lapisan kulit bumi nusantara yang dapat dipunyai dengan sesuatu kepemilikan hak atas tanah oleh perseorangan atau badan hukum.
Menurut ketentuan hukum perdata bahwa tanah selaku obyek bukan saja dipandang sebagai benda zaak tak bergerak berujud yang dapat dilihat secara nyata,
juga dipandang terpisah sebagai benda tak bergerak dan tak berujud, sehingga jika terjadi peralihan haknya harus diikuti dengan penyerahan haknya levering, sesuai
ketentuan Pasal 612 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Pasal 9 ayat 1 dan ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
mengatur tentang obyek Pendaftaran Tanah, yaitu: 1.
Obyek Pendaftaran Tanah meliputi: a.
Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai;
b. Tanah hak pengelolaan;
c. Tanah wakaf;
d. Hak milik atas satuan rumah susun;
e. Hak tanggungan;
f. Tanah Negara.
2. Dalam hal tanah Negara sebagai obyek pendaftaran tanah sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 huruf f, pendaftarannya dilakukan dengan acara membukukan bidang tanah yang merupakan tanah Negara dalam daftar
tanah.
E. Tata Cara Pendaftaran Tanah
Dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 disebutkan bahwa Pendaftaran Tanah diselenggarakan oleh Badan Pertanahan Nasional, hal ini
berbeda dangan apa yang disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 bahwa penyelenggara pendaftaran tanah dilakukan oleh Jawatan Pendaftaran
Muaz Effendi : Peralihan Hak Atas Tanah Yang Belum Bersertipikat Di Kecamatan Medan Johor Dan Pendaftaran Haknya Di Kantor Pertanahan Medan, 2009
Tanah yaitu ketika masih berlaku merupakan suatu jawatan di Departemen Kehakiman dan kemudian digabungkan pada Menteri Agraria dan teruslah jawatan
pendaftaran tanah tersebut mempunyai kantor tersendiri sebagai Kantor Pendaftaran Tanah dan instansi atasannya adalah Kepala Kantor Pengawasan dan Pendaftaran
Tanah dan kemudian atasan lanjutannya adalah Jawatan Pendaftaran Tanah. Persyaratan permohonan sertipikat hak atas tanah yang ditentukan dalam
Standar Prosedur Pengaturan dan Pelayanan SPPP di Lingkungan Badan Pertanahan Nasional telah dibuat secara konstelasi hukum positif, terutama Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah serta Peraturan
Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Peraturan Pelaksananya, baik diproses secara sistematik melalui Panitia
Ajudikasi ataupun Sporadik melalui pemilik tanah sendiri di Kantor Pertanahan. Faktualnya, pada setiap pengajuan permohonan sertipikat kepemilikan hak
atas tanah di Kantor Pertanahan yang lebih dahulu diperiksa dan diteliti, yaitu mengenai tiga persyaratan data:
1. Pemilik, sebagai subyek hak
2. Tanah, sebagai obyek hak
3. Surat, sebagai alas hak.
Untuk melengkapi pemeriksaan dan penelitian dengan tiga persyaratan data di atas diperlukan dua persyaratan data pendukung, yakni:
Muaz Effendi : Peralihan Hak Atas Tanah Yang Belum Bersertipikat Di Kecamatan Medan Johor Dan Pendaftaran Haknya Di Kantor Pertanahan Medan, 2009
1. Tujuan Penggunaan Hak
2. Cara Perolehan Hak.
Hal ini dilakukan guna mengurangi resiko terjadi kesalahan prosedur penerbitan sertipikat hak atas tanah pada Kantor Pertanahan Kota Medan.
Alas hak yang dijadikan dasar dalam penerbitan sertipikat kepemilikan hak atas tanah di Kantor Pertanahan merupakan alat bukti yang dapat digunakan sebagai
alat pembuktian yuridis atas kepemilikan atau penguasaan suatu bidang tanah, baik secara tertulis ataupun berdasarkan keterangan saksi
Permohonan Hak untuk pertama kali terhadap alas hak sebagai alat bukti tersebut dapat dijadikan dasar untuk penerbitan sertipikat pada Kantor Pertanahan
sebagai :
1. Penegasan Hak Atas Tanah