Neoplasia Intraepithelial Serviks Sejarah Perkembangan Terminologi Lesi Prakanker Serviks Schauenstein 1908

Infeksi virus HPV memerlukan ko-faktor untuk dapat menimbulkan suatu keganasan. Beberapa kondisi seperti tingkat metaplasia serviks uteri saat terpapar virus HPV, kebiasaan berganti pasangan seksual, kontak seksual pertama pada usia muda, kebiasaan merokok, status imunitas tubuh, penggunaan imunosupresan dan infeksi HIV akan turut menentukan hasil akhir suatu infeksi virus HPV. 20,21,24-26 Sel epitel serviks yang terinfeksi oleh virus HPV mengalami mutasi genetik sehingga merubah perilakunya. Sel yang bermutasi ini akan melakukan pembelahan sel yang tidak terkendali, immortal dan menginvasi jaringan stroma di bawahnya. Keadaan mutasi genetik yang tidak dapat diperbaiki akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan kanker ini. 20,21,26,27

2.3. Neoplasia Intraepithelial Serviks

Perubahan sel epitel serviks yang dikenal dengan displasia memiliki spektrum perkembangan yang khas. Terminologi lesi prakanker serviks menjelaskan adanya proses displasia yang ditandai dengan adanya sel atipia pada intraepitel serviks. Displasia ini dimulai dengan displasia ringan, sedang, berat dan karsinoma insitu dan akhirnya setelah menginvasi membran basalis epitel serviks disebut sebagai kanker serviks invasif. 20,21,26,27 Jessy Chrestella : Gambaran Imunoekspresi Matrix Metalloproteinase 9 Mmp-9 Pada Lesi-Lesi Prakanker Dan Karsinoma Serviks Invasif, 2009 Lesi-lesi intraepithel serviks dapat terlihat dengan adanya inti sel epitel yang mengalami pembesaran, dengan tepi ireguler dan hiperkromatik, aktivitas mitotik yang meningkat dan perubahan pola maturitas. Glikogen sitoplasma juga berkurang bahkan tidak ada sehingga pada tes Schiller pewarnaan Lugol tidak terwarnai. 2,15,17,18 Petersen 1956 dalam salah satu penelitian terdahulunya menyebutkan bahwa dari 127 penderita lesi prakanker serviks yang berat, 11 akan menjadi lesi invasif dalam 3 tahun, 22 dalam 5 tahun dan 33 dalam 9 tahun. 2 Transisi dari lesi prakanker serviks menjadi karsinoma invasif dan berbagai proses metastase lanjutan memerlukan kemampuan sel untuk melakukan penetrasi membran basalis, region subendothelia, untuk kemudian menginvasi stroma, kelenjar limfatik dan atau pembuluh darah. Semua proses ini membutuhkan adanya enzim litik. 13,15,29-32 Gambar 2.1. Histopatologi jaringan serviks normal, CIN I, CIN II dan CIN III Diambil dari kepustakaan no.8 Jessy Chrestella : Gambaran Imunoekspresi Matrix Metalloproteinase 9 Mmp-9 Pada Lesi-Lesi Prakanker Dan Karsinoma Serviks Invasif, 2009

2.4. Sejarah Perkembangan Terminologi Lesi Prakanker Serviks Schauenstein 1908

adalah orang pertama yang mengemukakan gagasan bahwa karsinoma serviks invasif merupakan kejadian de novo . Konsep ini kemudian ditentang oleh banyak pihak, dimana seperti yang terbukti dan diyakini sampai saat ini, karsinoma invasif skuamosa serviks adalah hasil progresifitas suatu lesi pre invasif. 4 Terminologi lesi pra kanker serviks berkembang dan mengalami perubahan sejalan dengan waktu. Reagan dan Hamonic 1956 memperkenalkan istilah displasia untuk membedakan lesi prakanker serviks yang lebih ringan dengan keadaan karsinoma insitu. 4 WHO 1975 memberikan definisi displasia sebagai lesi dimana epitel normal digantikan dengan sel-sel yang menunjukkan proses atipia. Istilah karsinoma insitu menggambarkan lesi kanker yang masih terbatas di dalam epithelium serviks. 4,11 Richart menggunakan terminologi Cervical Intraepitelial Neoplasia CIN untuk menggambarkan spektrum biologis dari lesi prakanker serviks. Terdapat tiga terminologi CIN yang digunakan yaitu CIN I displasia ringan, CIN II displasia moderat dan CIN III displasia berat karsinoma in situ . 4 Jessy Chrestella : Gambaran Imunoekspresi Matrix Metalloproteinase 9 Mmp-9 Pada Lesi-Lesi Prakanker Dan Karsinoma Serviks Invasif, 2009 Sistem Bethesda kemudian memperbaiki terminologi lesi prakanker serviks menjadi Low Grade Squamous Intraepitelial Lesion LGSIL, High Grade Squamous Intraepitelial Lesion HGSIL dan kanker invasif. 4,11 Dari berbagai terminologi diatas, jelas tergambar bahwa proses karsinogenesis epitel serviks merupakan suatu proses tunggal. Kanker serviks merupakan hasil akhir dari perjalanan progresifitas proses displasia atipik dari epitel serviks. Proses karsinogenesis ini lebih sering berkembang lambat, bahkan sering membutuhkan bertahun tahun untuk suatu lesi prakanker serviks hingga berkembang menjadi kanker invasif. Namun demikian ada kalanya proses ini terjadi lebih cepat dari yang diduga. 4,14,22

2.5. Klasifikasi Sistem Bethesda