Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel 9 terlihat bahwa angka penyembuhan pada masing-masing kelompok perlakuan adalah 68,5 pada pemberian mebendazol tunggal dan 68,6 pada pemberian kombinasi mebendazol dan levamisol. Secara statistik kita dapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan efikasi kedua regimen obat terhadap infeksi T.trichiura p=0,993. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengobatan kombinasi mebendazol dan levamisol dalam mengobati infeksi T.trichiura adalah sama efektifnya dengan pengobatan tunggal mebendazol. Pemantauan jumlah telur serta angka penurunan jumlah telur untuk infeksi Trichuris trichiura seperti terlihat pada tabel 10 juga mempunyai nilai yang signifikan secara statistik lebih baik pada semua regimen obat dibandingkan dengan sebelum pengobatan p=0.0001. Sama seperti efikasi obat terhadap infeksi Ascaris lumbricoides, berdasarkan tabel 8 kedua regimen pengobatan juga mempunyai efikasi yang tinggi dan sama baiknya dalam menurunkan jumlah telur p=0.0802; 92,07 pada pemberian mebendazol dan 94,56 pada pemberian kombinasi mebendazol dan levamisol, dimana angka penurunan jumlah telur lebih tinggi pada pemberian kombinasi mebendazol dan levamisol.

IV.2. Pembahasan

Pada penelitian ini ditemukan prevalensi infeksi soil-transmitted helminths adalah 63,8, dengan 28,5 dari anak-anak mendapat infeksi tunggal, 34,5 anak mendapat infeksi ganda dan 0,82 anak-anak mendapat infeksi tiga jenis cacing. Di tempat lain prevalensi infeksi soil-transmitted helminths ini juga Universitas Sumatera Utara cukup tinggi, seperti di Zanzibar 99,7 dengan 38,3 dari anak-anak mendapat infeksi ganda dan 54,9 mendapat infeksi tiga jenis cacing Albanico dkk, 2003. Pada penelitian ini terlihat bahwa infeksi campuran antara A.lumbricoides dan T.trichiura adalah yang terbanyak, yaitu 53. Needham dkk 1998 mengatakan bahwa ada interaksi positif antara A.lumbricoides dan T.trichiura. Tingginya intensitas infeksi A.lumbricoides secara signifikan berhubungan dengan tingginya intensitas infeksi T.trichiura. IV.2.1. Umur Pada penelitian ini terlihat bahwa prevalensi tertinggi ditemukan pada kelompok umur 5–10 tahun pada kedua kelompok perlakuan. Hal ini adalah sama dengan penelitian terdahulu yang menemukan intensitas infeksi untuk ketiga jenis cacing secara signifikan lebih tinggi pada usia 5 – 10 tahun, dan kemudian menurun pada usia remaja sampai dewasa Elkins dkk, 1986; Norhayati dkk, 1997; Scolari dkk, 2000 dan Albanico dkk, 2003;. IV.2.2. Jenis kelamin Pada penelitian ini tidak ditemukan perbedaan bermakna proporsi laki-laki terhadap perempuan untuk mendapatkan infeksi soil-transmitted helminths. Hal ini sama seperti penelitian Scolari dkk 2000 dan Norhayati dkk 1997. IV.2.3. Status gizi Pada penelitian ini didapatkan kasus yang menderita gizi kurang sebanyak 47 kasus 26,7. Gangguan gizi dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti masukan kalori dan protein yang kurang, absorbsi makanan yang terganggu, dan Universitas Sumatera Utara penyakit infeksi seperti askariasis dan trichuriasis Hasan dan Alatas, 1985. Pada penelitian ini kami hanya dapat menentukan sebagai penyebab gizi kurang adalah askariasis dan trichuriasis, walaupun faktor-faktor lain belum disingkirkan. IV.2.4. Intensitas infeksi Pada penelitian ini yang paling banyak ditemukan adalah intensitas infeksi ringan yaitu 58,4 pada infeksi A.lumbricoides dan 86,3 pada infeksi T.trichiura. Intensitas infeksi sedang dijumpai sebanyak 35,8 pada penderita A.lumbricoides dan 13,7 pada penderita T.Trichiura. Sedangkan intensitas infeksi berat hanya dijumpai pada infeksi A.lumbricoides yaitu 5,8. Northrop- Clewes dkk 2001, mengatakan bahwa intensitas infeksi nematoda usus yang ringan tidak berperan secara nyata pada gangguan pertumbuhan. Watkins dan Pollitt 1996, menyatakan bahwa pemberian obat cacing pada penderita dengan intensitas berat akan berpengaruh terhadap kenaikan berat badan. Albanico dkk 2003 mendapatkan hasil bahwa pemberian mebendazol 500 mgdosis tunggal dan kombinasi dengan levamisol mempunyai dampak yang nyata terhadap penurunan intensitas infeksi A.lumbricoides dan T.trichiura. Hal ini menunjukkan bahwa program pemberantasan kecacingan dengan pemberian mebendazol ataupun kombinasi mebendazol dan levamisol pada anak sekolah dasar efektif untuk mengontrol intensitas cacing usus di daerah yang transmisi soil-transmitted helmints tinggi. IV.2.5. Efek samping obat Pada penelitian ini ditemukan efek samping berupa nyeri kepala, pusing, sakit Universitas Sumatera Utara perut dan mual pada pemberian mebendazol tunggal, kejadian ini hanya ditemukan pada 7 kasus 7,8. Pada pengobatan kombinasi mebendazol dan levamisol dijumpai 13 kasus 15,1 mengalami efek samping berupa mencret, nyeri kepala, pusing, sakit perut, mual dan muntah. Apabila ditemukan efek samping ini, obat tidak perlu dihentikan karena efek samping yang terjadi biasanya ringan. Goodman dan Gilman 1996 menyatakan bahwa mebendazol merupakan obat yang aman, efek samping berupa gangguan saluran cerna seperti sakit perut dan diare jarang terjadi. Demikian juga dengan levamisol, Csaky dan Barnes 1984 mengatakan bahwa levamisol dosis tunggal 3 mgkgbb cukup aman dan efek samping ringan pada saluran cerna dan susunan saraf pusat jarang terjadi. Dengan demikian, mebendazol 500 mg per oraldosis tunggal dan kombinasi mebendazol 500 mg dengan levamisol dosis tunggal, aman bagi anak sekolah dasar. IV.2.6. Efikasi pengobatan tunggal mebendazol dosis tunggal dan pengobatan kombinasi mebendazol dengan levamisol dosis tunggal dalam mengobati infeksi soil-transmitted helminths Dari penelitian yang dillakukan oleh Albanico dkk 2003, pengobatan tunggal mebendazol dengan dosis tunggal 500 mg mempunyai angka penyembuhan 96,5 dan angka penurunan jumlah telur 99 untuk ascariasis. Adapun pengobatan kombinasi mebendazol 500 mg dengan levamisol dosis tunggal mempunyai angka penyembuhan 97,7 dan angka penurunan jumlah telur 99,1 untuk ascariasis. Abadi 1985 mendapatkan angka penyembuhan 93,4 dengan Universitas Sumatera Utara pemberian mebendazol 500 mg dosis tunggal. Pada penelitian ini didapatkan tingkat efikasi yang tinggi dan sama pada pengobatan infeksi A.lumbricoides dengan menggunakan mebendazol tunggal ataupun kombinasi mebendazol dengan levamisol. Efikasi dari tiap pengobatan adalah sama baiknya terhadap intensitas infeksi pada infeksi A.lumbricoides, dengan angka penurunan jumlah telur mendekati 100. Hasil ini konsisten dengan hasil percobaan efikasi obat sebelumnya. Penelitian Abadi 1985 menggunakan mebendazol 500 mg dosis tunggal, mendapatkan angka penyembuhan 77,6 untuk trichuriasis. Dari penelitian yang dilakukan Albanico dkk 2003, pengobatan tunggal mebendazol dosis tunggal 500 mg mempunyai angka penyembuhan untuk trichuriasis 22,9 dan angka penurunan jumlah telur 81. Adapun pengobatan kombinasi mebendazol 500 mg dengan levamisol dosis tunggal mempunyai angka penyembuhan 22,9 dan angka penurunan jumlah telur 85 untuk trichuriasis. Efikasi obat yang didapat dalam penelitian ini pada infeksi T.trichiura lebih baik dari pada efikasi yang didapatkan oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Albanico dkk. Penurunan jumlah telur yang signifikan dijumpai baik pada pengobatan kombinasi mebendazol dengan levamisol maupun pada pengobatan tunggal dengan mebendazol. Namun demikian angka penyembuhan antara pengobatan kombinasi mebendazol dengan levamisol dan pengobatan tunggal mebendazol tidak berbeda secara signifikan. Pada penelitian ini dijumpai bahwa pengobatan infeksi campuran soil- Universitas Sumatera Utara transmitted helminths setelah hari ke-21 antara kombinasi mebendazol dengan levamisol dan mebendazol tunggal memberikan hasil yang sama baiknya dalam mengobati infeksi tersebut dan secara bermakna efektif menurunkan jumlah telur cacing. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN