Sifat-sifat dari Minyak dan Lemak Sejarah kelapa sawit

Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada Continous Settling Tank, 2009. USU Repository © 2009 hanya mengandung satu dan dua radikal asam lemak, hingga dengan demikian didalam molekulnya mempunyai gugus hidroksil yang bebas. Di dalam lemak alam, campuran trigliserida mengandung lebih dari satu jenis asam lemak, hal ini lebih umum daripada tersusun dari satu macam asam lemak Sastrohamidjojo Hardjono, 2005.

2.2 Sifat-sifat dari Minyak dan Lemak

Lemak dan minyak meskipun serupa dalam struktur kimianya, menunjukkan keragaman yang besar dalam sifat-sifat fisiknya : 1. Sifat fisik yang paling umum adalah tidak larut dalam air. Hal ini disebabkan oleh adanya asam lemak berantai karbon panjang dan tidak adanya gugus-gugus polar. 2. Viskositas minyak dan lemak cair biasanya bertambah dengan bertambahnya panjang rantai karbon, berkurang dengan naiknya suhu, dan berkurang dengan tidak jenuhnya rangkaian karbon. 3. Minyak dan lemak lebih padat dalam keadaan padat daripada dalam keadaan cair. Berat jenisnya lebih tinggi untuk trigliserida dengan berat molekul rendah dan trigliserida yang tidak jenuh. Berat jenis menurun dengan bertambahnya suhu. 4. Lemak adalah campuran trigliserida dalam bentuk padat dan terdiri dari suatu fase padat dan fase cair. 5. Oleh karena minyak dan lemak adalah campuran trigliserida, titik cairnya tidak tepat. Titik cair minyak dan lemak ditentukan oleh beberapa faktor. Makin pendek rantai asam lemak, makin rendah titik cair trigliserida itu. Cara-cara penyebaran asam- asam lemak dalam suatu lemak juga mempengaruhi titik cairnya. 6. Titik cair kristal-kristal suatu lemak dapat berbeda-beda berdasarkan dua mekanisme utama. Pertama karena heterogenitas krisatal Buckle, 1987 Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada Continous Settling Tank, 2009. USU Repository © 2009

2.3 Sejarah kelapa sawit

Tanaman kelapa sawit Elaieis Guinensis Jack, berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyatannya tanaman kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur diluar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand dan Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi. Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit.Kelapa sawit pertama kal diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1984. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa oleh Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di kebun Raya Bogor Suyatno Risza, 1995. Perkebunan kelapa sawit pertama dibuka pada tahun 1911 di tanah Itam Ulu oleh masyarakat Oliepalmen Cultur dan di Pulo Raja oleh maskapai Huileries de Sumatera- RCMA kemudian oleh Seumadam Cultur Mij, Sungai Liput Cultuur Mij, Mapoli, Tanjung Genteng oleh Palmbomen Cultuur Mij , Medang Ara Cultuur Mij, Deli Muda oleh Huileires de Deli dan lain-lain. Sampai tahun 1915 luasan areal kelapa sawit baru 2.715 ha. Pada tahun 1916 ; ada 16 perusahaan di Sumatera Utara dan 3 perusahaan di Pulau Jawayang menanam kelapa sawit. Pada tahun 1920 menjadi 25 perusahaan di Sumatera Timur, 8 di Aceh dan 1 di Sumatera yaitu Toba Pingin dekat Lubuk Linggau. Sampai tahun 1939 telah tercatat 66 perkebunan dengan luas areal ± 100.000 ha. Maskapai utama yang tercatat adalah HVA Handels Vereniging Zulisma Anita : Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pengendapan Sludge Dalam Crude Palm Oil Pada Continous Settling Tank, 2009. USU Repository © 2009 Cultuur Mij, LCB Mayang, Deli Mijdan Sungai Liput Cultuur Mij. Masa Jepang 1942-1945 merupakan masa suram dari perkebunan kelapa sawit. Produksi tidak dapat dijual; sebagian areal kebun ditanami tanaman pangan dan pabrik-pabrik tidak beroperasi. Perkembangan kebun berhenti, kondisi kebun rusak dan dari 66 perusahaan hanya 47 yang dapat dibangun kembali setelah dikembalikan kepada pemiliknya pada tahun 1947. Periode 1957-1968 yaitu masa ambil alih. Masa ini merupakan masa yang sulit karena kultur teknis dan manajemen kurang terkendali sebagai akibat suramnya perekonomian nasional. Periode setelah tahun 1966, merupakan titik awal dari bangkitnya perkebunan yang juga lebih dipacu dengan adanya bantuan dari Bank Dunia dan ADB. Perkembangan selanjutnya semakin pesat sejak diperkenalkan Perkebunan Inti Rakyat , sehingga tanaman kelapa sawit telah menyebar ke wilayah Riau, Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Pengembangan ke wilayah baru ini dipelopori oleh PTP-PTP dan selanjutnya diikuti oleh perusahaan-perusahaan swasta Bidang tanaman Vadenecum Kelapa Sawit PT Perkebunan Nusantara IV.