BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil Penelitian
Dari 1108 murid di enam Sekolah Dasar Negeri, hanya 611 anak yang memeriksakan tinja, sedangkan 497 lainnya tidak bersedia. Dari 611 anak yang
memeriksakan tinja, 390 anak 63,8 positif mengandung telur cacing usus, dengan 174 28,5 anak mendapat infeksi tunggal, 211 34,5 anak mendapat
infeksi ganda dan 5 anak 0,82 mendapat infeksi tiga jenis cacing. Selanjutnya dari 390 anak yang positif mengandung telur cacing usus, 279 anak 71,5 di
antaranya mengandung telur A.lumbricoides, 328 anak 84,1 mengandung telur T. trichiura dan hanya 10 anak 2,5 yang mengandung telur cacing tambang.
Di antara 390 anak ini, ternyata 216 anak menderita infeksi campuran 55,4 dan 174 anak menderita infeksi tunggal 44,6, dengan 207 53 anak dengan
infeksi campuran A.lumbricoides dan T.trichiura, 3 anak 0,77 dengan infeksi campuran T.trichiura dan cacing tambang, 1 anak 0,26 dengan infeksi
campuran A.lumbricoides dan cacing tambang, serta 5 anak 1,3 dengan infeksi campuran dengan tiga jenis cacing.
Pada penelitian ini, dari 390 anak yang positif mengandung telur cacing usus, hanya 200 anak yang menderita infeksi campuran saja yang dilibatkan lebih lanjut
dalam penelitian ini dan dibagi secara acak ke dalam dua kelompok pengobatan, tiap-tiap kelompok terdiri dari 100 anak. Adapun anak yang positif mengandung
Universitas Sumatera Utara
telur cacing usus dan tidak dilibatkan lebih lanjut dalam penelitian ini, tetap diberikan pengobatan untuk infeksi cacing yang mereka derita berupa pemberian
tablet mebendazol 500 mg dosis tunggal. Dari 200 anak yang telah dipilih untuk mengikuti penelitian lebih lanjut dan diberikan pengobatan sesuai dengan
kelompok masing-masing, 176 anak 88 mengembalikan contoh tinja pada saat pemeriksaan tinja ulang. Terdapat 10 anak dari kelompok I dan 14 anak dari
kelompok II yang tidak mengembalikan pot tinja pada pemeriksaan tinja ulang pada hari ke-21 setelah pengobatan.
IV.1.1. Karakteristik sampel penelitian Karakteristik sampel penelitian untuk usia rata-rata, jenis kelamin dan status
gizi dianalisa berdasarkan jumlah anak yang mengikuti penelitian dari awal sampai selesai pada kedua kelompok; 90 anak pada kelompok I dan 86 anak pada
kelompok II. Adapun derajat infeksi cacing, jumlah telur dan kesembuhan dianalisa berdasarkan jumlah anak yang menderita infeksi cacing tertentu dari
kedua kelompok yang mengikuti penelitian sampai selesai. Jumlah anak yang dianalisa untuk infeksi A.lumbricoides adalah 87 anak pada
kelompok I dan 86 anak pada kelompok II. Pada infeksi T. trichiura, jumlah anak yang dianalisa adalah 89 pada kelompok I dan 86 pada kelompok II.
Sedangkan untuk infeksi cacing tambang tidak dianalisa lebih lanjut karena jumlah sampel tidak memenuhi standar minimal.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. Karakteristik sampel penelitian Pengobatan
Mebendazol Mebendazol +
levamisol No.
Karakteristik
n=90 n=86
P
1. Umur:
5 - 10 11 - 13
63 70,0 27 30
61 70,9 25 29,1
0.892
2. Jenis kelamin:
Laki-laki Perempuan
44 48.9 46 51,1
42 48,8 44 51,2
0,995
3. Status gizi:
BBL Baik
Kurang 7 7,8
59 65,6 24 26,7
6 7 57 66,3
23 26,7 0,979
4. Intensitas infeksi
A. A. lumbricoides Ringan
Sedang Berat
B. T. trichiura Ringan
Sedang n = 87
52 59,8 31 35,6
4 4,6 n = 89
76 85,4 13 14,6
n = 86 49 57
31 36 6 7
n = 86 75 87,2
11 12,8 0,785
0,727
RTPG sebelum pengobatan
A. A.lumbricoides 12548,7 ±18836,2
11613,8 ±16930,7 0,534
5.
B. T. trichiura 459,2 ± 661,9
489,3 ± 836,8 0,765
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat sebagai berikut. 1.
Umur Pada penelitian ini tidak ditemukan perbedaan bermakna umur diantara
Universitas Sumatera Utara
kedua kelompok perlakuan p0.05. Terlihat bahwa prevalensi infeksi soil- transmitted helminths tertinggi pada usia 5-10 tahun 70,45.
2. Jenis kelamin Pada penelitian ini terdapat perbedaan proporsi laki-laki terhadap perempuan
yaitu 48,9 adalah anak laki-laki dan 51,1 adalah anak perempuan. Namun demikian, jumlah laki-laki dan perempuan pada kedua kelompok perlakuan tidak
berbeda bermakna p=0.995 . 3. Status
gizi Status gizi diukur dengan cara antropometri, ditentukan dengan menggunakan
berat badan menurut tinggi badan yang dibandingkan dengan baku median menurut umur dan jenis kelamin NCHS. Hasilnya adalah tidak ada perbedaan
status gizi di antara kedua kelompok perlakuan pada penelitian ini p=0.979. Status gizi kurang sebanyak 47 kasus 26,7, tersebar pada kedua kelompok
masing-masing 24 kasus 26,7 pada kelompok I dan 23 kasus 26,7 pada kelompok II.
4. Intensitas infeksi
Tidak ada perbedaan bermakna intensitas infeksi Ascaris lumbricoides p=0.785 dan Trichuris trichiura p=0.727 pada kedua kelompok perlakuan.
Pada infeksi Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura kasus yang terbanyak adalah infeksi dengan intensitas ringan. Pada infeksi Trichuris trichiura tidak
dijumpai kasus dengan intensitas infeksi berat, sedangkan pada infeksi Ascaris lumbricoides dijumpai 10 kasus dengan intensitas infeksi berat.
Universitas Sumatera Utara
5. Rerata Telur per Gram Tinja
Pada infeksi A. lumbricoides dan T.trichiura, rerata jumlah telur per gram tinja pada kedua kelompok, yang diambil sebelum pengobatan tidak berbeda bermakna
p=0.534 untuk A.lumbricoides dan p=0.765 untuk T.trichiura. Berdasarkan data rerata jumlah telur sebelum pengobatan terlihat bahwa sampel termasuk dalam
intensitas infeksi sedang pada infeksi A.lumbricoides dan intensitas infeksi ringan pada infeksi T. trichiura.
Berdasarkan data di atas, maka kedua kelompok penelitian ini adalah homogen berdasarkan data awal untuk usia, jenis kelamin, status gizi, jumlah telur
dan intensitas infeksi cacing. IV.1.2. Efek samping obat
Pemantauan efek samping obat dilakukan selama penelitian pada semua anak dari kedua kelompok penelitian. 176 anak yang mendapat pengobatan dari kedua
kelompok penelitian dipantau efek samping obat yang timbul mulai satu hari sampai dengan tiga hari sesudah pemberian obat.
Tabel 5. Efek samping obat. Pengobatan
No Efek samping obat
Mebendazol n=90
Mebendazol + Levamisol n=86
1. Mencret
1 1,2 2.
Nyeri kepala 1 1,1
2 2,3 3.
Pusing 1 1,1
5 5,8 4.
Sakit perut 2 2,2
2 2,3 5.
Mual 3 3,3
2 2,3 6.
Muntah 1 1,2
Universitas Sumatera Utara
1. Efek samping Mebendazol Pada penelitian ini tidak ditemukan efek samping yang berarti. Beberapa efek
samping yang ditemukan adalah nyeri kepala 1,1, pusing 1,1, sakit perut 2,2 dan mual 3,3. Dengan perkataan lain, mebendazol 500 mg per
oraldosis tunggal aman bagi anak sekolah dasar. 2.
Efek samping kombinasi mebendazol dan levamisol Sebagaimana halnya pada pengobatan dengan mebendazol dosis tunggal,
pemberian kombinasi mebendazol dan levamisol pada penelitian ini juga tidak ditemukan efek samping yang berarti. Beberapa efek samping yang ditemukan
adalah mencret 1,2, nyeri kepala 2,3, pusing 5,8, sakit perut 2,3, mual 2,3 dan muntah 1,2. Dengan demikian, kombinasi mebendazol 500
mg dengan levamisol 50 mg atau 100 mg per oraldosis tunggal aman bagi anak sekolah dasar.
IV.1.3. Efikasi obat terhadap Ascaris lumbricoides Tabel 6. Kesembuhan dari infeksi A.lumbricoides setelah pengobatan pada kedua
kelompok perlakuan Kesembuhan setelah pengobatan
Obat yang diberikan
n Sembuh
Tidak sembuh AP
P Mebendazol
87 82
5 94,3
Mebendazol + levamisol
86 81
5 94,2
0,985
Berdasarkan tabel 6 terlihat bahwa angka penyembuhan setelah pengobatan
Universitas Sumatera Utara
pada masing-masing kelompok perlakuan sangat baik. Pada infeksi A.lumbricoides kedua regimen pengobatan mempunyai efikasi yang sangat tinggi.
Angka penyembuhan pada pemberian mebendazol tunggal adalah 94,3 serta 94,2 pada pemberian kombinasi mebendazol dan levamisol. Secara statistik kita
dapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan efikasi kedua regimen obat terhadap infeksi A.lumbricoides. Dengan demikian, pengobatan A.lumbricoides
dengan mebendazol tunggal sama baiknya dengan pengobatan secara kombinasi antara mebendazol dan levamisol.
Tabel 7. Perbedaan Rerata telur A.lumbricoides sebelum dan setelah pengobatan pada kedua kelompok perlakuan
Rerata telur per gram tinja Obat yang
diberikan n
Sebelum pengobatan
Setelah pengobatan
APJT P
Mebendazol 87
12548,7 ± 18836.2 129,1 ± 848
98,97 0.0001
Mebendazol + levamisol
86 11613,8 ± 16930,7
9,5 ± 61,5 99,91
0.0001
Tabel 8. Perbedaan rerata telur per gram tinja 21 hari setelah pengobatan pada kedua kelompok perlakuan
Pengobatan Spesies cacing
Mebendazol Mebendazol +
levemisol P
Ascaris lumbricoides 129,1 ± 848
9,5 ± 61,5 0,988
Trichuris trichiura 36,4 ± 92,1
26,6 ± 77,5 0,802
Pemantauan jumlah telur serta angka penurunan jumlah telur untuk infeksi
Universitas Sumatera Utara
A.lumbricoides seperti terlihat pada tabel 7 mempunyai nilai yang signifikan secara statistik lebih baik pada semua regimen obat dibandingkan dengan sebelum
pengobatan p= 0.0001. Demikian juga sebagaimana terlihat pada tabel 8, kedua regimen pengobatan mempunyai efikasi yang tinggi dan sama baiknya dalam
menurunkan jumlah telur p=0.988. Angka penurunan jumlah telur ditemukan lebih tinggi pada pengobatan kombinasi mebendazol dan levamisol 99.91
dibandingkan dengan pengobatan tunggal mebendazol 98,97. IV.1.4. Efikasi obat terhadap Trichuris trichiura
Tabel 9. Kesembuhan dari infeksi T.trichiura setelah pengobatan pada kedua kelompok perlakuan
Kesembuhan setelah pengobatan Obat
n Sembuh Belum
sembuh Angka
Penyembuhan P
Mebendazol 89
61 28
68,5 Mebendazol
+ levamisol 86
59 27
68,6 0,993
Tabel 10. Perbedaan Rerata telur T.trichiura sebelum dan setelah pengobatan pada kedua kelompok perlakuan
Rerata telur per gram tinja Obat yang
diberikan n
Sebelum pengobatan
Setelah pengobatan
APJT P
Mebendazol 89
459,2 ± 661,9 36,4 ± 92,1
92.07 0.0001
Mebendazol + levamisol
86 489,3 ± 836,8
26,6 ± 77.5 94,56
0.0001
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 9 terlihat bahwa angka penyembuhan pada masing-masing kelompok perlakuan adalah 68,5 pada pemberian mebendazol tunggal dan
68,6 pada pemberian kombinasi mebendazol dan levamisol. Secara statistik kita dapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan efikasi kedua regimen obat
terhadap infeksi T.trichiura p=0,993. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengobatan kombinasi mebendazol dan levamisol dalam mengobati infeksi
T.trichiura adalah sama efektifnya dengan pengobatan tunggal mebendazol. Pemantauan jumlah telur serta angka penurunan jumlah telur untuk infeksi
Trichuris trichiura seperti terlihat pada tabel 10 juga mempunyai nilai yang signifikan secara statistik lebih baik pada semua regimen obat dibandingkan
dengan sebelum pengobatan p=0.0001. Sama seperti efikasi obat terhadap infeksi Ascaris lumbricoides, berdasarkan tabel 8 kedua regimen pengobatan juga
mempunyai efikasi yang tinggi dan sama baiknya dalam menurunkan jumlah telur p=0.0802; 92,07 pada pemberian mebendazol dan 94,56 pada pemberian
kombinasi mebendazol dan levamisol, dimana angka penurunan jumlah telur lebih tinggi pada pemberian kombinasi mebendazol dan levamisol.
IV.2. Pembahasan