Emmy Saragih : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Pembelian Perumahan Pada PT. Prima Sarana Mandiri, 2009.
Bila kesepakatan tidak tercapai maka BPSK akan mengambil alih masalah dan membentuk majelis hakim yang akan bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen
dengan pengembang tersebut. Hal ini dikenal dengan persidangan arbitrase. Di dalam persidangan pertama arbitrase tersebut diberi kesempatan kepada para pihak yang
bersengketa untuk kembali mengupayakan perdamaian. Bila perdamaian tersebut tidak juga tercapai, barulah dalam persidangan berikutnya dilakukan persidangan yang sesungguhnya
yaitu pemeriksaan alat-alat bukti yang diajukan oleh masing-masing pihak yang bersengketa. Keputusan akhir yang diambil oleh Majelis Hakim dalam sidang arbitrase pada
BPSK bersifat final dan mengikat kedua belah pihak. Cara lain yang dapat ditempuh oleh konsumen adalah dengan mengajukan gugatan
ke pengadilan proses litigasi. Namun pilihan litigasi ini tidak pernah dilakukan oleh konsumen dalam PPJB rumah yang dimaksud dalam penelitian ini, karena memakan waktu
dan biaya yang cukup lama dan mahal.
B. Tugas dan Kewenangan BPSK
Tugas dan kewenangan BPSK Pasal 52 UUPK juncto SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001 tanggal 10 Desember 2001 tentang Pelaksanaan Tugas dan
Wewenang BPSK
107
a. Melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen dengan cara konsiliasi, mediasi dan arbitrase;
yaitu:
107
Pasal 44 Surat Keputusan Menperindag Nomor 350MPPKep122001, tanggal 10 Desember 2001 tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BPSK.
Emmy Saragih : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Pembelian Perumahan Pada PT. Prima Sarana Mandiri, 2009.
a. Memberikan konsultasi perlindungan konsumen;
b. Melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku;
c. Melaporkan kepada penyidik umum jika terjadi pelanggaran UUPK;
d. Menerima pengaduan tertulis maupun lisan dari konsumen tentang terjadinya
pelanggaran terhadap perlindungan konsumen; e.
Melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa dan perlindungan konsumen; f.
Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;
g. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli danatau setiap orang yang diduga
mengetahui pelanggaran UUPK; h.
Meminta bantuan kepada penyidik untuk menghadirkan saksi, saksi ahli atau setiap orang pada butir g dan butir h yang tidak bersedia memenuhi panggilan BPSK;
i. Mendapatkan, meneliti danatau menilai surat, dokumen atau alat bukti lain guna
penyelidikan danatau pemeriksaan; j.
Memutuskan dan menetapkan ada tidaknya kerugian di pihak konsumen; k.
Memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;
l. Menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan
UUPK. Dengan merujuk pada Pasal 49 ayat 1 dan Pasal 54 ayat 1 UUPK, Juncto Pasal 2
SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001, menurut Yusuf Shofie, fungsi utama BPSK
Emmy Saragih : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Pembelian Perumahan Pada PT. Prima Sarana Mandiri, 2009.
yaitu sebagai instrumen hukum penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan.
108
Sedangkan tugas-tugas BPSK pada Pasal 52 butir e, butir f, butir g, butir h, butir i, butir j, butir k, butir l, dan butir m UUPK sebenarnya telah terserap dalam fungsi utama BPSK
tersebut. Tugas BPSK memberikan konsultasi perlindungan konsumen Pasal 52 butir b UUPK dapat dipandang sebagai upaya sosialisasi UUPK, baik terhadap konsumen maupun
pelaku usaha. Dalam hal konsultasi diberikan, jika suatu Permohonan Sengketa Konsumen PSK sudah terdaftar di Sekretariat BPSK, maka konsultasi yang diberikan BPSK tentu dalam
rangka penyelesaian sengketa konsumen, baik dengan cara konsiliasi, mediasi maupun arbitrase.
109
Tugas BPSK dalam hal ”melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku” Pasal 52 butir c UUPK, tidaklah selalu terkait dengan adanya sengketa konsumen.
Dalam hal ini BPSK diharapkan bersikap proaktif menegakkan norma-norma pencantuman klausula baku yang diamanatkan Pasal 18 UUPK, baik dengan cara-cara persuasif maupun
represif untuk menguji kepatuhan pelaku usaha terhadap norma-norma tersebut.
110
108
Bandingkan dengan Pasal 1 butir 10 Undang-undang nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Umum yang berbunyi: “Alternatif Penyelesaian
Sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, konsiliasi, atau
penilaian ahli”.
109
Yusuf Shofie, Penyelesaian Sengketa Konsumen Menurut UUPK, Teori Dan Praktek Penegakan Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hlm. 21.
110
Ibid.
C. Beberapa Cara Penyelesaian Sengketa Konsumen di BPSK