1. Tujuan Penggunaan Hak
2. Cara Perolehan Hak.
Hal ini dilakukan guna mengurangi resiko terjadi kesalahan prosedur penerbitan sertipikat hak atas tanah pada Kantor Pertanahan Kota Medan.
Alas hak yang dijadikan dasar dalam penerbitan sertipikat kepemilikan hak atas tanah di Kantor Pertanahan merupakan alat bukti yang dapat digunakan sebagai
alat pembuktian yuridis atas kepemilikan atau penguasaan suatu bidang tanah, baik secara tertulis ataupun berdasarkan keterangan saksi
Permohonan Hak untuk pertama kali terhadap alas hak sebagai alat bukti tersebut dapat dijadikan dasar untuk penerbitan sertipikat pada Kantor Pertanahan
sebagai :
1. Penegasan Hak Atas Tanah
Penegasan hak atas tanah merupakan Keputusan Badan Pertanahan Nasional, yaitu mengenai penegasan hak atas tanah yang berasal dari tanah milik adat,
ditegaskan untuk permohonan melalui prosedur perolehan sertipikat hak atas tanah di Kantor Pertanahan dengan pemenuhan persyaratan permohonan, sebagai
berikut: a.
Surat Permohonan; b.
Fotocopy Kartu Tanda Penduduk atau identitas diri pemohon; c.
Fotocopy Kartu Tanda Penduduk atau identitas diri penerima kuasa disertai dengan surat kuasa, jika permohonannya dikuasakan;
d. Fotocopy SPPT PBB tahun berjalan;
Muaz Effendi : Peralihan Hak Atas Tanah Yang Belum Bersertipikat Di Kecamatan Medan Johor Dan Pendaftaran Haknya Di Kantor Pertanahan Medan, 2009
e. Bukti tertulis hak atas tanah yang asli, yaitu:
1 Surat bukti hak milik yang terbit berdasarkan peraturan swapraja
2 Sertipikat hak milik yang diterbitkan berdasarkan PMA Nomor 91959
3 Surat keputusan pemberian hak dari pejabat yang berwenang baik
sebelum atau pun sejak berlakunya Undang-undang Pokok Agraria yang tidak disertai dengan kewajiban untuk mendaftarkan hak yang diberikan,
tetapi telah dipenuhi semua kewajiban didalamnya; 4
Petuk pajak bumiLandrente, Girik, Pipil, Kiktir dan Verponding Indonesia sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun
1961 5
Akta pemindahan hak yang dibuat dibawah tangan yang dibubuhi tanda kesaksian oleh Kepala AdatKepala DesaKelurahan yang dibuat sebelum
berlakunya Peraturan Pemerintah ini dengan disertai alas hak yang dialihkan;
6 Akta pemindahan hak atas tanah yang dibuat oleh PPAT yang tanahnya
belum dibukukan dengan disertai dengan alas hak yang dialihkan; 7
Akta ikrar wakafakta pengganti ikrar wakafsurat ikrar wakaf yang dibuat sebelum atau sejak mulai dilaksanakan Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 1997 dengan disertai alas hak wakafnya; 8
Risalah lelang yang dibuat oleh pejabat lelang berwenang yang tanahnya belum dibukukan dengan disertai alas hak yang dialihkan
Muaz Effendi : Peralihan Hak Atas Tanah Yang Belum Bersertipikat Di Kecamatan Medan Johor Dan Pendaftaran Haknya Di Kantor Pertanahan Medan, 2009
9 Surat penunjukan atau pembelian kaveling tanah pengganti tanah yang
diambil oleh pemerintah daerah atau; 10
Surat keterangan riwayat tanah yang pernah dibuat oleh Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan dengan disertai alas hak yang
dialihkan; 11
Lain-lain bentuk alat pembuktian tertulis dengan nama apapun juga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Ketentuan-Ketentuan Konversi
Undang-undang Pokok Agraria; 12
Surat-surat bukti kepemilikan lainnya yang terbit dan diberlakukannnya Undang-undang Pokok Agraria.
Sehubungan dengan penegasan hak atas tanah tersebut di atas maka prosedurnya pemohon mengajukan surat permohonan kepada Kepala Kantor
Pertanahan setempat Pertanahan Medan melalui loket penerimaan dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Setiap fotocopy yang dipersyaratkan sudah dilegalisir oleh pejabat yang
berwenang. b.
Setelah surat keputusan penegasan hak atas tanah diterbitkan oleh Kantor Pertanahan, maka dimohonkan penerbitan sertipikat hak atas tanahnya tanpa
pembayaran BPHTB dan uang pemasukan kepada negara. Dasar hukum dari persyaratan perolehan sertipikat hak atas tanah melalui
prosedural perolehan penegasan hak atas tanah, yaitu:
Muaz Effendi : Peralihan Hak Atas Tanah Yang Belum Bersertipikat Di Kecamatan Medan Johor Dan Pendaftaran Haknya Di Kantor Pertanahan Medan, 2009
a. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2002.
d. Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 3 Tahun 1997. e.
Surat Edaran Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 600-1900 Tanggal 31 Juli 2003.
2. Pengakuan Hak Atas Tanah