pemerintah, peraturan presiden atau peraturan suatu badan hukum atau lembaga negara.
b. Bahan Hukum Sekunder : Berupa
semua publikasi
tentang hukum yang bukan merupakan dokumen- dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks,
kamus- kamus hukum dan jurnal-jurnal hukum. Bahan hukum sekunder terutama adalah buku teks karena buku teks berisi mengenai prinsip-
prinsip dasar ilmu hukum dan pandangan- pandangan klasik para sarjana yang mempunyai klasifikasi tinggi.
49
c. Bahan
Hukum Tersier
: Berupa bahan hukum penunjang yang memberi petunjuk dan penjelasan
terhadap bahan hukum sekunder seperti kamus umum, kamus hukum dan jurnal ilmiah.
50
Jadi penelitian ini menggunakan bahan hukum primer, sekunder dan tersier sebagai sumber bahan hukum penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode atau teknik menunjuk suatu kata yang
abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, ujian, dokumen dan
49
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Jakarta : Kencana, 2005, hal. 141.
50
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudi, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat Jakarta : Rajawali Press, 1990, hal. 14.
Yushfi Munif Nasution: Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Terhadap Tindak Pidana Penyelundupan, 2008. USU e-Repository © 2008
lainnya.
51
Wawancara merupakan teknik yang digunakan untuk memperoleh keterangan secara lisan guna mencapai tujuan tertentu. Pada dasarnya wawancara
bukan merupakan bahan hukum, akan tetapi dapat dimasukkan sebagai bahan non- hukum.
52
Penelitian ini tidak menggunakan wawancara dalam pengumpulan data. Prosedur pengumpulan bahan hukum yang akan digunakan dalam penelitian
ini dilakukan dengan cara studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan untuk mengumpulkan bahan hukum sekunder melalui pengkajian terhadap peraturan
perundang-undangan, literatur-literatur, tulisan-tulisan para pakar hukum dan bahan kuliah yang berkaitan dengan penelitian ini.
5. Metode Analisis Data
Pengolahan, analisis dan konstruksi data penelitian hukum normatif dapat dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap kaedah hukum dan kemudian
konstruksi dilakukan dengan cara memasukkan pasal-pasal ke dalam kategori- kategori atas dasar pengertian-pengertian dasar dari sistem hukum tersebut.
53
Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan dan peraturan perundang-undangan diolah
dan dianalisis berdasarkan metode kualitatif yaitu dengan melakukan : a.
Menemukan konsep-konsep yang terkandung dalam bahan-bahan hukum konseptualisasi yang dilakukan dengan cara memberikan interpretasi
terhadap bahan hukum tersebut.
51
Riduan, Metode Teknik Menyusun Tesis Bandung : Alfabeta, 2004, hal. 97.
52
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2004, hal. 95.
53
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum Jakarta : UI Press, 2006, hal. 225.
Yushfi Munif Nasution: Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Terhadap Tindak Pidana Penyelundupan, 2008. USU e-Repository © 2008
b. Mengelompokkan konsep-konsep atau peraturan-peraturan yang sejenis atau
berkaitan. Kategori-kategori dalam penelitian ini adalah pertanggungjawaban pidana korporasi terhadap tindak pidana penyelundupan.
c. Menemukan hubungan diantara pelbagai kategori atau peraturan kemudian
diolah. d.
Menjelaskan dan menguraikan hubungan diantara pelbagai kategori atau peraturan perundang-undangan, kemudian dianalisis secara deskriptif
kualitatif. Sehingga mengungkapkan hasil yang diharapkan dan kesimpulan atas permasalahan.
Yushfi Munif Nasution: Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Terhadap Tindak Pidana Penyelundupan, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB II KETENTUAN PERATURAN YANG MENGATUR TENTANG
TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN
Sebelum memasuki ketentuan perundang-undangan yang mengatur tentang Tindak Pidana Penyelundupan, terlebih dahulu akan diuraikan apa yang menjadi
subyek dan obyek dari tindak pidana penyelundupan.
Subyek Dalam Tindak Pidana Penyelundupan
Yang dapat ditindak atau dituntut kerena melakukan Tindak Pidana Penyelundupan sesuai dengan undang-undang Tindak Pidana Ekonomi UU drt. no. 7
tahun 1955 adalah : 1.
Seseorang yang melakukan tindak pidana ekonomi misalnya melakukan Tindak Pidana Penyelundupan
2. Beberapa orang yang secara bersama-sama turut serta melakukan Tindak
Pidana Ekonomi. Dalam hal ini mereka bersama-sama melakukan Tindak Pidana, di sini
disyaratkan bahwa semua pelaku telah melakukan perbuatan pelaksanaan atau melakukan elemen dari peristiwa pidana, walaupun masing-masing peserta
medepleger deelnemer tidak mengerjakan keseluruhan elemen.
Yushfi Munif Nasution: Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Terhadap Tindak Pidana Penyelundupan, 2008. USU e-Repository © 2008