BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Soil-transmitted Helminths
Soil-transmitted helminths merupakan kelompok parasit cacing nematoda yang menyebabkan infeksi pada manusia akibat tertelan telur atau melalui kontak
dengan larva yang berkembang dengan cepat pada tanah yang hangat dan basah di negara-negara subtropis dan tropis di berbagai belahan dunia. Bentuk dewasa soil-
transmitted helminths dapat hidup selama bertahun-tahun di saluran percernaan manusia. Lebih dari dua milyar penduduk dunia terinfeksi oleh paling sedikit satu
spesies cacing tersebut, terutama yang disebabkan oleh A. lumbricoides, T. trichiura dan cacing tambang WHO, 2005; WHO, 2006.
Soil-transmitted helminths merupakan salah satu penyebab utama kemunduran pertumbuhan fisik dan perkembangan intelektual yang berdampak terhadap
pendidikan, ekonomi dan kesehatan masyarakat yang sering terabaikan. Kurangnya perhatian para tenaga kesehatan dan masyarakat dunia terhadap
kondisi ini disebabkan Chan, 1997; WHO, 2006: 1.
Kebanyakan penduduk yang terinfeksi oleh Soil-transmited helmiths berasal dari negara-negara miskin.
2. Infeksi parasit ini menyebabkan gangguan kesehatan kronis dengan
manifestasi klinis yang tidak nyata. 3.
Pengukuran efek yang timbul akibat infeksi soil-transmitted helminths terhadap pertumbuhan ekonomi dan pendidikan sulit dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Infeksi soil-transmitted helminths pada manusia
Cacing penyebab utama di seluruh dunia
Penyakit Perkiraan populasi
yang terinfeksi juta
Ascaris lumbricoides Infeksi cacing gelang
807-1221 Trichuris trichiura
Infeksi cacing cambuk 604-795
Necator americanus dan Ancylostoma duodenale
Infeksi cacing tambang 576-740
Strongyloides strecoralis Infeksi cacing benang
threadworm 30-100
Enterobius vermicularis Infeksi cacing kremi
4-28 anak Sumber : Bethony dkk , 2006
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa infeksi soil-transmitted helminths memiliki dampak yang sangat besar terhadap tingkat kehadiran dan prestasi
sekolah serta produktivitas ekonomi dimasa mendatang Miguel and Kremer, 2003. World Health Assembly berusaha mengantisipasi hal tersebut dengan
membuat sebuah resolusi bagi negara-negara anggota dalam upaya mengontrol angka kesakitan akibat infeksi soil tramitted helminths melalui pemberian obat
antelmintik dalam skala besar kepada anak usia sekolah dasar di negara-negara miskin Horton, 2003.
II.1.1. Ascariasis Askariasis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh A.
lumbricoides cacing gelang yang hidup di usus halus manusia dan penularannya melalui tanah. Cacing ini merupakan parasit yang kosmopolit yaitu tersebar di
Universitas Sumatera Utara
seluruh dunia, frekuensi terbesar berada di negara tropis yang lembab, dengan angka prevalensi kadangkala mencapai di atas 50. Angka prevalensi dan
intensitas infeksi biasanya paling tinggi pada anak usia 5-15 tahun Ditjen PPPL Dep.Kes. RI, 2005; Bethony dkk, 2006.
Gambar 2. Siklus hidup Ascaris lumbricoides. 1Cacing dewasa, 2 telur infertil dan telur fertil, 5 larva yang telah menetas, 7 larva matur
Sumber : http:www.dpd.cdc.govdpdx
Siklus hidup cacing ini membutuhkan waktu empat hingga delapan minggu untuk menjadi dewasa. Manusia dapat terinfeksi cacing ini karena mengkonsumsi
makanan atau minuman yang terkontaminasi telur cacing yang telah berkembang telur berembrio. Telur yang telah berkembang tadi menetas menjadi larva di
Universitas Sumatera Utara
usus halus. Selanjutnya larva bergerak menembus pembuluh darah dan limfe usus mengikuti aliran darah ke hati atau ductus thoracicus menuju ke jantung.
Kemudian larva dipompa ke paru. Larva di paru mencapai alveoli dan tinggal disitu selama 10 hari untuk berkembang lebih lanjut. Bila larva telah berukuran
1,5 mm, ia mulai bermigrasi ke saluran nafas, ke epiglotis dan kemudian esofagus, lambung akhirnya kembali ke usus halus dan menjadi dewasa. Umur yang normal
dari cacing dewasa adalah 12 bulan; paling lama bisa lebih dari 20 bulan, cacing betina dapat memproduksi lebih dari 200.000 telur sehari. Dalam kondisi yang
memungkinkan telur dapat tetap bertahan hidup di tanah selama 17 bulan sampai beberapa tahun Beaver dkk, 1984; Markell dkk, 1999; Strikland, G.T. dkk ,
2000. Infeksi ringan cacing ini biasanya ditandai dengan sedikit gejala atau tanpa
gejala sama sekali. Kelainan patologi yang terjadi, disebabkan oleh dua stadium sebagai berikut Beaver dkk, 1984; Markell dkk, 1999; Strikland, G.T. dkk, 2000:
1. Kelainan oleh larva, yaitu berupa efek larva yang bermigrasi di paru
manifestasi respiratorik. Gejala yang timbul berupa demam, dyspneu, batuk, malaise bahkan pneumonia. Gejala ini terjadi 4-16 hari setelah
infeksi. Cyanosis dan tachycardia dapat ditemukan pada tahap akhir infeksi. Semua gejala ini dinamakan Ascaris pneumonia atau Syndroma loffler.
Kelainan ini akan menghilang dalam waktu ± 1 bulan. 2.
Kelainan oleh cacing dewasa, berupa efek mekanis yang jika jumlahnya cukup banyak, akan terbentuk bolus dan menyebabkan obstruksi parsial atau
Universitas Sumatera Utara
total. Migrasi yang menyimpang dapat menyebabkan berbagai efek patologi, tergantung kepada tempat akhir migrasinya. Infeksi Ascaris lumbricoides
dapat menyebabkan gangguan absorbsi beberapa zat gizi; seperti karbohidrat dan protein, dan cacing ini dapat memetabolisme vitamin A,
sehingga menyebabkan kekurangan gizi, defisiensi vitamin A dan anemia ringan
II.1.2. Trichuriasis Trichuriasis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh T. trichiura cacing
cambuk yang hidup di usus besar manusia khususnya caecum yang penularannya melalui tanah. Cacing ini tersebar di seluruh dunia, prevalensinya paling tinggi
berada di daerah panas dan lembab seperti di negara tropis dan juga di daerah- daerah dengan sanitasi yang buruk, cacing ini jarang dijumpai di daerah yang
gersang, sangat panas atau sangat dingin. Cacing ini merupakan penyebab infeksi cacing kedua terbanyak pada manusia di daerah tropis ; Beaver dkk, 1984;
Markell dkk, 1999. Siklus hidup cacing ini langsung dan menjadi dewasa pada satu inang.
Cacing dewasa masuk ke mukosa caecum dan colon proximal manusia dan dapat hidup di saluran pencernaan selama bertahun-tahun. Cacing betina diperkirakan
memproduksi lebih dari 1000 telur perhari. Telur yang keluar melalui tinja menjadi infektif dalam waktu 10-14 hari lebih kurang tiga minggu di tanah yang
hangat dan lembab. Manusia mendapat infeksi karena menelan telur infektif dari tanah yang mengkontaminasi tangan, makanan, dan sayuran segar. Selanjutnya
Universitas Sumatera Utara
larva cacing tumbuh dan berkembang menjadi dewasa dalam waktu 1-3 bulan setelah infeksi. Telur ditemukan dalam tinja setelah 70-90 hari sejak terinfeksi
Beaver dkk, 1984; Strikland, G.T. dkk, 2000.
Gambar 3. Siklus hidup Trichuris trichiura. Sumber : http:www.dpd.cdc.govdpdx
Infeksi ringan pada manusia biasanya tanpa gejala. Kelainan patologi disebabkan oleh cacing dewasa. Bila jumlah cacing cukup banyak dapat
menyebabkan colitis dan apendisitis akibat blokade lumen appendics. Infeksi
Universitas Sumatera Utara
yang berat menyebabkan nyeri perut, tenesmus, diare berisi darah dan lendir disentri, anemia, prolapsus rektum, dan hipoproteinemia. Pada anak, cacing ini
dapat menyebabkan jari tabuh clubbing fingers akibat anemia dan gangguan pertumbuhan Tanaka dkk, 1980; Beaver dkk, 1984; Strikland, G.T. dkk, 2000.
II.1.3. Infeksi cacing tambang Infeksi cacing tambang pada manusia disebabkan oleh infeksi parasit cacing
nematoda N. americanus dan Ancylostoma duodenale yang penularannya melalui kontak dengan tanah yang terkontaminasi. Cacing ini merupakan penyebab infeksi
kronis yang paling sering, dengan jumlah orang yang terinfeksi diperkirakan mencapai seperempat dari populasi penduduk dunia di negara tropis dan subtropis.
Jumlah penderita infeksi cacing tambang paling banyak dijumpai di Asia, kemudian diikuti negara-negara sub–Sahara Afrika. N. americanus merupakan
cacing tambang yang paling banyak dijumpai di berbagai belahan dunia, sedangkan A. duodenale penyebarannya secara geografis sangat terbatas Tanaka
dkk, 1980; Beaver dkk, 1984; Strikland, G.T. dkk, 2000;. Cacing dewasa hidup dan melekat pada mukosa jejunum dan bagian atas
ileum. Cacing betina N. americanus dapat memproduksi 10.000 telur sehari dan A. duodenale memproduksi 20.000 telur sehari. Dalam kondisi yang
memungkinkan; tanah berpasir yang hangat dan lembab, telur di tanah tumbuh dan berkembang menjadi embrio dalam 24-48 jam pada suhu 23 sampai 30 °C.
Penularan terjadi karena penetrasi larva filariform melalui kulit atau pada
Universitas Sumatera Utara
Ancylostoma duodenale lebih sering tertular karena tertelan larva filariform dari pada penetrasi larva tersebut melalui kulit. Selanjutnya cacing ini tumbuh dan
berkembang menjadi cacing dewasa, kawin dan mulai bertelur empat sampai tujuh minggu setelah terinfeksi. Larva filariform A. duodenale yang tertelan tumbuh dan
berkembang menjadi cacing dewasa tanpa migrasi paru. Cacing dewasa dapat hidup selama satu tahun Tanaka dkk, 1980; Beaver dkk, 1984; Strikland, G.T.
dkk, 2000.
.
Gambar 4. Siklus hidup Necator americanus dan Ancylostona duodenale Sumber : Strikland, G.T. dkk, 2000
Infeksi ringan cacing ini biasanya ditandai dengan sedikit gejala atau tanpa gejala sama sekali. Pada infeksi yang berat, kelainan patologi yang terjadi,
disebabkan oleh tiga fase sebagai berikut Tanaka dkk, 1980; Beaver dkk, 1984: 1.
Fase cutaneus, yaitu cutaneus larva migrans, berupa efek larva yang
Universitas Sumatera Utara
menembus kulit. Larva ini menyebabkan dermatitis yang disebut Ground itch. Timbul rasa nyeri dan gatal pada tempat penetrasi.
2. Fase pulmonary, berupa efek yang disebabkan oleh migrasi larva dari
pembuluh darah kapiler ke alveolus. Larva ini menyebabkan batuk kering, asma yang disertai dengan wheezing dan demam.
3. Fase intestinal, berupa efek yang disebabkan oleh perlekatan cacing dewasa
pada mukosa usus halus dan pengisapan darah. Cacing ini dapat mengiritasi usus halus menyebabkan mual, muntah, nyeri perut, diare, dan feses yang
berdarah dan berlendir. Anemia defisiensi besi dijumpai pada infeksi cacing tambang kronis akibat kehilangan darah melalui usus akibat dihisap oleh
cacing tersebut di mukosa usus. Jumlah darah yang hilang per hari per satu ekor cacing adalah 0,03 mL pada infeksi Necator americanus dan 0,15 mL
pada infeksi Ancylostoma duodenale. Jumlah darah yang hilang setiap harinya adalah 2 mL1000 telurgram tinja pada infeksi Necator americanus
dan 5 mL1000 telurgram tinja pada infeksi Ancylostoma duodenale, sehingga kadar hemoglobin dapat turun mencapai level 5 grdl atau lebih
rendah. Pada anak, infeksi cacing ini dapat menganggu pertumbuhan fisik dan mental.
II.2. Pemberantasan Kecacingan