Kelapa Sawit Kesimpulan dan Saran

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada Continous Settling Tank, 2009. USU Repository © 2009 Cultuur Mij, LCB Mayang, Deli Mijdan Sungai Liput Cultuur Mij. Masa Jepang 1942-1945 merupakan masa suram dari perkebunan kelapa sawit. Produksi tidak dapat dijual; sebagian areal kebun ditanami tanaman pangan dan pabrik-pabrik tidak beroperasi. Perkembangan kebun berhenti, kondisi kebun rusak dan dari 66 perusahaan hanya 47 yang dapat dibangun kembali setelah dikembalikan kepada pemiliknya pada tahun 1947. Periode 1957-1968 yaitu masa ambil alih. Masa ini merupakan masa yang sulit karena kultur teknis dan manajemen kurang terkendali sebagai akibat suramnya perekonomian nasional. Periode setelah tahun 1966, merupakan titik awal dari bangkitnya perkebunan yang juga lebih dipacu dengan adanya bantuan dari Bank Dunia dan ADB. Perkembangan selanjutnya semakin pesat sejak diperkenalkan Perkebunan Inti Rakyat , sehingga tanaman kelapa sawit telah menyebar ke wilayah Riau, Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Pengembangan ke wilayah baru ini dipelopori oleh PTP-PTP dan selanjutnya diikuti oleh perusahaan-perusahaan swasta Bidang tanaman Vadenecum Kelapa Sawit PT Perkebunan Nusantara IV.

2.4 Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit Elaeis Guinensis JACQ adalah tanamn berkeping satu yang termasuk dalam famili Palmae. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa Yunani Elaoin atau minyak, sedangkan nama spesies Guinensis berasal dari kata Guinea, yaitu dimana seorang ahli bernama Jacquin menemukan tanaman kelapa sawit pertama kali di pantai Guinea. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah beriklim tropis dengan curah hujan 2000 mmtahun dan kisaran suhu 22ºC-32ºC. Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada Continous Settling Tank, 2009. USU Repository © 2009 sawit, yaitu : 1. Dura Tempurung cukup tebal antara 2 – 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase daging buah terhadap buah bervariasi antara 35 – 50. Kernel daging biji biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah. 2. Pisifera Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji sangat tipis. 3. Tenera Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari induknya, yaitu Dura dan pisifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan-perkebunanpada saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5 – 4 mm, dan terdapat libngkaran serabut disekelilingnya. 4.Macro carya Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedang daging buahnya tipis sekali. Warna buah kelapa sawit tergantung pada varietas dan umurnya. Buah yang masih muda berwarna hijau pucat kemudian berubah menjadi hijau hitam.Semakin tua warna buah menjadi kuning muda dan pada waktu sudah masak berwarna merah kuning atau jingga Tim Penulis PS, 1997 Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada Continous Settling Tank, 2009. USU Repository © 2009

2.5 Sifat fisika kimia minyak kelapa sawit