilai tukar ketiga mata uang yang diuji. Menurut Levin dan Rubin 1998:126, pengukuran koefisien variasi memberikan gambaran tentang jarak dari penyimpangan deviation secara relatif terhadap jarak nilai rata-rata mean. Jika varians the variance dan standar deviasi the standard deviation menceritakan tentang suatu jarak rata- rata antara observasi dengan rata-rata distribusi dari sekelompok data, maka koefisien variasi coefficient of variation adalah pengukuran relatif dari penyebaran beberapa kelompok atau distribusi data. Formula penghitungan koefisien variasi dalam penelitian ini merujuk pada formula yang digunakan oleh Esquivel dan Larrain 2002:5 yaitu: dimana X adalah nilai tukar riil pada bulan t+i-1; X adalah rata-rata nilai tukar riil bilateral selama periode pengamatan; dan m adalah jumlah total sampel diantara bulan t dan t+m-1. X dalam hal ini adalah nilai tukar riil dinar emas; nilai tukar riil dirham perak; dan nilai tukar riil dolar AS yang diukur dalam rupiah, 42 ringgit Malaysia, dan dolar Singapura. Sedangkan m atau jumlah 52 yaitu data bulanan dari Januari 2006 - April 2010. Semakin kecil angka koefisien variasi coefficient of variation yang didapatkan berarti semakin kecil tingkat volatilitas atau gerak naik dan turunnya data yang diukur sehingga dapat dikatakan pergerakan data tersebut semakin stabil. Demikian pula sebaliknya, semakin besar angka koefisien variasi maka semakin tidak stabil pergerakan data yang diukur. Selanjutnya, untuk menjawab perumusan masalah tentang hubungan antara fluktuasi antara nilai tukar dolar AS, dinar emas dan dirham terhadap rupiah, ringgit Malaysia, dan dolar Singapura, maka dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan metode pengujian Kausalitas Granger Granger Causality dan model estimasi Vektor Otoregresi Vektor Autoregression. Disamping untuk mengukur lemah kuatnya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat atau sebaliknya, uji kausalitas Granger juga digunakan untuk mengetahui apakah dalam hubungan tersebut variabel bebas independence variable yang memicu terjadinya perubahan variabel terikat dependence variable, atau sebaliknya. Operasional pengujian-pengujian menggunakan komputer dengan software Eviews 5.1. Alasan penggunaan model pengujian Kausalitas Granger dan Vektor Otoregresi VAR adalah karena secara teori belum diketahui apakah diantara volatilitas nilai tukar dinar emas, dirham perak dan dolar AS terhadap rupiah, ringgit Malaysia, dan dolar Singapura saling mempengaruhi atau tidak. Dengan 43 kata lain belum ada model struktural yang baku yang menjelaskan hubungan atau keterkaitan dari ketiga variabel yang diuji. Uji Kausalitas Granger ini pada intinya dapat mengindikasikan apakah suatu variabel mempunyai hubungan dua arah, atau hanya satu arah saja. Namun perlu diingat bahwa pada Uji Granger Kausalitas yang dilihat adalah pengaruh masa lalu terhadap kondisi sekarang, sehingga data yang digunakan adalah data time series Lihat Nachrowi dan Usman, 2006:262-263. Selanjutnya sebelum melakukan uji kausalitas Granger sebagai syarat utama adalah data harus stasioner. Maka harus dilakukan uji stasioneritas data. Permasalahan yang sering muncul dalam regresi runtun waktu pada pembentukan ekonometrika adalah sporious atau regresi lancung. Suatu regresi dianggap lancung jika tidak lolos uji stasioneritas dan kointegrasi. Indikasi adanya regresi lancung dapat ditunjukkan dengan tingginya nilai R 2 serta rendahnya nilai statistik Durbin- Watson. Akibatnya, koefisien regresi penaksir tidak efisien dan peramalan berdasarkan regresi tersebut akan meleset sehingga uji baku yang umum untuk koefisien regresi tersebut menjadi tidak benar invalid. Oleh sebab itu, uji stasioneritas data dipandang sebagai uji pemula bagi suatu regresi linear. Granger, 1986. Unit Root Test dapat dipandang sebagai uji stasioneritas karena pada prinsipnya uji tersebut dimaksudkan untuk mengamati apakah koefisien tertentu dari model autoregresif memiliki distribusi yang baku, sehingga uji statistik 44 seperti uji t dan uji F tidak cukup layak dipakai guna menguji hipotesa yang diketengahkan Kuncoro, 1997. Menurut Gujarati 2003:697, Kausalitas Granger mempostulasikan bahwa suatu variabel X dikatakan menyebabkan variabel lain Y, apabila saat ini diprediksi lebih baik dengan menggunakan nilai-nilai masa lalu X. Hal ini sebagaimana ditulisnya sebagai berikut: A varia le X is said to ause a other variable Y, with respect to given information set that include X and Y, if current Y can be predicted better by using just value of X then by not doing so, given all other past i for atio i the i for atio set it used . Oleh karena itu: Dimana  1t ,  2t diasumsikan tidak saling berkorelasi. Dari regresi persamaan 3.2 dan 3.3 dapat dibedakan empat hasil, yaitu Gujarati, 2003:697: a Kausalitas satu arah dari Y ke X unidirectional causality from Y to X. Hasil ini terjadi bila koefisien yang diestimasi pada nilai masa lalu X pada persamaan 3.2 signifikan secara statistik tidak sama dengan nol  1 ≠ 0 dan jika koefisien nilai masa lalu Y dalam persamaan 3.3 secara statistik sama dengan nol d = 0. 45 b Kausalitas satu arah X ke Y unidirectional causality from X to Y. Keadaan ini terjadi jika koefisien yang diestimasi pada masa lalu Y pada persamaan 3.2 signifikan secara statistik tidak sama dengan nol  1 ≠ 0 dan jika koefisien nilai masa lalu X dalam persamaan 3.3 secara statistik tidak sama dengan nol d ≠ 0. c Kausalitas dua arah feedback atau bilateral causality, terjadi apabila koefisien masa lalu Y dan X di kedua persamaan 3.2 dan 3.3 secara statistik tidak sama dengan nol. d Tidak terdapat saling ketergantungan independence, terjadi apabila koefisien masa lalu X dan Y di kedua persamaan 3.2 dan 3.3 secara statistik sama dengan nol. Oleh karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan sebelum membentuk model VAR adalah melihat hubungan kausalitas antar variabel. Untuk tujuan inilah digunakan uji Kausalitas Granger Granger Causality. Apabila berdasarkan uji kausalitas variabel-variabel yang dimasukkan menunjukkan hubu ga ya g sali g e yebabka , barulah dapat dibentuk model VAR Modelnya sama dengan persamaan 3.2. dan 3.3 diatas, hanya saja perlu ditambahkan intercept Lihat Nachrowi dan Usman, 2006:289-291. 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN