Pengaruh Perputaran Piutang terhadap Return on Asset ( ROA) pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar yang di BEI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP
RETURN ON ASSET (ROA) PADA PERUSAHAAN
BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI
OLEH:
NAMA
: MARISA AMBARITA
NIM
: 050503111
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
GUNA MEMENUHI SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI
MEDAN 2009
(2)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
“Pengaruh Perputaran Piutang terhadap Return on Asset ( ROA) pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar yang di BEI.”
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul tersebut belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti pleh mahasiswa dalam konteks penulisan skripsi level program S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan jelas, benar apa adanya. Dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.
Medan, 15 Juni 2009 Yang membuat pernyataan
Nama: Marisa Ambarita NIM: 050503111
(3)
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur dan hormat yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kuasaNya saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini berjudul Pengaruh Perputaran Piutang terhadap Return on Asset (ROA) pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI, disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penyusunan skripsi ini, saya banyak memperoleh bimbingan, dukungan, nasehat, dan bantuan lain baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Fahmi Natigor, SE, M.Acc, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Irwan Djanahar, MAFIS, Ak selaku Dosen Pembimbing, atas bimbingan dan arahan Bapak dalam proses penyelesaian skripsi ini.
(4)
4. Ibu Dra. Narumondang B. Siregar, MM, Ak, selaku Dosen Penguji I dan Bapak Drs. Syahelmi, M.Si, Ak, selaku Dosen Penguji II, atas segala saran dan masukan yang telah diberikan.
5. Bapak Drs. Wahidin Yasin, M.Si, Ak selaku Dosen Wali yang telah membantu saya dalam konsultasi akademik selama perkuliahan.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Univerisitas Sumatera Utara yang telah mendidik saya selama perkuliahan.
7. Para pegawai Departemen Akuntansi, Bang Hairil, Kak Wati, dan Kak Raya yang telah banyak membantu saya dalam administrasi di Departemen Akuntansi. Terima kasih atas bantuannya.
8. Kedua orang tua saya yang telah memberikan kasih sayang, didikan, dukungan berupa nasehat, doa, dan materi yang telah diberikan kepada saya. 9. Saudara-saudaraku yang tercinta, Bang Hisar Ambarita, Bang Dunan
Ambarita, Kak Surta Ambarita, Kak Else Ambarita, Eda Linda Simarmata, Eda Susi Surbakti, Bang Saudara Purba. Terima kasih atas bantuan dan doa kalian. Ambarita junior, Rafael yang telah banyak menghibur saya.
10.Teman-teman di Departemen Akuntansi Angkatan 2005, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan, motivasi, doa, serta suka duka yang telah kita jalani selama perkuliahan maupun di luar pekuliahan. Semoga Tuhan beserta kalian.
(5)
11.Sahabat-sahabatku Lely, Lora, Risna, dan Tety yang telah memberikan dukungan dan semangat serta doa selama perkuliahan hingga selesainya penulisan skripsi ini.
Saya berharap skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberkati kita dalam kasih.
Medan, 15 Juni 2009 Penulis
Marisa Ambarita NIM: 050503111
(6)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perputaran piutang secara empiris terhadap return on asset (ROA). Penelitian ini meneliti variabel independen, yaitu perputaran piutang, dan varibel dependen, yaitu Return on Asset (ROA).
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Penelitian dilakukan pada 33 perusahaan yang memenuhi kriteria pengambilan sampel dari 35 perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Data penelitian adalah data sekunder berupa laporan keuangan 33 perusahaan barang konsumsi yang diterbitkan di BEI.
Penelitian menganalisis hubungan antara perputaran piutang dengan return on asset (ROA). Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear sederhana dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.
Hasil penelitian menunjukkan perputaran piutang mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI.
(7)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... v
ABSTRACT...vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Batasan Penelitian ... 5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 7
1. Piutang ... 7
a. Pengertian Piutang... 7
b. Klasifikasi Piutang ... 8
2. Manajemen Piutang ... 13
(8)
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah
Piutang ... 14
c. Kegiatan Manajemen Piutang ... 15
3. Perputaran Piutang ... 19
4. Return on Asset ROA)... 20
5. Pengaruh Perputaran Piutang terhadap ROA ... 23
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 24
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 29
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29
C. Jenis Data dan Sumber Data ... 31
D. Teknik Pengumpulan Data ... 32
E. Identifikasi Variabel Penelitian ... 32
F. Definisi Operasional ... 33
G. Metode Analisis Data ... 34
H. Jadwal Penelitian ... 38
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ... 39
B. Statistik Deskriptif ... 45
C. Pengujian Asumsi Klasik ... 46
(9)
E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61
B. Keterbatasan Penelitian ... 61
C. Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN
(10)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Golongan Resiko Kredit ... 17
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ... 27
Gambar 4.1 Histogram ... 50
Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot ... 51
(11)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Efek Kebijakan Kenaikan Cash Discount...18
Tabel 2.2 Ringakasan Tinjauan Penelitian Terdahulu...24
Tabel 3.1 Daftar Perusahaan yang Memenuhi Kriteria...31
Tabel 3.2 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Durbin Watson...37
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian...39
Tabel 4.1 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi...41
Tabel 4.2 Data Variabel Penelitian Tahun 2005...42
Tabel 4.3 Data Variabel Penelitian Tahun 2006...43
Tabel 4.4 Data Variabel Penelitian Tahun 2007...45
Tabel 4.5 Descriptive Statistics...47
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi Data...48
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi dengan Logaritma Natural...50
Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi...54
Tabel 4.9 Analisis Hasil Regresi...56
Tabel 4.10 Pedoman Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi...57
Tabel 4.11 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi...58
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul
Lampiran 1 Populasi, Kriteria Perusahaan dan Sampel Lampiran 2 Data Penelitian
Lampiran 3 Statistik Deskriptif Lampiran 4 Uji Normalitas Lampiran 5 Uji Heterokedastisitas Lampiran 6 Uji Autokorelasi Lampiran 7 Regression Lampiran 8 Hasil Regresi
(13)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perputaran piutang secara empiris terhadap return on asset (ROA). Penelitian ini meneliti variabel independen, yaitu perputaran piutang, dan varibel dependen, yaitu Return on Asset (ROA).
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Penelitian dilakukan pada 33 perusahaan yang memenuhi kriteria pengambilan sampel dari 35 perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Data penelitian adalah data sekunder berupa laporan keuangan 33 perusahaan barang konsumsi yang diterbitkan di BEI.
Penelitian menganalisis hubungan antara perputaran piutang dengan return on asset (ROA). Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear sederhana dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.
Hasil penelitian menunjukkan perputaran piutang mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI.
(14)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia usaha dewasa ini yang semakin pesat merupakan dampak dari meningkatnya persaingan usaha yang kompetitif. Menghadapi keadaan ini perusahaan atau pimpinan perusahaan berusaha untuk menciptakan atau meningkatkan nilai perusahaan serta mampu mengelola faktor-faktor produksi yang dimilki secara efektif dan efisien agar tujuan perusahaan tercapai.
Tujuan utama perusahaan adalah mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) serta pencapaian laba yang optimal. Perusahaan dituntut untuk mampu menentukan kinerja usaha yang baik sebagai jaminan kelangsungan hidupnya. Dalam usaha pencapaian laba optimal, perusahaan membuat berbagai kebijakan. Perusahaan dapat menggunakan rasio return on asset (ROA) sebagai indikator mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio ini diperoleh membagikan laba bersih perusahaan dengan total aktiva.
Rasio return on asset (ROA) menunjukkan keefisienan perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva. Piutang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ROA. Piutang adalah bagian dari aktiva yang perlu dikelola untuk digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan.
(15)
Menurut Warren, Reeve, Fess (2005:260) “Istilah piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya.”
Piutang timbul dari penjualan kredit barang atau jasa. Posisi piutang dalam neraca yang merupakan bagian dari aktiva lancar, sangat mempengaruhi posisi aktiva. Piutang yang telah jatuh tempo akan ditagih untuk mendapatkan kas.
Dalam penagihan piutang, berlangsung proses perubahan piutang menjadi kas. Proses tersebut akan terus berulang sepanjang piutang masih dapat ditagih. Artinya, piutang akan terus berputar. Piutang akan dikonversikan menjadi kas dalam satu periode akuntansi, yaitu satu tahun.
Rasio perputaran piutang dapat digunakan sebagai alat ukur seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun. Namun pada kenyataan, tidak semua piutang yang telah jatuh tempo dapat ditagih, bahkan harus dihapus karena berbagai alasan tertentu. Padahal perusahaan memerlukan aliran kas yang cukup untuk membiayai kegiatan operasionalnya.
Perusahaan dikatakan memiliki posisi yang kuat apabila perusahaan mampu meningkatkan profitabilitasnya. Artinya, perusahaan harus meningkatkan kemampuannya dalam menghasilkan laba. Salah satunya dengan cara mengelola piutang perusahaan yang bersangkutan seefisien mungkin.
(16)
Untuk membantu dan mengetahui efisiensi pengelolaan piutang, maka yang perlu diperhatikan adalah tingkat profitabilitas perusahaan, salah satunya melalui penghitungan rasio return on asset (ROA). Efisiensi pengelolaan piutang ditandai dengan tingginya tingkat perputaran piutang. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang menandakan ROA yang baik.
Penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Martinus (2006) melakukan analisis efektivitas pengelolaan piutang atas penjualan kredit dan pengaruhnya terhadap profitabilitas pada PT Akarin cabang Medan. Hasil penelitian menyatakan bahwa piutang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas.
Pada tahun yang sama Priliya melakukan penelitian mengenai pengaruh piutang terhadap rentabilitas pada PT Ultrajaya Milk Industry dan Trading Company Tbk. Hasil penelitian menyatakan bahwa piutang berpengaruh positif, searah, dan sangat kuat terhadap profitabilitas.
Penelitian sejenis dilakukan oleh Sitanggang (2008) menguji pengaruh perputaran piutang terhadap profitabilitas pada PT Gresik Cipta Sejahtera cabang Medan. Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat perputaran piutang dengan profitabilitas (ROA). Hasil penelitian tersebut jelas bertolak belakang dengan penelitian sebelumnya.
Berawal dari penelitian terdahulu tersebut penulis ingin melakukan penelitian secara lebih spesifik untuk menguji pengaruh perputaran
(17)
piutang terhadap return on asset (ROA). Penelitian ini dilakukan pada industri manufaktur.
Keadaan yang menggambarkan baiknya laju pertumbuhan industri manufaktur Indonesia dapat dilihat dari ekspor manufaktur yang dicapai. Ekspor manufaktur Indonesia menunjukkan laju pertumbuhan yang cukup baik. Ekspor manufaktur Indonesia mengalami pertumbuhan rata-rata di atas 10% dalam periode 2004-2006. Sedangkan pada tahun 2007, pertumbuhan ekspor manufaktur menurun menjadi 9,9%. Akan tetapi, hal ini bukanlah menggambarkan hal buruk mengingat pertumbuhan yang kuat selama tiga tahun sebelumnya.
Laju pertumbuhan industri manufaktur yang cukup baik mendorong penulis untuk mengadakan penelitian pada industri manufaktur Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada subbidang industri barang konsumsi agar lebih spesifik dari industri manufaktur secara keseluruhan.. Di samping itu, penulis belum menjumpai adanya penelitian sejenis pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI.
Peneliti akan menuangkannya dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul “Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Return on Asset (ROA) pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI”
(18)
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah, yaitu “Apakah ada pengaruh perputaran piutang terhadap return on asset (ROA) pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI?”
C. Batasan Penelitian
Agar tujuan penelitian dapat tercapai, maka penulis membuat batasan penelitian sebagai berikut:
1. Objek penelitian ini adalah perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2004-2007 dan menerbitkan laporan keuangannya selama periode tersebut.
2. Periode penelitian adalah tahun 2005-2007.
3. Variabel perputaran piutang menggunakan informasi piutang tahun 2004 sebagai piutang awal untuk mendapatkan piutang rata-rata 2005 dan seterusnya hingga tahun 2007.
4. ROA dengan memfokuskan pada piutang sebagai bagian dari aktiva lancar.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh perputaran piutang terhadap return on asset (ROA) pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI.
(19)
2. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan peneliti mengenai pengaruh perputaran piutang terhadap return on asset (ROA). 2. Bagi perusahaan, sebagai acuan dan bahan pertimbangan bagi
pihak-pihak berkepentingan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan piutang.
3. Bagi pihak lain, sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh perputaran piutang terhadap return on asset (ROA).
(20)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Piutang
a. Pengertian Piutang
Salah satu cara untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada serta menarik pelanggan baru adalah dengan melakukan penjualan kredit. Penjualan kredit akan menimbulkan piutang.
Piutang secara umum merupakan tagihan yang timbul atas penjualan barang atau jasa secara kredit. Menurut Wild, Subramanyam, Halsey (2005:260) “Piutang (receivable) merupakan nilai jatuh tempo yang berasal dari penjualan barang atau jasa, atau dari pemberian pinjaman uang.”
Menurut Warren, Reeve, Fess (2005:260) “Istilah piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya.”
Jadi secara umum piutang timbul akibat adanya penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang juga dapat timbul dengan adanya pemberian pinjaman uang kepada individu, perusahaan, atau organisasi atau transaksi-transaksi lainnya yang menciptakan suatu hubungan antara pihak yang memberi pinjaman dengan pihak yang
(21)
terhutang. Piutang dicatat pada neraca dengan mendebet akun piutang usaha (account receivable) dan diklasifikasikan sebagai aktiva lancar.
b. Klasifikasi Piutang
Untuk tujuan pelaporan keuangan, piutang diklasifikasikan sebagai lancar (jangka pendek) dan tidak lancar (jangka panjang). Piutang lancar (current receivable) diharapkan akan tertagih dalam satu tahun selama satu siklus operasi berjalan, mana yang lebih panjang. Semua piutang lain digolongkan sebagai piutang tidak lancar. Selanjutnya piutang diklasifikasikan dalam neraca sebagai piutang dagang dan piutang non dagang.
(1) Piutang Dagang (Trade Receivable)
Piutang dagang adalah jumlah yang terutang oleh pelanggan untuk barang atau jasa yang telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis normal. Piutang dagang di subklasifikasikan lagi menjadi piutang usaha dan wesel tagih. (a) Piutang Usaha (Account Receivable)
Piutang usaha adalah janji lisan dari pembeli untuk membayar barang atau jasa yang dijual. Piutang usaha biasanya dapat ditagih dalam 30 sampai 60 hari.
(22)
Pengakuan Piutang Usaha
Dalam sebagian besar transaksi piutang, jumlah yang harus diakui adalah harga pertukaran di antara kedua belah pihak. Menurut Kieso, Weygandt, Warfield (2007:348) “Harga pertukaran (the exchange price) adalah jumlah yang terutang dari debitor (seorang pelanggan atau peminjam) dan umumnya dibuktikan dengan beberapa jenis dokumen bisnis, biasanya berupa faktur.” Dua faktor yang bisa memperumit pengukuran harga pertukaran adalah ketersediaan diskon dan lamanya waktu antara tanggal penjualan dan tanggal jatuh tempo pembayaran (unsur bunga).
Dalam melakukan penjualan kredit, perusahaan biasanya memberikan diskon penjualan ataupun diskon dagang. Diskon dagang biasanya dinyatakan dalam persentase, sedangkan diskon penjualan dinyatakan dalam bentuk istilah 2/10, n/30 (diskon 2% jika dibayarkan dalam 10 hari, jumlah kotor jatuh tempo dalam 30 hari). Untuk mencatat penjualan dan piutang usaha dilakukan dengan dua cara:
1. Metode kotor
Pencatatan dengan metode kotor adalah dengan mengakui jumlah piutang sebesar penjualan tanpa
(23)
dipengaruhi oleh potongan yang akan diberikan. Apabila debitur ternyata mengambil potongan maka akan diakui sebagai pengurang jumlah penjualan.
2. Metode bersih
Pencatatan dengan menggunakan metode bersih adalah dengan mengakui jumlah piutang setelah dikurangi potongan penjualan. Apabila ternyata debitur tidak memanfaatkan potongan, maka akan mengakibatkan timbulnya kelebihan pembayaran atas piutang. Kelebihan pembayaran ini diakui sebagai penghasilan lain-lain.
Penilaian Piutang Usaha
Penilaian piutang sedikit lebih kompleks. Jumlah piutang yang dinilai dan dilaporkan pada neraca hendaknya menunjukkan jumlah bersih yang diperkirakan akan diterima dalam bentuk kas. Penentuan nilai realisasi bersih (net realizable value) memerlukan estimasi baik atas piutang yang tak tertagih maupun retur dan potongan penjualan.
1. Piutang usaha yang tak tertagih
Penjualan atas dasar selain penjualan tunai beresiko menimbulkan kegagalan untuk menagih
(24)
piutang. Kerugian pendapatan dan penurunan laba diakui dengan mencatat beban piutang ragu-ragu (beban piutang tak tertagih).
Ada tiga cara untuk menaksir besarnya cadangan penghapusan piutang:
a. Menggunakan analisis umur piutang (aging schedule)
b. Taksiran dari saldo akhir piutang dalam neraca c. Taksiran dari jumlah selama satu periode
Prosedur pencatatan piutang tak tertagih ada dua, yaitu:
a. Metode penghapusan langsung
Metode penghapusan langsung mencatat piutang ragu-ragu ketika debitur sudah tidak mungkin lagi membayar utangnya.
b. Metode penyisihan
Suatu estimasi dibuat menyangkut perkiraan piutang tak tertagih dari semua penjualan kredit atau dari total piutang yang beredar.
2. Retur dan Potongan Penjualan
Barang yang telah dijual mungkin akan dikembalikan oleh pembeli kepada penjual. Disamping itu, karena kerusakan barang atau sebab
(25)
lainnya, penjual bisa mengurangi harga jual semula (potongan penjualan). Dalam pencatatannya penjual mendebit akun retur dan potongan penjualan dan mengkredit akun piutang usaha.
(b) Wesel Tagih (Note Receivable)
Menurut Warren Reeve Fess (2005:392) “Wesel tagih (note receivable) adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal.” Wesel tagih dapat berasal dari penjualan, pembiayaan, atau transaksi lainnya.
Wesel tagih dapat digolongkan dalam 2 jenis, yaitu:
(1) Wesel tagih berbunga (interest bearing note)
Wesel tagih berbunga ditulis sebagai perjanjian untuk membayar pokok atau jumlah nominal dan ditambah dengan bunga yang terhutang pada tingkat khusus.
(2) Wesel tagih tanpa bunga (non interest bearing note) Pada wesel tagih tanpa bunga tidak dicantumkan persen bunga, tetapi jumlah nominalnya meliputi beban bunga. Jadi, nilai sekarang merupakan selisih antara jumlah nominal dan bunga yang dimasukkan dalam
(26)
wesel tersebut yang kadang-kadang disebut bunga implisit atau bunga efektif.
(2) Piutang Nondagang (Nontrade Receivable)
Sejumlah contoh piutang nondagang dari berbagai transaksi.
(a) Uang muka kepada karyawan staf. (b) Uang muka kepada anak perusahaan. (c) Piutang deviden dan bunga.
(d) Dan sebagainya
2. Manajemen Piutang
a. Kebijakan penjualan kredit
Gitosudarmo dan Basri (2002) mengatakan bahwa piutang adalah aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit.
Kebijakan penjualan kredit dapat menimbulkan keuntungan-keuntungan dalam bentuk:
(1) Kenaikan hasil penjualan.
(2) Kenaikan laba. Hal ini adalah sebagai akibat dari kenaikan dalam hasil penjualan akan dapat menimbulkan kenaikan pada laba perusahaan.
(3) Memenangkan persaingan. Dalam dunia bisnis saat ini maka hampir semua perusahaan melaksanakan politik penjualan kredit ini. Oleh karena itu untuk menjaga posisi perusahaan di dalam persaingan maka haruslah dilakukan politik penjualan kredit tersebut, apabila tidak ingin merosot dalam posisi persaingan di pasar. Kebiajakan penjualan kredit yang agresif akan dapat merangsang minat calon konsumen akan dimungkinkan untuk memakai dn menikmati kegunaan barang yang dibelinya tanpa harus
(27)
mengeluarkan uang yang besar pada saat membeli; sehingga pembeli dapat menikmati sekarang juga dengan membayarnya nanti di kemudian hari.
Kebijakan penjualan kredit terdiri dari empat variabel,yaitu:
(1) Periode kredit, yaitu jangka waktu yang diberikan kepada pembeli untuk membayar pembelian mereka.
(2) Standar kredit, yang mengacu pada kemampuan keuangan dari para pelanggan yang dapat diterima.
(3) Kebijakan penagihan, yang diukur dengan keketatan atau kelonggaran yang diberikan perusahaan dalam menagih piutang yang lamban pembayarannya.
(4) Diskon atau potongan yang diberikan untuk pembayaran yang lebih cepat, termasuk persentase diskon dan seberapa cepat pembayaran harus dilakukan agar mendapat diskon tersebut.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah piutang
Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
(1) Volume penjualan kredit
Makin besar jumlah penjualan kredit maka akan semakin besar jumlah piutang.
(2) Syarat pembayaran bagi penjualan kredit
Semakin panjang batas waktu pembayaran kredit maka akan semakin besar jumlah piutangnya dan sebaliknya.
(28)
(3) Ketentuan batas volume pejualan kredit
Ketentuan batas maksimal volume penjualan kredit dalam jumlah yang relatif besar maka jumlah piutang juga semakin besar.
(4) Kebiasaan membayar para pelanggan kredit
Kebiasaan pelanggan yang suka membayar jumlah yang terutang atas penjualan kredit mundur dari waktu yang sudah dipersyaratkan menyebabkan jumlah piutang relatif besar.
(5) Kegiatan penagihan piutang dari pihak perusahaan
Apabila kegiatan penagihan piutang dilakukan secara aktif dan pelanggan melunasinya maka jumlah piutang akan relatif kecil.
c. Kegiatan manajemen piutang
Kegiatan manajemen piutang meliputi kegiatan: (1) Perencanaan jumlah dan pengumpulan piutang.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
(a) Persyaratan pembayaran yang ditawarkan perusahaan. (b) Kebiasaan para pelanggan membayar utangnya.
(c) Piutang ragu-ragu yang diestimasikan oleh pihakperusahaan.
(2) Pengendalian piutang
Hal-hal yang perlu dilaksanakan dalam pengendalian piutang:
(29)
(a) Penyaringan pelanggan
Faktor- faktor yang perlu diperhatikan dalam penyaringan pelanggan:
• Adanya kesanggupan secara jujur untuk membayar kredit yang telah diterima oleh pelanggan.
• Adanya kemampuan pelanggan yang diukur secara subyektif oleh pihak perusahaan.
• Adanya ikatan atau jaminan untuk keamanan dari resiko kredit.
(b) Penentuan resiko kredit
Langkah-langkah dalam penentuan resiko kredit:
• Penentuan batas tertinggi resiko kredit yang didasarkan pada pengalaman tahun-tahun lalu yang pernah terjadi.
• Mengadakan klasifikasi dari pelanggan. Misalnya:
- Golongan resiko kredit di bawah 4,75% - Golongan resiko kredit pada 4,75% - Golongan resiko di atas 4,75%
(30)
Pelanggan %
2005 Gambar 2.1 Golongan resiko kredit
Sumber: Gitosudarmo dan Basri, Manajemen Keuangan, Edisi 4, 2002, hal 89.
Keterangan :
I : Golongan resiko kredit di bawah 4,75% II : Golongan resiko kredit pada 4,75% III : Golongan resiko kredit di atas 4,75%
• Seleksi para pelanggan tetap.
Berdasarkan klasfikasi di atas, maka bagi pelanggan tetap dapat ditempuh kebijaksanaan adalah tidak memberi kredit baru pada golongan resiko kredit di atas 4,75% dan dapat memberi kredit baru lagi pada golongan resiko yang sama atau di atas 4,75%.
5 100
4,75
I II III
(31)
(c) Penentuan potongan-potongan
Perusahaan dapat memberikan potongan-potongan tunai bagi pelanggan yang membayar pada batas waktu tertentu yang ditetapkan. Kebijakan ini ditempuh untuk merangsang pelanggan agar membayar pada waktu yang ditetapkan.
Tabel 2.1
Efek Kebijakan Kenaikan Cash Discount
Item Perubahan
Efek terhadap profit Naik (N) Positif (+) Turun (T) Negatif (-)
Volume penjualan N +
Periode pengumpulan
piutang T +
Biaya piutang ragu-ragu T +
Sumber: http://chandrakirana.wimamadiun.com
(d) Pelaksanaan administrasi yang berhubungan dengan penarikan kredit.
Sebab umum dari lambatnya penarikan piutang adalah karena kelalaian dalam penyerahan faktur kepada pelanggan dan tertundanya pengiriman pemberitahuan, atau bahkan tidak dikerjakan sama sekali. Padahal surat pemberitahuan tersebut menjamin bahwa rekening yang ada dalam buku milik perusahaan dan pelanggan selalu sesuai satu dengan yang lain serta dapat mendesak pelanggan agar membayar utangnya.
(32)
(e) Penetapan ketentuan dalam menghadapi penunggak Ketentuan-ketentuan dapat berupa:
• Penyampaian surat tagihan kepada pelanggan.
• Kegiatan penagihan piutang secara aktif.
• Penarikan jaminan atau ikatan baik berupa benda atau surat penting untuk mempercepat pelunasan kredit.
(3) Penggunaan rasio
Perusahaan dapat membandingkan tingkat perputaran piutang dan rata-rata waktu pengumpulan piutang dari perusahaan tertentu dengan perusahaan lain sejenis.
3. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
Menurut Warren, Reeve, Fess (2005:407) “Perputaran piutang mengukur seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun.”
Perputaran piutang = Penjualan kredit bersih Piutang rata-rata
Rasio ini dihitung dengan hanya memasukkan penjualan kredit karena penjualan kas tidak menimbulkan piutang. Karena laporan keuangan jarang mengungkapkan penjualan kas dan kredit secara terpisah, rasio ini sering kali harus dihitung dengan menggunakan angka penjualan bersih (yaitu, dengan mengasumsikan bahwa penjualan kas tidak signifikan). Piutang rata-rata dihitung dengan menambahkan saldo
(33)
awal dan saldo akhir piutang pada periode tersebut dan membaginya dengan dua.
Perputaran piutang yang semakin tinggi adalah semakin baik karena modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk piutang akan semakin rendah. Naik turunnya perputaran piutang ini akan dipengaruhi oleh hubungan perubahan penjualan dengan perubahan piutang. Perubahan perputaran piutang dari tahun ke tahun atau perbedaan perputaran piutang antarperusahaan merupakan refleksi dari variasi kebijaksanaan pemberian kredit atau variasi tingkat kemampuan dalam pengumpulan piutang.
4. Return on Asset (ROA)
Menurut Jumingan (2006:141), ”Ratio operating income dengan operating asset menunjukkan laba yang diperoleh dari investasi modal dalam aktiva tanpa mengindahkan dari sumber mana modal tersebut berasal (keseluruhan modal).” ROA dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui seberapa mampu perusahaan memperoleh laba yang optimal dilihat dari posisi total aktivanya. ROA menunjukkan keefisienan perusahaan dalam mengelola seluruh aktivanya untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya. ROA dapat dihitung dengan membagikan laba bersih dengan total aktiva.
Laba Bersih Total Aktiva ROA =
(34)
ROA merupakan bagian dari rasio profitabilitas dalam menganalisis laporan keuangan laporan kinerja keuangan perusahaan. Rasio ini dapat memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.
Menurut Warren, Reeve, Fess (2005:63), “aktiva (asset) adalah sumber daya yang dimiliki oleh entitas bisnis atau usaha. Sumber daya ini dapat berbentuk fisik ataupun hak yang mempunyai nilai ekonomis”. Contoh aktiva adalah kas, piutang, perlengkapan, beban dibayar dimuka, bangunan, peralatan tanah, dan hak paten. Aktiva disajikan di neraca keuangan dan dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu:
a. Aktiva lancar b. Aktiva tetap
c. Aktiva tidak berwujud d. Aktiva lain-lain
ROA dapat dipisahkan menjadi komponen yang memiliki makna relatif terhadap penjualan. Penjualan merupakan kriteria penting untuk menilai profitabilitas perusahaan dan merupakan indikator utama atas aktivitas perusahaan. Pemisahan komponen ROA adalah sebagai berikut.
Pengembalian atas aktiva = Margin laba x Perputaran aktiva
Laba Bersih Total Aktiva
Laba Bersih Penjualan
Penjualan Aktiva
(35)
Hubungan laba dengan penjualan disebut margin laba (profit margin) dan mengukur profitabilitas perusahaan relatif terhadap penjualan. Hubungan antara aktiva dengan penjualan disebut perputaran aktiva (asset turnover) dan mengukur efektivitas perusahaan untuk menghasilkan penjualan dengan menggunakan aktivanya.
Hubungan antara Margin Laba dan Perputaran Aktiva
Terdapat berbagai kombinasi margin laba dan perputaran aktiva yang akan menghasilkan ROA. Hal ini dapat memberikan pemahaman dalam menilai tindakan strategis perusahaan untuk meningkatkan ROA yang dapat ditunjukkan dari analisis ROA pada dua industri yang berbeda.
PT X PT Y
Penjualan Rp. 100.000 Rp. 2.000.000 Laba bersih Rp. 10.000 Rp. 10.000
Aktiva Rp.1.000.000 Rp.1.000.000
Margin laba 10% 0,5%
Perputaran aktiva 0,1 2,0
ROA 1% 1%
ROA kedua perusahaan terlihat buruk. Namun tindakan koreksi dari tiap perusahaan berbeda. PT X memiliki margin laba 10% sementara margin laba PT Y lebih rendah. Sebaliknya, satu dolar yang diinvestasikan dalam aktiva PT X akan menghasilkan penjualan sebesar $0,1 sementara PT Y menghasilkan penjualan sebesar $2 untuk setiap $1 yang diinvestasikan. Diharapkan PT X dapat meningkatkan kinerjanya
(36)
terutama dalam meningkatkan perputaran aktiva dengan meningkatkan penjualan dan mengurangi investasi.
PT Y mengahadapi masalah yang berbeda. Berdasarkan data yang ada PT Y diharapkan dapat memberikan upaya dalam meningkatkan margin laba yang rendah. Perusahaan dengan margin laba yang rendah sering kali menemukan bahwa perubahan selera dan teknologi yang membutuhkan penambahan investasi pada aktiva untuk mendanai penjualan. Ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan ROA, perusahaan harus meningkatkan margin laba, karena jika tidak, maka produksinya tidak lagi menghasilkan uang.
Margin laba dan perputaran aktiva saling terkait satu sama lain. Secara khusus, jika jumlah beban tetap cukup tinggi, perputaran aktiva yang lebih tinggi meningkatkan margin laba. Hal ini disebabkan oleh jarak aktivitas tertentu, proporsi peningkatan biaya lebih kecil dari penjualan.
5. Pengaruh Perputaran Piutang terhadap ROA
Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, dapat dilihat dari rasio return on asset (ROA). ROA yang tinggi menunjukkan kinerja perusahaan yang baik dalam menghasilkan laba. Rumus ROA adalah membagikan laba bersih dengan total aktiva. Dilihat dari perhitungan ROA yang melibatkan total aktiva, maka piutang juga berpengaruh terhadap ROA.
(37)
Piutang merupakan salah satu elemen dalam modal kerja. Dengan kondisi tersebut, maka keadaannya selalu berputar. Dalam arti piutang akan tertagih pada suatu waktu tertentu dan kemudian akan muncul lagi akibat penjualan kredit dan begitu seterusnya. Piutang tetap muncul selama perusahaan tetap melakukan kegiatan operasinya.
Piutang harus dikelola dengan baik, yaitu dapat diputar menjadi kas sesering mungkin. Perputaran piutang yang tinggi menunjukkan return on asset yang baik.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2
Ringakasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Judul Variabel
yang digunakan Hasil Penelitian Seprina Ruleta Sitanggang (2008) Pengaruh Perputaran Piutang terhadap Profitabilitas pada
PT Gresik Cipta Sejahtera cabang Medan Perputaran piutang dan profitabilitas (ROA)
Tidak ada pengaruh yang signifikan antara
tingkat perputaran piutang dengann profitabilitas (ROA)
J. Melda D. Simamora (2007) Pengaruh Perputaran Piutang terhadap Likuiditas pada PT Pertani (Persero) Wilayah Sumatera Bagian Utara Perputaran piutang dan likuiditas Perputaran piutang mempunyai pengaruh
yang positif dan signifikan (kuat) terhadap likuiditas
(38)
Martinus KD (2006) Analisis Efektivitas Pengelolaan Piutang atas Penjualan Kredit dan Pengaruhnya terhadap Profitabilitas pada PT Akarin cabang
Medan Piutang dan profitabilitas Piutang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas. Eka Priliya (2006) Pengaruh Piutang terhadap Rentabilitas pada PT Ultrajaya Milk
Industry dan Trading Company Tbk Piutang dan rentabilitas Piutang berpengaruh positif, searah, dan sangat kuat terhadap
profitabilitas. Dr. Hadori Yunus, Ak (2005) Pengaruh Modal Kerja terhadap Profotabilitas pada Perusahaan Sektor Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI
Modal kerja dan Profitabilitas (Gross operating income ratio) Secara simultan: financial debt ratio, fixed financial asets, ratio dan number of days accounts receivable
mempunyai hubungan linier yang signifikan terhadap gross operating income. Secara parsial: -Financial debt ratio secara parsial
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap gross operating income. -Fixed financial assets secara parsial
mempunyai pangaruh yang signifikan tehadap gross
(39)
operating income. -Number of days accounts receivable secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap gross operating income. -Sales growth ratio tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap gross operating income.
-Number of days inventories tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan (gross operating income). -Number of days accounts payable tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan (gross operating income). -Cash conversion cycle tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perusahaan (gross operating income).
(40)
B. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:
X Y
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Sumber: Penulis, 2009
Keterangan:
Variabel X : Perputaran piutang Variabel Y : ROA
Perputaran piutang mengukur seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk piutang akan semakin rendah sedangkan laba akan semakin tinggi.
ROA merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas perusahaan. Artinya, ROA dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang optimal dilihat dari posisi aktivanya.
Perputaran Piutang
- penjualan kreditbersih
- piutang rata-rata
ROA - laba
bersih - total
(41)
Piutang harus dikelola dengan baik, yaitu dapat diputar menjadi kas sesering mungkin. Perputaran piutang yang tinggi menunjukkan return on asset yang baik.
2. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis. Hipotesis pada penelitian ini adalah:
(42)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Peneliti menggunakan desain kausal yang berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Umar, 2003:30).
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sularso (2003:67) “Populasi adalah kelompok keseluruhan orang, peristiwa, atau sesuatu yang ingin diteliti oleh peneliti.” Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang bergerak di sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2004-2007. Populasi berjumlah 35 perusahaan.
Sampel adalah beberapa anggota atau bagian yang dipilih dari populasi (Sularso, 2003:67). Penelitian ini menggunakan sampel yang ditentukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling), yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu (Jogiyanto, 2004:79). Kriteria pengambilan sampel yang ditetapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang bergerak di sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI.
(43)
2. Perusahaan tersebut terdaftar di BEI dan tidak sedang dalam proses delisting periode tahun 2004-2007.
3. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit periode tahun 2004-2007.
4. Data perusahaan tersebut lengkap dengan variabel yang diteliti.
Berdasarkan kriteria yang telah disebutkan, sampel penelitian yang digunakan adalah 33 perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI.
Tabel 3.1
Daftar Perusahaan yang Memenuhi Kriteria
Perusahaan Kriteria
1 2 3 4
PT Ades Watres Indonesia Tbk √ √ √ √
PT Aqua Golden Mississipi Tbk √ √ √ √
PT BAT Indonesia Tbk √ √ √ √
PT Bentoel Internasional Investama Tbk √ √ √ √
PT Britol-Myers Squibb Indonesia Tbk √ √ √ √
PT Cahaya Kalbar Tbk √ √ √ √
PT Darya Varia Laboratoria Tbk √ √ √ √
PT Davomas Abadi Tbk √ √ √ √
PT Delta Djakarta Tbk √ √ √ √
PT Gudang Garam Tbk √ √ √ √
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk √ √ √ √
PT Indofarma (Persero) Tbk √ √ √ √
PT Indofood Sukses Makmur Tbk √ √ √ √
PT Kalbe Farma Tbk √ √ √ √
(44)
PT Kedawung Setia Industrial Tbk √ √ √ √
PT Kimia Farma (Persero) Tbk √ √ √ √
PT Langgeng Makmur Industri Tbk √ √ √ √
PT Mandom Indonesia Tbk √ √ √ √
PT Mayora Indah Tbk √ √ √ √
PT Merck Tbk √ √ √ √
PT Multi Bintang Indonesia Tbk √ √ √ √
PT Mustika Ratu Tbk √ √ √ √
PT Prasidha Aneka Niaga Tbk √ √ √ √
PT Pyridam Farma Tbk √ √ √ √
PT Saralee Bodycare Indonesia Tbk √ √ x x
PT Schering Plough Indonesia Tbk √ √ √ √
PT Sekar Bumi Tbk √ √ x x
PT Sekar Laut Tbk √ √ √ √
PT Siantar Top Tbk √ √ √ √
PT Tunas Baru Lampung Tbk √ √ √ √
PT Tempo Scan Tbk √ √ √ √
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk √ √ √ √
PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk √ √ √ √
PT Unilever Indonesia Tbk √ √ √ √
Sumber: Penulis, 2009
C. Jenis dan Sumber Data
Menurut jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Umar (2003:60) “Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar dan sebagainya sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain”. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah informasi keuangan yang berhubungan dengan variabel penelitian yaitu: 1. Informasi mengenai perputaran piutang.
(45)
Menurut waktu pengumpulannya, data yang digunakan dalam penelitian ini termasuk data time series yaitu sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam beberapa interval waktu tertentu, misalnya mingguan, bulanan atau tahunan dan data cross-section yaitu sekumpulan data suatu fenomena tertentu dalam satu kurun waktu saja (Umar, 2003:61). Penelitian ini menggunakan data yang diambil dari 33 perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI (section) selama 4 tahun (series) yaitu tahun 2004-2007.
Data yang digunakan oleh peneliti bersumber dari situs resmi BEI,
yaitu
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data sekunder, teknik yang digunakan peneliti adalah studi dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan data sekunder berupa catatan-catatan, laporan keuangan maupun informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
E. Identifikasi Variabel Penelitian
Menurut Erlina dan Mulyani (2007:33) “Variabel adalah sesuatu yang dapat membedakan atau mengubah nilai.”
(46)
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Independen (bebas)
Menurut Umar (2003:50) “Variabel independen (bebas) adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain.” Variabel independen dalam penelitian ini adalah perputaran piutang.
2. Variabel Dependen (terikat)
Variabel dependen (tergantung) adalah variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel independen (Umar, 2003:50). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah return on asset (ROA).
F. Definisi Operasional 1. Perputaran Piutang
Perputaran piutang merupakan rasio yang mengukur seberapa sering piutang dapat dikonversikan menjadi kas. Rumus perhitungan perputaran piutang adalah sebagai berikut:
Perputaran piutang = Penjualan kredit bersih Piutang rata-rata
2. Return on Asset (ROA)
Return on asset (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Rumus perhitungan ROA adalah sebagai berikut:
ROA =
Laba Bersih Total Aktiva
Laba Bersih Total Aktiva
(47)
G. Metode Analisis Data
Keseluruhan data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis untuk dapat memberikan jawaban dari masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan program SPSS versi 16. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Menurut Erlina dan Mulyani (2007:103) “Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal”. Cara yang dapat digunakan untuk menguji apakah variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal adalah dengan melakukan uji Kolmogrov-Smirnov terhadap model yang diuji. Kriteria pengambilan keputusan adalah apabila nilai signifikansi atau probabilitas lebih besar dari 0,05 maka residual memiliki distribusi normal dan apabila nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka residual tidak memiliki distribusi normal.
Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas menurut Ghozali (2005:110) sebagai berikut:
(1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik
(48)
histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. (2) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan / atau tidak
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Heterokedastisitas
Menurut Ghozali (2005:111) uji heterokedastisitas bertujuan untuk melihat apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel pengganggu dari satu pengamatan dengan pengamatan yang lain. Suatu model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas.
Dasar analisis untuk menentukan ada atau tidaknya heterokedasitas menurut Ghozali (2005:110), yaitu:
(1) Jika ada pola tertentu, sperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan tel terjadi heterokedasitas.
(2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedasitas.
c. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2005:95) uji autokorelasi menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi ada
(49)
tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan pengujian Durbin Watson (DW).
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dilihat dalam tabel 3:
Tabel 3.2
Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Durbin Watson
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0<d<dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl≤d≤du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4-dl<d<4 Tidak ada korelasi negatif No decision 4-du≤d≤4-dl Tidak ada korelasi positif atau
negatif Tidak ditolak du<d<4-du Sumber: Ghozali, 2005:96
2. Analisis Regresi
Analisis regresi digunakan untuk memperkirakan atau meramalkan hubungan antara dua variabel dengan membuat sebuah asumsi ke dalam suatu bentuk fungsi tertentu (fungsi linier). Dimana variabel dependen dapat diprediksikan melalui variabel independen secara individual, sehingga dapat digunakan untuk memutuskan apakah naik atau turunnya variabel dependen dapat dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan variabel independen.
(50)
Dalam penelitian ini hanya terdapat satu variabel dependen, yaitu return on asset (ROA) dan satu variabel independen, yaitu perputaran piutang, maka yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana. Persamaan umum regresi sederhana adalah sebagai berikut:
Dimana:
Y = Return on asset (ROA) X = Perputaran piutang a = intercept/ konstanta
b = angka arah (koefisien regresi) e= error atau variabel pengganggu
3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis akan dilakukan dengan uji signifikansi parsial (t-test). Uji ini dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap satu variabel dependen. Uji ini digunakan untuk menguji variabel independen, yaitu perputaran piutang. Uji ini dilakukan dengan membandingkan thitung dengan ttabel dengan ketentuan sebagai berikut:
Jika thitung < α 0,05; maka H1 diterima Jika thitung > α 0,05; maka H1 ditolak
(51)
H. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian direncanakan sebagai berikut: Tabel 3.3 Jadwal Penelitian Tahapan Penelitian Feb
2009 Mar 2009
Apr 2009
Mei 2009
Jun 2009
Jul 2009 Pengajuan Judul
Penyelesaian Proposal Bimbingan Proposal
Seminar Proposal Pengumpulan Data
Pengolahan Data Penyampaian Hasil
(52)
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pada tanggal 30 November 2007 Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) resmi berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada tahun 2004-2007 perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel masih terdaftar di BEJ, tetapi karena data penelitian diambil pada tahun 2008, maka peneliti menggunakan nama BEI. Setelah dilakukan pemilihan sampel dengan teknik purposive sampling diperoleh 33 perusahaan. Berikut tabel perusahaan berdasarkan tanggal listing perusahaan di Bursa Efek Indonesia.
(53)
Tabel 4.1
Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi
No Emiten Perusahaan Tanggal Berdiri Tanggal Listing
1 ADES PT Ades Watres Indonesia, Tbk 6 Maret 1985 13 Juni 1994
2 AQUA PT Aqua Golden Mississipi, Tbk 23 Februari 1973 1 Maret 1990
3 BATI PT BAT Indonesia, Tbk 23 September 1979 20 Desember 1979
4 RMBA
PT Bentoel Internasional Investama,
Tbk 19 Januari 1979 5 Maret 1990
5 SQBI
PT Britol-Myers Squibb Indonesia,
Tbk 8 Juli 1970 29 Maret 1983
6 CEKA PT Cahaya Kalbar, Tbk 3 Februari 1986 9 Juli 1996
7 DVLA PT Darya Varia Laboratoria, Tbk 5 Februari 1976 11 Nopember 1984
8 DAVO PT Davomas Abadi, Tbk 4 Maret 1968 22 Desember 1994
9 DLTA PT Delta Djakarta, Tbk 15 Juni 1970 30 Januari 1989
10 GGRM PT Gudang Garam, Tbk 30 Juni 1971 27 Agustus 1990
11 HMSP PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk 19 Oktober 1963 15 Agustus 1990
12 INAF PT Indofarma (Persero), Tbk 2 Januari 1996 17 April 2001
13 INDF PT Indofood Sukses Makmur, Tbk 14 Agustus 1990 14 Juli 1994
14 KLBF PT Kalbe Farma, Tbk 10 September 1966 30 Juli 1991
15 KICI PT Kedaung Indah Can, Tbk 11 Januari 1974 28 Oktober 1993
16 KDSI PT Kedawung Setia Industrial, Tbk 9 Januari 1973 29 Juli 1996
17 KAEF PT Kimia Farma (Persero), Tbk 16 Agustus 1971 4 Juli 2001
18 LMPI PT Langgeng Makmur Industri, Tbk 30 Nopember 1972 17 Oktober 1994
19 TCID PT Mandom Indonesia, Tbk 5 Nopember 1969 30 September 1993
20 MYOR PT Mayora Indah, Tbk 17 Februari 1977 4 Juli 1990
21 MERK PT Merck, Tbk 14 Oktober 1970 23 Juli 1981
22 MLBI PT Multi Bintang Indonesia, Tbk 3 Juni 1929 15 Desember 1981
23 MRAT PT Mustika Ratu, Tbk 14 Maret 1978 27 Juli 1995
24 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga, Tbk 16 April 1974 18 Oktober 1994
25 PYFA PT Pyridam Farma, Tbk 27 Nopember 1976 16 Oktober 2001
26 SCPI PT Schering Plough Indonesia, Tbk 1 Nopember 1970 8 Juni 1990
27 SKLT PT Sekar Laut, Tbk 19 Juli 1979 08 September 1933
28 STTP PT Siantar Top, Tbk 12 Mei 1987 16 Desember 1986
29 TBLA PT Tunas Baru Lampung, Tbk 22 Desember 1973 15 Februari 2000
30 TSCP PT Tempo Scan, Tbk 20 Mei 1970 19 Juni 1994
31 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk 31 Mei 1991 11 Juni 1997
32 ULTJ
PT Ultrajaya Milk Industry & Trading
Company, Tbk 2 Nopember 1970 2 Juli 1990
33 UNVR PT Unilever Indonesia, Tbk 5 Desember 1933 11 Januari 1982
(54)
Periode penelitian dimulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 sehingga data penelitian secara keseluruhan berjumlah 99 sampel. Berikut ini akan dijelaskan mengenai data variabel penelitian yang dianalisis dalam penelitian ini.
Tabel 4.2
Data Variabel Penelitian Tahun 2005
No Emiten Perusahaan Perputaran
Piutang ROA
1 ADES PT Ades Waters Indonesia Tbk 8.4964 -0.5677
2 AQUA PT Aqua Golden Mississipi Tbk 4.9371 0.0881
3 BATI PT BAT Indonesia Tbk 19.8599 0.0280
4 RMBA PT Bentoel Internasional Investama Tbk 19.0693 0.0587
5 SQBI PT Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk 2.5428 0.0548
6 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk 8.1106 -0.0647
7 DVLA PT Darya Varia Laboratoria Tbk 4.1710 0.1300
8 DAVO PT Davomas Abadi Tbk 12.0579 0.0516
9 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 2.5990 0.1049
10 GGRM PT Gudang Garam Tbk 13.0377 0.0854
11 HMSP PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 58.1732 0.1997
12 INAF PT Indofarma (Persero) Tbk 5.4069 0.0185
13 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 9.4787 0.0084
14 KLBF PT Kalbe Farma Tbk 9.8505 0.1382
15 KICI PT Kedaung Indah Can Tbk 9.2712 -0.0630
16 KDSI PT Kedawung Setia Industrial Tbk 6.7739 -0.0192
17 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 8.5165 0.0449
18 LMPI PT Langgeng Makmur Industri Tbk 4.5103 0.2580
19 TCID PT Mandom Indonesia Tbk 7.3669 0.1702
20 MYOR PT Mayora Indah Tbk 5.0027 0.0313
21 MERK PT Merck Tbk 6.2165 0.2646
22 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk 7.8819 0.1512
23 MRAT PT Mustika Ratu Tbk 2.6308 0.0293
24 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga Tbk 16.6683 0.4165
25 PYFA PT Pyridam Farma Tbk 5.6181 0.0174
(55)
27 SKLT PT Sekar Laut Tbk 5.8627 0.9364
28 STTP PT Siantar Top Tbk 6.9501 0.0223
29 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk 8.0468 0.0043
30 TSCP PT Tempo Scan Tbk 11.6375 0.1265
31 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 4.9265 0.0001
32 ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk 6.4784 0.0036
33 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk 19.9855 0.3749
Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pada tahun 2005 perusahaan yang mempunyai tingkat perputaran piutang yang paling tinggi adalah PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk, yaitu sebesar 58.1732 kali dalam setahun dan yang terendah adalah PT Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk, yaitu sebesar 2,5428 kali dalam setahun. Untuk ROA, perusahaan yang mempunyai nilai tertinggi adalah PT Sekar Laut Tbk sebesar 93,64% dan yang terendah adalah PT Ades Waters Indonesia Tbk, yaitu sebesar -56,77%.
Tabel 4.3
Data Variabel Penelitian Tahun 2006
No Emiten Perusahaan Perputaran
Piutang ROA
1 ADES PT Ades Waters Indonesia Tbk 6.2292 -0.5489
2 AQUA PT Aqua Golden Mississipi Tbk 4.3696 0.0614
3 BATI PT BAT Indonesia Tbk 10.1403 -0.1016
4 RMBA PT Bentoel Internasional Investama Tbk 31.6087 0.0620
5 SQBI PT Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk 3.6190 0.2084
6 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk 7.1390 0.0545
7 DVLA PT Darya Varia Laboratoria Tbk 3.7871 0.0942
8 DAVO PT Davomas Abadi Tbk 14.1321 0.0725
9 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 1.7926 0.0758
10 GGRM PT Gudang Garam Tbk 11.6939 0.0464
(56)
12 INAF PT Indofarma (Persero) Tbk 6.5999 0.0222
13 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 13.0084 0.0406
14 KLBF PT Kalbe Farma Tbk 8.7192 0.1031
15 KICI PT Kedaung Indah Can Tbk 7.6927 -0.1057
16 KDSI PT Kedawung Setia Industrial Tbk 6.0313 0.0167
17 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 10.0530 0.0349
18 LMPI PT Langgeng Makmur Industri Tbk 3.1841 0.0065
19 TCID PT Mandom Indonesia Tbk 6.9050 0.1489
20 MYOR PT Mayora Indah Tbk 4.8852 0.0602
21 MERK PT Merck Tbk 7.0507 0.3061
22 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk 8.0845 0.1205
23 MRAT PT Mustika Ratu Tbk 2.8585 0.0312
24 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga Tbk 19.8813 0.0411
25 PYFA PT Pyridam Farma Tbk 5.7265 0.0208
26 SCPI PT Schering Plough Indonesia Tbk 7.1784 -0.0252
27 SKLT PT Sekar Laut Tbk 6.5293 0.0489
28 STTP PT Siantar Top Tbk 6.1613 0.0309
29 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk 9.5856 0.0258
30 TSCP PT Tempo Scan Tbk 11.0232 0.1099
31 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 5.6668 0.0004
32 ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk 6.8673 0.0118
33 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk 19.5060 0.3722
Sumber: Data yang diolah penulis,2009
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada tahun 2006 perusahaan yang mempunyai tingkat perputaran piutang tertinggi adalah PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk, yaitu sebesar 64.0577 kali dalam setahun dan yang terendah adalah PT Delta Djakarta Tbk, yaitu sebesar 1.7926 kali dalam setahun. Tingkat perputaran tertinggi baik tahun 2005 dan 2006 tetap dipegang ole PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. Untuk ROA, perusahaan yang mempunyai nilai tertinggi adalah PT Unilever Indonesia Tbk sebesar 37,22% dan yang terendah adalah PT Ades Waters Indonesia Tbk, yaitu sebesar -54,89%. ROA
(57)
terendah baik tahun 2005 dan 2006 tetap dimiliki oleh PT Ades Waters Indonesia Tbk.
Tabel 4.4
Data Variabel Penelitian Tahun 2007
No Emiten Perusahaan ARTO ROA
1 ADES PT Ades Waters Indonesia Tbk 7.1862 -0.8662
2 AQUA PT Aqua Golden Mississipi Tbk 4.4105 0.0548
3 BATI PT BAT Indonesia Tbk 6.2305 -0.0506
4 RMBA PT Bentoel Internasional Investama Tbk 32.6966 0.0629
5 SQBI PT Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk 3.5986 0.2294
6 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk 15.1898 0.0402
7 DVLA PT Darya Varia Laboratoria Tbk 3.4143 0.0890
8 DAVO PT Davomas Abadi Tbk 14.4846 0.0539
9 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 1.8824 0.0799
10 GGRM PT Gudang Garam Tbk 10.6592 0.0603
11 HMSP PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 42.6755 0.2311
12 INAF PT Indofarma (Persero) Tbk 5.5366 0.0110
13 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 13.8021 0.0332
14 KLBF PT Kalbe Farma Tbk 8.3024 0.1373
15 KICI PT Kedaung Indah Can Tbk 8.0843 0.1961
16 KDSI PT Kedawung Setia Industrial Tbk 6.0868 0.0268
17 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 9.1437 0.0218
18 LMPI PT Langgeng Makmur Industri Tbk 3.4664 0.0233
19 TCID PT Mandom Indonesia Tbk 7.6698 0.1534
20 MYOR PT Mayora Indah Tbk 5.4128 0.0748
21 MERK PT Merck Tbk 6.7338 0.2703
22 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk 9.1804 0.1357
23 MRAT PT Mustika Ratu Tbk 2.9144 0.0352
24 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga Tbk 15.9798 -0.0296
25 PYFA PT Pyridam Farma Tbk 5.7687 0.0183
26 SCPI PT Schering Plough Indonesia Tbk 6.2262 0.0200
27 SKLT PT Sekar Laut Tbk 6.2989 0.0314
28 STTP PT Siantar Top Tbk 7.5916 0.0301
(58)
30 TSCP PT Tempo Scan Tbk 10.3042 0.1004
31 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 7.0364 0.0306
32 ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk 7.8536 0.0222
33 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk 17.2369 0.3684
Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada tahun 2007 perusahaan yang mempunyai tingkat perputaran piutang tertinggi adalah PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk, yaitu sebesar 42.6755 kali dalam setahun dan yang terendah adalah PT Delta Djakarta Tbk, yaitu sebesar 1.8824 kali dalam setahun. Tingkat perputaran tertinggi baik tahun 2005 dan 2006 tetap dipegang ole PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. Untuk ROA, perusahaan yang mempunyai nilai tertinggi adalah PT Unilever Indonesia Tbk sebesar 36,84% dan yang terendah adalah PT Ades Waters Indonesia Tbk, yaitu sebesar -55,22%. Baik perusahaan dengan tingkat perputaran piutang dan ROA yang tertinggi maupun yang terendah tetap sama dengan tahun 2006.
B. Statistik Deskriptif
Peneliti menggunakan metode statistik deskriptif dalam penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh gambaran yang sebenarnya tentang kondisi perusahaan dalam analisis. Statistik deskriptif memberikan penjelasan mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi dari variabel-variabel independen dan variabel dependen.
(59)
Tabel 4.5
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
X 99 1.7926 64.0577 10.051586 9.7683060
Y 99 -.8662 .9364 .066180 .1866976
Valid N (listwise) 99
Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa ROA memiliki nilai minimum negatif. Perputaran piutang memiliki nilai minimum positif. Sedangkan untuk nilai maksimum dan nilai rata-rata semua positif untuk perputaran piutang da ROA. Berikut ini adalah perincian data deskriptif yang telah diolah:
1. Variabel Perputaran Piutang memiliki nilai minimum sebesar 1,7926, nilai maksimum sebesar 64,0577, nilai rata-rata sebesar 10,0515, dan standar deviasi sebesar 9,7683 dengan jumlah sampel sebanyak 99.
2. Variabel ROA memiliki nilai minimum sebesar -0,8662, nilai maksimum sebesar 0,9364, nilai rata-rata sebesar 0,0661, dan standar deviasi sebesar 0,1866 dengan jumlah sampel sebanyak 99.
C. Pengujian Asumsi Klasik
Untuk menghasilkan suatu model regresi yang baik, analisis regresi memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Apabila terjadi penyimpangan dalam pengujian asumsi klasik perlu dilakukan perbaikan terlebih dahulu. Pengujian asumsi klasik yang telah dilakukan adalah sebagai berikut.
(60)
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel residual berdistribusi normal. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji apakah residual berdistribusi normal adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis:
H0 : Data residual berdistribusi normal H1 : Data residual tidak berdistribusi normal
Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima dan sebaliknya jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05, maka H0 ditolak atau H1 diterima.
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 99
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .18328548
Most Extreme Differences
Absolute .229
Positive .169
Negative -.229
Kolmogorov-Smirnov Z 2.282
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
Dari hasil pengolahan data tersebut, diperoleh besarnya nilai K-S adalah 2,282 dan signifikan pada 0,000. Nilai signifikansi lebih kecil dari
(61)
0,05, maka H0 ditolak yang berarti data residual berdistribusi tidak normal. Data yang tidak berdistribusi normal dapat disebabkan oleh adanya data yang outlier, yaitu data yang memiliki nilai yang sangat menyimpang dari nilai data lainnya. Beberapa cara mengatasi data outlier menurut Erlina (2007:106) yaitu:
a. lakukan transformasi data ke bentuk lainnya, b. lakukan trimming, yaitu membuang data outlier,
c. lakukan winsorizing, yaitu mengubah nilai data yang outlier ke suatu nilai tertentu.
Untuk mengubah nilai residual agar berdistribusi normal, penulis melakukan transformasi data ke model logaritma natural (Ln) yaitu dari persamaan ROA = f(ROA) menjadi LN_ROA = f(LN_ROA). Transformasi data ke dalam bentuk logaritma natural menyebabkan data yang bernilai negatif tidak dapat ditransformasi sehingga menghasilkan missing values. Setiap data yang terdapat missing values akan dihilangkan dan diperoleh jumlah sampel yang valid menjadi 87 pengamatan. Kemudian data diuji ulang berdasarkan asumsi normalitas. Berikut ini adalah hasil pengujian dengan Kolmogorov-Smirnov.
(62)
Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi Dengan Logaritma Natural One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 87
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 1.34872944
Most Extreme Differences Absolute .122
Positive .075
Negative -.122
Kolmogorov-Smirnov Z 1.140
Asymp. Sig. (2-tailed) .149
Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
Dari hasil pengolahan data pada tabel 4.7 diperoleh besarnya nilai K-S 1,140 dan signifikan pada 0,149. Nilai signifikan lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima yang berarti data residual berdistribusi normal. Setelah data terdistribusi secara normal, maka dilajutkanlah uji asumsi klasik lainnya. Untuk lebih jelas berikut ini dilampirkan grafik histogram dan grafik p-plot data yang telah berdistribusi normal.
(63)
Gambar 4.1 Histogram Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
Grafik histogram pada gambar 4.1 menunjukkan distribusi normal karena grafik tidak menceng kiri maupun menceng kanan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. Demikian pula hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik normal P-Plot.
(64)
Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
Pada grafik normal P-Plot terlihat bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain dalam model regresi. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas. Dalam model regresi dinyatakan telah terjadi heteroskedastisitas apabila titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur. Dalam model regresi tidak terjadi
(65)
heteroskedastisitas apabila titik-titik yang ada tidak membentuk pola tertentu yang teratur dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y.
Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah terjadi heteroskedastisitas dengan mengamati penyebaran titik-titik pada gambar.
Gambar 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y,
(66)
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi ROA pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi dengan variabel independen perputaran piutang.
3. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu periode dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya dalam model regresi. Autokorelasi menunjukkan adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada data yang tersusun, baik berupa data cross sectional dan/ atau time series. Jika terjadi autokorelasi dalam model regresi berarti koefisien korelasi yang diperoleh menjadi tidak akurat, sehingga model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi.
Cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan pengujian Durbin Watson (DW). Dalam model regresi tidak terjadi autokorelasi apabila nilai du<w<4-du.
Tabel 4-8 menyajikan hasil uji Durbin Watson dengan menggunakan SPSS versi 16.
Tabel 4-8 Hasil Uji Autokorelasi Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .234a .055 .044 1.35664 1.900
(67)
Hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan nilai statistik Durbin Watson (Dw) sebesar 1.900, nilai ini akan kita bandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan signifikansi 5%, jumlah sampel (n) = 99, dan jumlah variabel independen (k) = 1, maka berdasarkan tabel Durbin Watson didapat nilai batas atas (du) sebesar 1,676 dan nilai batas bawah (dl) sebesar 1,629. Oleh karena itu, nilai (Dw) lebih besar dari 1,676 dan lebih kecil dari 4 – 1,676 atau dapat dinyatakan bahwa 1,676 < 1.900 < 4 – 1,676 (du < d < 4 – du). Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi baik positif maupun negatif.
D. Analisis Regresi
Dari hasil pengujian asumsi klasik disimpulkan bahwa model regresi yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) dan layak dilakukan analisis regresi.
1. Persamaan Regresi
Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linear, dilakukan beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, melalui pengaruh LN_Perputaran Piutang (X) terhadap LN_ROA (Y). Hasil regresi dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini.
(68)
Tabel 4.9 Analisis Hasil Regresi
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -3.897 .457 -8.531 .000
LN_X .468 .211 .234 2.218 .029
Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
Berdasarkan penjelasan sebelumnya dalam pengujian asumsi klasik, model regresi dalam penelitian ini telah diubah menjadi model logaritma natural yang berarti beta dan koefisien dari penelitian ini juga dalam bentuk logaritma natural sehingga harus dilakukan anti logaritma natural kembali untuk dapat diinterpretasikan. Model regresi berdasarkan hasil analisis di atas adalah sebagai berikut.
Y = β0+ β1 X
ROA = β0+ β1 Perputaran Piutang Dengan:
β0 (konstanta) = -3,897 β1 (koefisien regresi) = 0,468
maka didapat persamaan dalam bentuk logaritma natural: LN_ROA = -3,897 + 0,468 LN_Perputaran Piutang + e Setelah dilakukan anti logaritma natural, diperoleh persamaan:
ROA = 0,0203 + 1,597 Perputaran Piutang + e Interpretasi dari persamaan di atas adalah sebagai berikut:
(69)
a. β0 = 0,0203
Nilai konstanta ini menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel perputaran piutang (X=0), maka ROA yang terbentuk adalah 0,0203. b. β1 = 1,597
Koefisien regresi β1 ini menunjukkan bahwa setiap variabel perputaran piutang meningkat sebesar satu satuan, maka ROA akan meningkat sebesar 1,597 satuan atau 159,7%.
2. Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan seberapa besar korelasi atau hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen. Koefisien korelasi dikatakan kuat apabila nilai R berada di atas 0.5 dan mendekati 1.
Tabel 4.10
Pedoman Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, 2003, hal 183.
Koefisien determinasi (R square) menunjukkan seberapa besar variabel independen menjelaskan variabel dependennya. Nilai R square
(70)
adalah nol sampai dengan satu. Apabila nilai R square semakin mendekati satu, maka variabel-variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Sebaliknya, semakin kecil nilai R square, maka kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel-variabel dependen semakin terbatas. Nilai Rsquare memiliki kelemahan yaitu nilai R square akan meningkat setiap ada penambahan satu variabel independen meskipun variabel independen tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Tabel 4.11
Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .234(a) .055 .044 1.35664
Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,234 yang berarti bahwa korelasi atau hubungan antara variabel ROA (LN_ROA) dengan variabel independennya (LN_Perputaran Piutang) adalah kecil dengan didasarkan pada nilai R yang berada di bawah 0,5.
Angka koefisien determinasi (Adjusted R Square) adalah 0,044. Hal ini berarti 4,4% variasi dari ROA dijelaskan oleh variasi dari variabel independen (LN_Perputaran Piutang), sedangkan sisanya 95,6% lagi dijelaskan oleh variasi atau faktor lainnya.
(71)
3. Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model regresi berpengaruh terhadap variabel dependen, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji t (t test). Adapun hipotesis untuk uji t adalah sebagai berikut:
H1 : Perputaran Piutang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROA.
Uji t ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi thitung dengan ketentuan:
− Jika thitung < ttabelpada α 0.05, maka H1 ditolak. − Jika thitung > ttabelpada α 0.05, maka H1 diterima.
Tabel 4.12 Hasil Uji t
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -3.897 .457 -8.531 .000
LN_X .468 .211 .234 2.218 .029
Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
Dari uji t yang telah dilakukan, maka diperoleh nilai signifikansi untuk variabel independen yaitu perputaran piutang (LN_Perputaran Piutang) adalah 0.029 dan nilai ini lebih kecil dari 0.05 yang berarti bahwa H1 diterima. Selain itu, dari uji t di atas, diperoleh nilai t hitung untuk
(72)
perputaran piutang adalah 2,218. Sementara t tabel yang dihitung dengan ketentuan α = 5% dan derajat kebebasan (n – 2) = 97 menghasilkan tα/2 (n – 2) = t0, 025 (85) = 1.9879. Nilai t hitung (2,218) ini lebih besar dari nilai t tabel (1.9879). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H1 diterima atau perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap ROA.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan secara statistik, dapat dilihat bahwa perputaran piutang mempunyai pengaruh terhadap ROA dan pengaruh tersebut teruji signifikan. Hasil peneltian ini diperkuat dengan hasil pengujian hipotesis dengan uji t dimana variabel perputaran piutang mempunyai nilai signifikansi sebesar 0.029, nilai ini lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05 dan nilai t hitung yang lebih besar daripada t tabel yang berarti bahwa H1 ( hipotesis bahwa perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap ROA) diterima.
Hasil ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan tingkat perputaran piutang turut meningkatkan ROA. Ini berarti perputaran piutang mempunyai pengaruh yang positif terhadap ROA.
(73)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan dalam bab empat, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa hasil penelitian ini menunjukkan variabel independen yaitu perputaran piutang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen yaitu ROA pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Persamaan regresi yang diperoleh, yaitu ROA = 0,0203 + 1,597 Perputaran Piutang + e.
Hasil penelitian juga menunjukkan adanya pengaruh positif perputaran piutang terhadap return on asset (ROA). Artinya, apabila tingkat perputaran piutang meningkat maka ROA juga meningkat. Demikian juga sebaliknya, apabila tingkat perputaran menurun, maka akan semakin rendah ROA yang diperoleh.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian Sitanggang (2008) yang menghasilkan kesimpulan bahwa perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA).
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan-keterbatasan tersebut antara lain:
(74)
5. Objek penelitian hanya pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2004-2007.
6. Periode penelitian hanya terbatas pada tahun 2005 hingga tahun 2007.
7. Penelitian ini hanya mengambil satu buah variabel yaitu perputaran piutang sebagai variabel independen dan satu variable dependen, yaitu ROA.
C. Saran
Untuk menambah manfaat penulisan skripsi ini, penulis mencoba memberikan beberapa saran yang mungkin dapat berguna bagi perusahaan. Adapun saran yang penulis berikan adalah :
1. Bagi Perusahaan
Menaikkan aktivitas kebijakan penagihan piutang kepada pelanggan agar perputaran piutang meningkat sehingga profitabilitas perusahaan pun semakin meningkat.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan sampel yang lebih banyak dengan karakteristik yang lebih beragam dari berbagai sektor dan memperpanjang periode penelitian. Selain itu, penelitian yang akan datang juga sebaiknya menambah variabel independen yang turut mempengaruhi ROA.
(75)
DAFTAR PUSTAKA
Erlina, Sri Mulyani, 2007. Metodologi Penelitian, USU Press, Medan.
Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Gitosudarmo, Indriyo dan Basri. 2002. Manajemen Keuangan, Edisi 4, BPFE, Yogyakarta.
Indonesia Stock Exchange, 2008. Laporan Keuangan/ Detail/ Soft Copy Laporan Keuangan.
Jogiyanto, 2004. Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta. Jumingan, 2005. Analisis Laporan Keuangan, Bumi Aksara, Jakarta.
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi, Medan.
KD, Martinus, 2006. Analisis Efektivitas Pengelolaan Piutang atas Penjualan Kredit dan Pengaruhnya terhadap Profitabilitas pada PT Akarin cabang Medan, Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, Terry D. Warfield, 2007. Akuntansi Intermediate, Edisi Keduabelas, Terjemahan Emil Salim, Erlangga, Jakarta.
Priliya, Eka, 2006. Pengaruh Piutang terhadap Rentabilitas pada PT Ultrajaya Milk Industry dan Trading Company, Tbk, Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Simamora, J. Melda D. 2007. Pengaruh Perputaran Piutang terhadap Likuiditas pada PT Pertani Wilayah Sumatera Bagian Utara, Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sitanggang, Seprina Ruleta, 2008. Pengaruh Perputaran Piutang terhadap Profitabilitas pada PT Gresik Cipta Sejahtera cabang Medan, Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan.
(76)
Stice, Earl K., James D. Stice, dan Fred Skousen, 2004. Akuntansi Keuangan Menengah, Edisi Kelimabelas, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta.
Sugiyono, 2003. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kelima, CV. Alfabeta, Bandung.
Sularso, Sri, 2003. Metode Penelitian Akuntansi, BPFE, Yogyakarta.
Umar, Husein, 2003. Metode Riset Akuntansi Terapan, Ghalia Indonesia, Jakarta. Warren, Carl S., James M. Reeve, Philip E. Fees, 2005. Pengantar Akuntansi,
Terjemahan Aria Farahmita, Edisi Keduapuluhsatu, Erlangga, Jakarta.
Wild, Jhon J., K. R. Subramanyam, Robert F. Halsey, 2005. Analisis Laporan Keuangan, Terjemahan Yanivi S. Bachtiar, Edisi Kedelapan, Buku Dua, Salemba Empat, Jakarta.
Yunus, Hadori. 2005. Pengaruh Modal Kerja terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Sektor Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Thesis. UPI.
(77)
LAMPIRAN
Lampiran 1: Populasi, Kiteria Perusahaan, Sampel
No Perusahaan Kriteria Sampel
1 2 3 4
1 PT Ades Watres Indonesia Tbk √ √ √ √ Sampel 1
2 PT Aqua Golden Mississipi Tbk √ √ √ √ Sampel 2
3 PT BAT Indonesia Tbk √ √ √ √ Sampel 3
4 PT Bentoel Internasional Investama Tbk √ √ √ √ Sampel 4 5 PT Britol-Myers Squibb Indonesia Tbk √ √ √ √ Sampel 5
6 PT Cahaya Kalbar Tbk √ √ √ √ Sampel 6
7 PT Darya Varia Laboratoria Tbk √ √ √ √ Sampel 7
8 PT Davomas Abadi Tbk √ √ √ √ Sampel 8
9 PT Delta Djakarta Tbk √ √ √ √ Sampel 9
10 PT Gudang Garam Tbk √ √ √ √ Sampel 10
11 PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk √ √ √ √ Sampel 11
12 PT Indofarma (Persero) Tbk √ √ √ √ Sampel 12
13 PT Indofood Sukses Makmur Tbk √ √ √ √ Sampel 13
14 PT Kalbe Farma Tbk √ √ √ √ Sampel 14
15 PT Kedaung Indah Can Tbk √ √ √ √ Sampel 15
16 PT Kedawung Setia Industrial Tbk √ √ √ √ Sampel 16
17 PT Kimia Farma (Persero) Tbk √ √ √ √ Sampel 17
18 PT Langgeng Makmur Industri Tbk √ √ √ √ Sampel 18
19 PT Mandom Indonesia Tbk √ √ √ √ Sampel 19
20 PT Mayora Indah Tbk √ √ √ √ Sampel 20
21 PT Merck Tbk √ √ √ √ Sampel 21
22 PT Multi Bintang Indonesia Tbk √ √ √ √ Sampel 22
23 PT Mustika Ratu Tbk √ √ √ √ Sampel 23
24 PT Prasidha Aneka Niaga Tbk √ √ √ √ Sampel 24
25 PT Pyridam Farma Tbk √ √ √ √ Sampel 25
26 PT Saralee Bodycare Indonesia Tbk √ √ X X
Bukan sampel
27 PT Schering Plough Indonesia Tbk √ √ √ √ Sampel 26
28 PT Sekar Bumi Tbk √ √ X X
Bukan sampel
(1)
(2)
(3)
Lampiran 5 : Uji Heterokedatisitas
(4)
Grafik Scatterplot Sesudah Transformasi
Lampiran 6 : Uji Autokorelasi
Hasil Uji Durbin-Watson
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .234a .055 .044 1.35664 1.900
a. Predictors: (Constant), LN_X b. Dependent Variable: LN_Y
(5)
Lampiran 7: Reggresion
Sebelum Transformasi
Variables Entered/Removedb
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method
1 Xa . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Y
Sesudah Transformasi
Variables Entered/Removedb
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method
1 LN_Xa . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: LN_Y
Lampiran 8 : Hasil Regresi
Sebelum Transformasi
Uji t (t test)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .030 .027 1.112 .269
X .004 .002 .190 1.909 .059
(6)
Sesudah Transformasi
Uji t (t test)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -3.897 .457 -8.531 .000
LN_X .468 .211 .234 2.218 .029