ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalam undang-undang yang menyangkut keluar masuknya hal-hal tersebut diatas dan dapat mengambil suatu tindakan yang
diperlakukan terhadap obyek dari penyelundupan tersebut.
1. Upaya Penal.
Kewenangan Dalam Penyidikan : Kewenangan Pejabat Bea dan Cukai dalam hal melakukan penyidikan diberi
wewenang khusus sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana
dibidang Kepabeanan. Oleh karena itu penyelundupan sebagai salah satu perbuatan pidana maka penyidikan terhadap perbuatan tersebut dapatlah dilakukan oleh Pejabat
Pegawai Negeri Sipil yang terdapat di dalam lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Adapun kewenangan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai penyidik dalam upaya penanggulangan Tindak Pidana Penyelundupan, kewenangannya sesuai
dengan Pasal 112 UU no. 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan adalah : a.
Menerima laporan atau keterangan dari seseorang tentang adanya Tindak Pidana di bidang Kepabeanan.
b. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi. c.
Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan sehubungan dengan Tindak Pidana bidang Kepabeanan.
Yushfi Munif Nasution: Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Terhadap Tindak Pidana Penyelundupan, 2008. USU e-Repository © 2008
d. Melakukan penangkapan dan penahanan terhadap orang yang disangkakan
melakukan Tindak Pidana di bidang Kepabeanan. e.
Memotret atau merekam melalui media audiovisual terhadap barang, orang sarana pengangkut, atau apa saja yang dapat dijadikan bukti adanya
Tindak Pidana di bidang Kepabeanan. f.
Memeriksa catatan dan pembukuan yang diwajibkan. g.
Meminta keterangan dan bukti dari orang yang disangkakan melakukan Tindak Pidana di bidang Kepabeanan.
h. Mengambil sidik jari orang.
i. Menggeledah rumah tempat tinggal, pakaian atau badan.
j. Menggeledah tempat atau sarana pengangkut dan pemeriksa barang yang
terdapat di dalamnya apabila dicurigai adanya Tindak Pidana. k.
Menyita benda-benda yang diduga keras merupakan barang yang di dapat dijadikan bukti dalam Perkara Tindak Pidana.
l. Memberikan tanda pengaman dan mengamankan apa saja yang dapat
dijadikan sebagai bukti sehubungan dengan Tindak Pidana. m.
Mendatangkan tenaga yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan tindak pidana.
n. Mendatangkan tenaga yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan tindak pidana. o.
Menyuruh berhenti orang yang disangka melakukan tindak pidana dan memeriksa tanda pengenal dari diri tersangka.
Yushfi Munif Nasution: Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Terhadap Tindak Pidana Penyelundupan, 2008. USU e-Repository © 2008
p. Dapat menghentikan penyidikan.
q. Melakukan tindakan lain yang dirasa perlu untuk kelancaran dalam
melakukan penyidikan Tindak Pidana secara bertanggungjawab.
85
Hal ini juga sesuai dengan UU no. 17 tahun 2006 tentang Perubahan Atas UU no. 10 tahun 1995 Tentang Kepabeanan, yang mana pasal tersebut tetap berlaku.
Dalam peraturan pemerintah RI no. 55 tahun 1996 tentang Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Kepabeanan dan Cukai diangkat oleh Menteri Keuangan atas usul
Menteri Keuangan Pasal 2 ayat 1 dan pengangkatan dilakukan setelah mendengar pengangkatan dilakukan setelah mendengar pertimbangan dari Jaksa Agung dan
Kepala Kepolisian Republik Indonesia Pasal 2 ayat 2. Penyidik Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
memberitahukan kapan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum dan tembusan pemberitahuan dimulainya penyidikan kepada
Penuntut Umum dan tembusan pemberitahuan dimulainya penyidikan dan tembusan hasil penyidikan kemudian disampaikan kepada penyidik Kepolisian Negara
Republik Indonesia Pasal 5 ayat 1 dan 2. Dalam hal menghentikan penyidikan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil
PPNS Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dapat memberitahukan kepada Penuntut Umum dan tembusannya disampaikan kepada Penyidik Kepolisian Negara Republik
Indonesia Pasal 6 dan untuk kepentingan penerimaan bagi Negara, Jaksa Agung
85
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan, Pasal 112.
Yushfi Munif Nasution: Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Terhadap Tindak Pidana Penyelundupan, 2008. USU e-Repository © 2008
dapat juga menghentikan penyidikan tindak pidana bidang Kepabeanan dan Cukai atas permintaan Menteri Keuangan Pasal 7.
Dalam melakukan penyidikannya oleh pihak pejabat Bea dan Cukai dapat dihentikan dan permintaan Menteri dan Jaksa Agung dengan syarat untuk
kepentingan penerimaan kas negara. Penghentian ini dilakukan setelah yang bersangkutan melunasi bea masuk yang tidak atau kurang dibayar, ditambah dengan
sanksi administrasi berupa denda sebesar empat kali jumlah bea masuk yang tidak atau kurang dibayar Pasal 113 ayat 1 dan 2 UU no. 10 tahun 1995 tentang
Kepabeanan. Fungsi Kejaksaan :
a. Jaksa Agung Sebagai Ketua TP4 Tim Penyidik dan Penuntutan Perkara Penyelundupan.
Dalam usaha memberantas Tindak Pidana Penyelundupan dengan efektif dan efisien, semula dikeluarkan Keputusan Presiden Keppres no. 73 tahun 1967, tentang
pemberian wewenang Jaksa Agung di tunjuk sebagai ketua tim dengan dibantu dan bekerjasama dengan para MenteriPanglima Angkatan Darat, MenteriAngkatan
Kepolisian Negara. Sebagai tindak lanjut dari Keppres tersebut, maka Jaksa Agung dengan
keputusannya nomor : KEP-052D.A.61967, tanggal 13 Juni 1967 telah membentuk Tim Penyidik dan Penuntutan Perkara Penyelundupan TP4, yang terdiri dari Pusat,
TP4 Daerah dan Sub TP4 Daerah, dengan tugas utamanya melakukan koordinasi, pengendalian dan pengawasan, penahanan, penuntutan dan penyelesaian barang bukti
Yushfi Munif Nasution: Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Terhadap Tindak Pidana Penyelundupan, 2008. USU e-Repository © 2008
dalam perkara-perkara penyelundupan, baik yang dilakukan oleh orang-orang sipil maupun ABRI Pasal 1 jo. Pasal 6. TP4 Pusat diketahui sendiri oleh Jaksa Agung
dan beranggotakan para Jaksa Agung Muda JAM dan para Oditur Jenderal dari unsur TNI dan Direktur Bea dan Cukai.
Sedangkan TP4 daerah hanya dibentuk di daerah-daerah yang dianggap rawan penyelundupan seperti di Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera
Selatan, DKI Jaya, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat dan Timur, Sulawesi Selatan dan Utara, Maluku dan Irian Jaya, yang masing-masing
diketuai oleh Kepala Kejaksaan Negeri, Jaksa TentaraOditur dari unsur TNI dan Pejabat Direktorat Jendral Bea dan Cukai. Sub TP4 Daerah diketuai oleh Kepala
Kejaksaan Negeri dan beranggotakan JaksaOditur dari unsur TNI dan pejabat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai setempat.
Menurut Pasal 8 Keppres nomor 731967 tersebut menyebutkan antara lain mengenai tugas dan wewenang TP4P, TP4D, dan sub TP4D yaitu:
1 Mempertimbangkan tindakan-tindakan yang diperlukan menurut aturan- aturan yang berlaku untuk dapat melaksanakan tugasnya.
2 Meminta bantuan kepada semua instansi, baik sipil maupun ABRI untuk dapat melaksanakan tugasnya.
86
Dalam rangka penanggulangan dan penanganan perkara penyelundupan, TP4 Pusat dan TP4 Daerah lebih mengutamakan tindakan preventif melakukan kegiatan
tukar menukar informasi dalam rangka operasi intelijen terhadap penyelundupan,
86
Soufnir Chibro, op. cit.,hal. 55.
Yushfi Munif Nasution: Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Terhadap Tindak Pidana Penyelundupan, 2008. USU e-Repository © 2008
disamping tindakan represif yaitu dengan mengupayakan penyelesaian penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan eksekusi keputusan pengadilan secara tepat, cepat,
sederhana dan tuntas. TP4 Pusat dan TP4 Daerah mempunyai wewenang untuk menerima dan atau
meminta laporan tentang data atau informasi mengenai kegiatan operasi pemberantasan penyelundupan oleh kejaksaan, kepolisian dan direktorat Jenderal Bea
dan Cukai, disamping meminta bantuan kepada instansi lainnya, baik sipil maupun militer dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Segala operasi pemberantasan tindak
pidana penyelundupan yang dilakukan oleh pihak-pihak tersebut harus dilaporkan kepada ketua TP4, kecuali dalam keadaan mendesak laporan dapat diberikan dalam
waktu 2 kali 24 jam pada ketua TP4.
87
Berdasarkan informasi dan laporan yang diterima, TP4 memberikan petunjuk dan bantuan sepenuhnya dalam penanggulangan perkara maupun barang bukti dari
hasil operasi pemberantasan penyelundupan tersebut. Bertahun-tahun lamanya pemerintah telah berusaha membasmi tindak pidana penyelundupan yang
dimanifestasikan dengan berkali-kali mengubah dan menambah peraturan-peraturan di bidang ekonomi, ekspor dan impor, termasuk peraturan mengenai delik ekonomi
penyelundupan. Begitu pula telah dibentuk tim yang hampir bersamaan antara Tim Pemberantas Tindak Pidana Penyelundupan dan Tim Pemberantas Tindak Pidana
Korupsi, yang kedua-duanya diketuai oleh Jaksa Agung. Tetapi semua usaha tersebut masih kurang berhasil seperti yang diharapkan.
87
Ibid. hal. 60.
Yushfi Munif Nasution: Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Terhadap Tindak Pidana Penyelundupan, 2008. USU e-Repository © 2008
Sehubungan dengan hal tersebut, maka Jaksa Agung selaku Ketua TP4 Pusat melalui Surat Keputusan Nomor : KEP-025J.A31989, tanggal 14 Maret 1989 telah
mencanangkan Operasi Terpadu yang akan bekerja dan bergerak berlandaskan Pola Operasi dan Strategi Pemberantasan Penyelundupan yang akan dijalankan oleh TP4
melalui langkah-langkah sebagai berikut : 1 Kegiatan-kegiatan dalam Operasi Pemberantasan Penyelundupan harus
dilaksanakan secara terpadu, dimulai dari perencanaan operasi intelejen, pelaksanaan penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan eksekusinya
dibawah koordinasi dan pengendalian TP4 dan bila dipandang, terlebih dahulu dibicarakan oleh TP4 dalam forum komunikasipertemuan dengan
BAKORTANAS BAKIN, BAKORKAMLA, DEPDAGRI serta instansi terkait lainnya.
2 Perlu dilakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka meningkatkan bobot penyidikan dan penuntutan perkara-perkara penyelundupan. Penuntutan
yang lebih berat terhadap pelaku penyelundupan diharapkan akan dapat merupakan salah satu faktor yang menimbulkan daya tangkal Tindak
Pidana Penyelundupan. 3 Kegiatan untuk mengungkapkan secara luas dan mendalam tentang kaitan
dan jaringan kegiatan Tindak Pidana Penyelundupan dengan cara membongkar jaringan-jaringan penyelundupan sampai ke akar-akarnya
dan meringkus pelakunya sampai aktor intelektualnya.
Yushfi Munif Nasution: Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Terhadap Tindak Pidana Penyelundupan, 2008. USU e-Repository © 2008
4 Melakukan upaya khusus untuk mengamankan pendapatan negara yang dirugikan oleh perbuatan-perbuatan Tindak Pidana Penyelundupan.
Tindakan terhadap penyelundupan tidak terbatas terhadap pelakunya saja, melainkan juga pengamanan terhadap pendapatan negara yang dirugikan
oleh perbuatan penyelundupan tersebut. 5 Melakukan upaya untuk memperlancar dan mempercepat penyelesaian
perkara penyelundupan dan penyelesaian barang-barang bukti sitaan dan rampasan, sehingga melalui tindakan ini mampu memantapkan
pengamanan pembangunan dari segi hukum, sekaligus meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada hukum dan penegak hukum.
Dengan berlandaskan pada pola operasi tersebut diharapkan pemberantasan Tindak Pidana penyelundupan dapat dilakukan secara terpadu, konsepsional dan konsisten.
b. Jaksa Sebagai Penyidik dan Penuntut Umum dalam Tindak Pidana Penyelundupan. Meskipun dengan dikeluarkannya Undang-Undang nomor 8 tahun 1981,
tentang Hukum Acara Pidana LN 1981 no. 76 atau yang lebih dikenal dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP yang tidak memberikan wewenang
kepada Jaksa untuk melakukan penyidikan, namun tugas dan wewenang Jaksa Kejaksaan dalam pemberantasan Tindak Pidana Penyelundupan, baik preventif dan
represif masih tetap menonjol, terutama dalam pemberantasan Tindak Pidana Penyelundupan tertentu.
Setelah Ordonansi Bea masuk kedalam Undang-Undang Tindak Pidana Ekonomi UU drt no. 7 tahun 1955, maka alat-alat penyidik yang di tercantum Pasal
Yushfi Munif Nasution: Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Terhadap Tindak Pidana Penyelundupan, 2008. USU e-Repository © 2008
17 ayat 1 UUTPE, yaitu petugas penyidik sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 6 KUHP ditambah dengan Jaksa dan pejabat penyidik yang berwenang menurut pasal
284 ayat 2 KUHAP jo PP nomor 27 tahun 1983, ditambah dengan mereka yang diangkat oleh Perdana Menteri baca : Presiden, karena sesuai dengan UUD 1945
Perdana Menteri tidak dikenal Kepala Eksekutif, melainkan Presiden menurut Pasal 17 UUTPE, menjadi pejabat penyidik dalam Tindak Pidana Penyelundupan.
Tanpa mengurangi peranan dan wewenang pejabat penyidik lainnya sebagaimana diuraikan diatas, maka uraian berikut ini hanya akan menitikberatkan
pada peranan dan tugas serta wewenang Jaksa sebagai penyidik dan penuntut umum dalam perkara Tindak Pidana Penyelundupan, yaitu sebagai berikut :
1 Melakukan penyitaan atau menyuruh penyerahan untuk disita barang- barang hasil penyelundupan Pasal 18 UUTPE. Dalam hal ini, hanya
Jaksa yang memiliki hak istimewa untuk melakukan penyitaan atas barang-barang tetaptidak tetap, yang berwujudtidak berwujud, termasuk
perusahaan terdakwa. Adapun cara-cara penyitaan barang tetap tidak berwujud selanjutnya diatur dalam Pasal 18 ayat 3, 4 dan 5 UUTPE,
yang berbunyi : Ayat 3. Penyitaan dilakukan :
a Sekedar mengenai barang-barang tak tetap yang tak berwujud yang didaftarkan dalam suatu daftar, dengan penyerahan atau pengiriman
dengan surat-surat tercatat, sepucuk surat keterangan penyitaan kepada
Yushfi Munif Nasution: Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Terhadap Tindak Pidana Penyelundupan, 2008. USU e-Repository © 2008
orang yang berhak dan penyalinan ataupun pencatatan dari salinan surat keterangan itu dalam daftar tersebut.
b Sekedar mengenai tagihan-tagihan atau barang-barang tetap yang tak berwujud yang tidak termasuk sub a dengan penyerahan atau
pengiriman dengan surat tercatat, sepucuk surat keterangan penyitaan kepada orang yang berhak dan jika hak-hak itu dapat dilakukan
terhadap orang-orang tertentu, juga kepada mereka itu. Ayat 4. Jika penyitaan dihapuskan, maka jaksa berusaha supaya dibuat
surat keterangan selekas-lekasnya mengenai penghapusan itu dan supaya surat itu dilaksanakan sepadan dengan ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan dalam ayat 3 surat-surat keterangan penyitaan. Ayat 5. Menteri Kehakiman dengan persetujuan Menteri yang
bersangkutan berhak menetapkan peraturan-peraturan lebih lanjut mengenai cara dan akibat-akibat penyitaan itu.
2 Melakukan pemeriksaan terhadap semua surat yang dipandang perlu Pasal 19 UUTPE.
3 Berhak memasuki setiap tempat untuk mengadakan pemeriksaan Pasal 20 UUTPE demi kepentingan pengusutan, seperti melakukan penggeledahan
di dalam ruangan-ruangan atau rumah-rumah. Yang terpenting dalam pasal ini ialah ayat 2, yaitu apabila bertentangan dengan kemauan si
pemilikpenghuni rumah, maka pegawai penyidikpengusut tidak boleh masuk kecuali jika disertai oleh seorang Komisaris Polisi atau Walikota
Yushfi Munif Nasution: Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Terhadap Tindak Pidana Penyelundupan, 2008. USU e-Repository © 2008
atau atas perintah tertulis dari Jaksa. Dari ketentuan ini dapat juga disimpulkan, bahwa jaksa mempunyai hak istimewa, karena berwenang
memasuki sebuah tempat untuk melakukan pemeriksaan walaupun tanpa kemauan pemilikpenghuni. Ketentuan ini dalam Pasal UUTPE yang
menyimpang dari KUHAP ini tentu masih berlaku sesuai dengan jiwa Pasal 284 KUHAP. Begitu juga perintah tertulis dari Jaksa untuk
melakukan penggeledahan tersebut mempunyai keistimewaan, karena dapat berlaku tanpa disertai Komisaris Polisi atau Walikota.
4 Berwenang mengambil monster contoh barang, termasuk contoh barang yang akan diangkut, diimpor atau diekspor, yang berada di tempat umum
atau yang berada di suatu tempat yang biasa dikunjungi khalayak ramai, atau yang berada di tempat yang biasa dikunjungi khalayak ramai atau
yang berada di tempat yang biasa dimasuki oleh pegawai pengusut bantuannya, jika tidak maka Jaksa sebagai penyidik wajib melakukan
segala tindakan yang diperlukan atas biaya dan resiko pemegang barang- barang tersebut Pasal 21 UUTPE.
5 Berwenang untuk membuka bungkusan barang-barang jika hak itu dipandang perlu Pasal 22 UUTPE. Misalnya membuka kiriman paket di
kantor pos, koli-koli yang dicurigai sebagai barang selundupan, untuk dapat mengetahui dan memeriksa barang-barang selundupan, untuk dapat
mengetahui dan memeriksa barang-barang yang ada dalam bungkusan atau koli-koli tersebut.
Yushfi Munif Nasution: Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Terhadap Tindak Pidana Penyelundupan, 2008. USU e-Repository © 2008
6 Berhak menghentikan suatu kendaraan dan menyuruh supirpemilik kendaraan untuk membongkar muatannya Pasal 23 UUTPE. Tindakan-
tindakan ini dilakukan dalam rangka pengusutan kemungkinan barang- barang yang dimuat dalam kendaraan tersebut berasal dari barang-barang
selundupan atau diduga keras menjadi barang bukti dari suatu tindak pidana penyelundupan. Ketentuan ini masih sangat penting, walaupun
berlaku kebijaksanaan baru di bidang impor dan ekspor, karena ada ketentuan didalam Pasal 3 ayat 2 jo. Pasal 26b Ordonansi Bea, mengenai
larangan ditentukan oleh Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri.
88
Dalam hal ini timbul pertanyaan, bagaimana kalau seandainya barang-barang selundupan diangkut oleh truk-truk truk-truk militer yang dikaryakan atau tidak dan
dikawal oleh oknum-oknum anggota ABRI? Untuk menjawab pertanyaan ini tidak terlalu sulit. Karena sebagaimana diuraikan sewaktu-waktu membahas mengenai
TP4, baik menurut surat keputusan Jaksa Agung nomor : KEP-052D.A61967 tanggal 13 Juni 1967 tentang Pembentukan Tim Penyidikan dan Penuntutan Perkara
Penyelundupan TP4 antara lain mengemukakan, bahwa baik TP4 Pusat maupun TP4 Daerah bertugas memimpin, mengkoordinir dan memberikan petunjuk dalam
Operasi Intelijen dan Operasi Yustisi dalam Perkara Tindak Pidana Penyelundupan baik yang dilakukan oleh oknum sipil maupun oknum TNI.
Dengan demikian jelas, bahwa kendaraantruk-truk tersebut apabila memang benar-benar cukup alasan dan bukti untuk memeriksa atau menahannya, maka Jaksa
88
Ibid. hal. 64.
Yushfi Munif Nasution: Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Terhadap Tindak Pidana Penyelundupan, 2008. USU e-Repository © 2008
dapat melakukannya. Hanya saja untuk lebih amannya, apabila Jaksa akan menangani masalah tersebut, perlu meminta bantuan pada petugas TNI petugas PM. Dan itu
pulalah sebabnya di dalam TP4, baik Pusat maupun Daerah yang khusus menangani Tindak Pidana Penyelundupan, didalamnya terdapat unsur-unsur sipil maupun TNI.
Bahkan dalam hal-hal yang sangat mendesak tertangkap tangan tanpa didampingi petugas TNI pun Jaksa atau petugas pengusut sipil lainnya, dapat
menahanmemeriksa kendaraantruk-truk militer yang diduga keras melakukan Tindak Pidana Penyelundupan.
2. Upaya Non Penal