Upaya Non Penal Upaya Penanggulangan dan Solusi Hukum Pemberantasan Tindak Pidana Penyelundupan

dapat melakukannya. Hanya saja untuk lebih amannya, apabila Jaksa akan menangani masalah tersebut, perlu meminta bantuan pada petugas TNI petugas PM. Dan itu pulalah sebabnya di dalam TP4, baik Pusat maupun Daerah yang khusus menangani Tindak Pidana Penyelundupan, didalamnya terdapat unsur-unsur sipil maupun TNI. Bahkan dalam hal-hal yang sangat mendesak tertangkap tangan tanpa didampingi petugas TNI pun Jaksa atau petugas pengusut sipil lainnya, dapat menahanmemeriksa kendaraantruk-truk militer yang diduga keras melakukan Tindak Pidana Penyelundupan.

2. Upaya Non Penal

Didalam melaksanakan kewenangannya aparat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dapat dilengkapi dengan senjata api untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa penyelundupan dibidang kepabeanan yang mana hal ini syarat-syarat penggunaannya diatur di dalam suatu peraturan pemerintah. Aparat Bea dan Cukai melalui Pejabat Bea dan Cukainya dalam melaksanakan pengawasan diberi suatu sarana kelengkapan melalui jalur yang ditetapkan dan untuk memeriksa sarana pengangkut berupa kapal. Pejabat Bea dan Cukai perlu dilengkapi sarana operasional berupa kapal patroli atau sarana pengawasan lainnya seperti radio telekomunikasi atau radar. Yang dimaksud Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang dipimpin oleh Pejabat Bea dan Cukai sebagai komandan patroli, yang mempunyai kewenangan penegakan hukum hukum didaerah pabean yang telah ditentukan oleh undang-undang. Yushfi Munif Nasution: Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Terhadap Tindak Pidana Penyelundupan, 2008. USU e-Repository © 2008 Didalam menggunakan kapal patroli tersebut di mana kemungkinan menghadapi bencana keselamatan jiwa atau keselamatan Pejabat Bea dan Cukai dan kapal patroli, maka dalam hal ini diperlukan pula senjata api yang jenis dan jumlahnya telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Pasal 75 UU no. 10 tahun 1995. Dalam melaksanakan tugasnya untuk melakukan pengawasan Pejabat Bea dan Cukai dapat meminta bantuan angkatan bersenjata atau instansi pemerintah lainnya yang mana hal ini dianggap dapat memberi bantuan dan perlindungan bagi Pejabat Bea dan Cukai dalam segala hal yang berkaitan dengan pekerjaannya. Kewenangan bea dan cukai lainnya adalah melakukan penyegelan terhadap barang-barang yang hal ini dimaksudkan untuk lebih menjamin pengawasan terhadap terjadinya perbuatan penyelundupan dalam rangka pengamanan keuangan negara karena tidak diperlukan adanya penjagaan ataupun pengamanan keuangan terhadap negara karena tidak diperlukan adanya penjagaan ataupun pengawalan secara terus menerus oleh Pejabat Bea dan Cukai Pasal 78 UU no. 11 tahun 1995. Dalam usahanya, pihak Direktorat Jenderal Bea dan Cukai juga melakukan pemeriksaan atas barang-barang ekspor impor. Pejabat Bea dan Cukai dalam melaksanakan pemeriksaan ini dilakukan setelah adanya pemberitahuan pabean yang telah diserahkan kepada pejabat bea dan cukai, membuka sarana pengangkut atau bagiannya dan membuka setiap bungkusan atau kemasan dari barang-barang tersebut untuk diperiksa. Jika permintaan pemeriksaan oleh Pejabat Bea dan Cukai tidak dipenuhi, maka pejabat Bea dan Cukai berwenang memenuhi keperluan tersebut atas Yushfi Munif Nasution: Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Terhadap Tindak Pidana Penyelundupan, 2008. USU e-Repository © 2008 resiko dan biaya dari yang bersangkutan. Pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai ini adalah berguna untuk memperoleh data dan penilaian yang tepat mengenai pemberitahuan atau dokumen yang diajukan atas barang-barang ekspor impor, sehingga perbuatan penyelundupan dapat dihindarkan. Pemeriksaan ini dilakukan secara selektif sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan oleh menteri. Hasil pemeriksaan tersebut merupakan salah satu dasar yang digunakan untuk perhitungan bea masuk bagi kas negara. Disamping melakukan pemeriksaan atas barang-barang, Pejabat Bea dan Cukai juga melakukan pemeriksaan terhadap buku, catatan dan surat menyurat yang berkaitan dengan pembelian, penjualan, ekspor impor persediaan atau pengiriman barang yang bersangkutan Pejabat Bea dan Cukai. Dalam hal permintaan Pejabat Bea dan Cukai sebagaimana dimaksud tidak dipenuhi, maka Pejabat Bea dan Cukai akan melakukan penetapan tarif dan nilai pabean berdasarkan nilai yang ada dan mungkin juga akan mengakibatkan kerugian bagi yang bersangkutan. Setelah melakukan penelitian terhadap buku, catatan, surat menyurat dan contoh barang maka keseluruhannya itu dapat dikembalikan kepada pemiliknya. Dalam hal ini orang atau pemilik dari barang-barang ekspor impor tidak memenuhi permintaan Pejabat Bea dan Cukai untuk menyerahkan buku, catatan, surat menyurat atau tidak bersedia untuk diperiksa kesediaan atas barang-barangnya maka hal ini dapat dikenai sanksi administratif berupa dengan sebesar Rp. 5.000.000,- lima juta rupiah. Pihak aparat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam usahanya untuk memperlancar arus barang maka pemeriksaan terhadap barang-barang di daerah atau Yushfi Munif Nasution: Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Terhadap Tindak Pidana Penyelundupan, 2008. USU e-Repository © 2008 wilayah kawasan pabean diupayakan seminimal mungkin dengan menggunakan metode yang selektif. Untuk itu dalam menjamin kebenaran pemberitahuan pabean dalam rangka mengamankan hak-hak negara untuk menghindarkan terjadinya proses keluar masuknya barang tanpa adanya pemeriksaan lolos dari pemeriksaan, maka dilakukan audit di bidang kepabean setelah barang keluar dari kawasan pabean. Audit dibidang kepabeanan ini dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap pembukuan, catatan, surat menyurat, serta barang-barang yang berhubungan dengan impor ataupun ekspor dari barang-barang. Pejabat Bea dan Cukai juga berwenang melakukan terhadap bangunan dan tempat-tempat lain yang mana hal ini dilihat dari segi pengamanan hak-hak negara yang mana dirasa perlu dilakukan pengawasan terhadap barang baik yang ditimbun di Tempat Penimbunan Sementara. Tempat Penimbunan Berikat atau ditempat usaha lain yang barangnya memperoleh pembebasan, keringanan, atau penangguhan bea masuk maupun ditempat yang mempunyai persediaan barang yang terkena ketentuan larangan dan pembatasan. Dalam rangka pengawasan ini ketentuan dalam Pasal 87 ayat 1 Undang-Undang nomor 10 tahun 1995 mengatur mengenai kewenangan Pejabat Bea dan Cukai untuk dapat melakukan pemeriksaan terhadap bangunan dan tempat lain yang telah diberi izin pengoperasian berdasarkan peraturan perundang- undangan ini atau tempat lain yang berdasarkan pemberitahuan atau dokumen pabean itu terdapat barang wajib bea atau barang yang dikenai peraturan larangan atau pembatasan. Disamping itu juga Pejabat Bea dan Cukai berwenang melakukan Yushfi Munif Nasution: Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Terhadap Tindak Pidana Penyelundupan, 2008. USU e-Repository © 2008 pemeriksaan atas bangunan tempat lain tersebut diatas yang secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan bangunan seperti yang dimaksud di atas. Dalam hal untuk pemenuhan kewajiban pabean berdasarkan Undang-Undang Kepabeanan UU nomor 10 tahun 1995, Pejabat Bea dan Cukai berwenang untuk menghentikan dan memeriksa sarana pengangkut serta barang yang ada diatasnya. Penghentian dan pemeriksaan yang dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai terhadap sarana pengangkut serta barang yang ada diatasnya. Penghentian dan pemeriksaan yang dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai terhadap sarana pengangkut tersebut berguna untuk menjamin hak-hak negara dan dipatuhinya peraturan perundang- undangan yang pelaksanaannya dibebankan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Dengan demikian penghentian dan pemeriksaan sarana pengangkut serta barang diatasnya hanya dapat dilakukan secara selektif. Disamping itu juga Pejabat Bea dan Cukai berwenang untuk menghentikan pekerjaan tersebut jika ternyata barang yang dibongkar berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku tidak boleh di impor ke dalam daerah pabean. Kewenangan Pejabat Bea dan Cukai yang lain adalah melakukan pemeriksaan terhadap badan. Pemeriksaan badan ini dilakukan terhadap barang : a. Yang berada diatas atau baru saja turun dari saran pengangkut dari daerah pabean. b. Yang berada diatas atau siap naik kesarana pengangkut yang tujuannya adalah tempat diluar daerah pabean. Yushfi Munif Nasution: Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Terhadap Tindak Pidana Penyelundupan, 2008. USU e-Repository © 2008 c. Yang sedang berada atau baru saja meninggalkan Tempat Penimbunan Sementara dan Tempat Penimbunan Berikat. d. Yang sedang berada di atau baru saja meninggalkan kawasan pabean. Dalam pemeriksaan badan diatas orang yang diperiksa wajib memenuhi permintaan Pejabat Bea dan Cukai menuju tempat pemeriksaan. Pemeriksaan badan ini dilaksanakan mengingat beberapa barang yang sedemikian kecil ukurannya dapat disembunyikan di dalam badan atau pakaian yang dikenakan oleh orang yang melakukannya. Pemeriksaan badan ini harus diusahakan sedemikian rupa sesuai dengan norma kesusilaan dan kesopanan, dan pemeriksaannya harus dilakukan di tempat yang tertutup sesuai dengan jenis kelaminnya dan setelah itu dibuatkan berita acaranya dan kemudian di tanda tangani oleh kedua belah pihak. Demikianlah kewenangan dari pada aparat Bea dan Cukai dalam usahanya untuk melakukan tugasnya sebagai pihak yang turut serta dalam membantu usaha pencegahan timbulnya perbuatan penyelundupan, yakni dengan melakukan pemeriksaan terhadap barang-barang ekspor impor dan orang yang melaksanakan kegiatan tersebut. Kewenangan ini merupakan kewenangan Pegawai Bea dan Cukai yang juga diterangkan pada Undang-Undang tentang Kepabeanan yaitu UU no. 10 tahun 1995 antara Pasal 74 sampai dengan Pasal 92 yang telah diperbarui dengan UU no. 17 tahun 2006. Masalah penyelundupan memang bukan hanya tanggungjawab Bea dan Cukai, tapi juga menyangkut instansi lain di pemerintahan, seperti Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan dan Yushfi Munif Nasution: Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Terhadap Tindak Pidana Penyelundupan, 2008. USU e-Repository © 2008 Perkebunan, Kepolisian, TNI AL, juga dengan instansi terkait lainnya. Selain soal lintas sektoral, masalah penyelundupan juga menyangkut lintas koordinasi antara pusat dan daerah, seiiring dengan penerapan otonomi daerah. Langkah lain yang dilakukan oleh Pemerintah dalam menanggulangi Tindak Pidana Penyelundupan semakin sempit. “Dulu ada orang-orang yang mempunyai power sedemikian besar dan petantang-petenteng bak raja kecil yang susah disentuh. Kini sudah tidak ada lagi karena segala urusan tak lagi face to face,” tutur Jody Koesmendro, direktur Informasi Kepabeanan dan Cukai, Ditjen Bea dan Cukai. 89 Dengan sistem teknologi informasi dimungkinkan adanya hubungan kerjasama Tim Intelijen dari aparat Bea dan Cukai dengan Tim Intelijen dari Bea dan Cukai luar negeri. Dimana masing-masing instansi Bea dan Cukai negara-negara di dunia melalui intelejennya dapat saling bertukar informasi tentang adanya tindak pidana atau kegiatan penyelundupan. Akhirnya masalah penyelundupan berikut keberhasilan kinerja Ditjen Bea dan Cukai adalah urusan bersama. Penyelundupan harus benar-benar diperangi dan menjadi program nasional. Untuk itu keterlibatan seluruh komponen masyarakat baik itu aparat penegak hukum, pemda, maupun pelaku ekonomi sangat diharapkan. 89 Ibid. Yushfi Munif Nasution: Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Terhadap Tindak Pidana Penyelundupan, 2008. USU e-Repository © 2008

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN