Teori Perpajakan

d. Teori Perpajakan

Abu Yusuf mengatakan bahwa sesudah menguasai tanah Sawad, Khalifah Umar ibn Al-Khattab mengangkat dua sahabat Nabi, yaitu Utsman dan Hudzaifah, supaya mengeksplorasi kemungkinan dan luas tanah yang akan dikenakan wajib pajak. dikarenakan khalifah Umar khawatir akan terjadi beban pajak melebihi dari yang seharusnya dikeluarkan. Kedua orang sahabat tersebut mengatakan bahwa mereka menentukan pajak berdasarkan kesanggupan dari penghasilan tanah tersebut. Abu Yusuf telah menempatkan prinsip-prinsip perpajakan yang jelas dan berabad-abad selanjutnya yang dikenal oleh para ahli ekonomi sebagai conons of taxation. Kemampuan membayar, memberikan batas waktu bagi pembayar pajak dan sentralisasi pembuatan keputusan dalam administrasi pajak adalah beberapa prinsip yang diterapkan. 174

Pada persoalan penentuan pajak, Abu Yusuf lebih setuju jika negara mendapat bagian hasil pertanian dari panen bukan

172 Euis Amalia. 2010. Sejarah Pemikiran Ekonomi........, hlm. 126. 173 Gazi Inayah. 2003. Teori Komprehensip........, hlm. 1. 174 Adiwarman Azwar Karim. 2014. Sejarah Pemikiran Ekonomi...., hlm. 241.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 121 Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 121

Menurut Abu Yusuf, keadaan keuangan yang menuntut perubahan sistem Misahah yang sudah tidak efisien dan tidak relevan di masa Hidupnya. Dia mengatakan bahwa pada waktu pemerintahan khalifah Umar, pada saat sistem Misahah diterapkan, sebagian besar tanah bisa ditanami dan sebagian kecil yang tidak bisa ditanami. Daerah yang ditanami bersama sebagian kecil yang tidak ditanami diklasifikasikan menjadi satu kategori, dan kharaj juga dikumpulkan dari tanah yang tidak ditanami. Abu Yusuf juga memandang bahwa pada zamannya ada daerah yang tidak ditanami dengan waktu ratusan tahun dan para petani tidak mempunyai kesanggupan untuk membuka lahan itu lagi. Dalam keadaan demikian, pajak yang telah ditentukan ukuran panen yang pasti atau jumlah uang tunai yang ditetapkan pasti akan memberatkan para pembayar pajak dan masalah itu bisa mengganggu kepentingan keuangan publik. 176

175 Ibid, hlm. 242. 176 Ibid. hlm. 231.

122 | Saprida, M.H.I

Pendapat Abu Yusuf di atas menandakan bahwa jumlah pajak yang pasti bersumber pada ukuran tanah (baik yang ditanami atau tidak) diperbolehkan jika tanah tersebut benar- benar subur. Oleh sebab itu, tidak dibenarkan kalau untuk membebani pajak tidak mempertimbangkan kesuburan tanah tersebut, masalah yang demikian dapat memengaruhi beban ekonomi pemilik tanah yang tidak subur. Permasalahan ini jika harga-harga gandum turun dan pendapatan kharaj berbentuk sejumlah gandum, keuangan negara secara moneter mengalami kerugian, karena memperoleh pemasukan yang rendah dengan menjual sejumlah gandum tersebut dengan harga yang lebih rendah. Karena pemerintah harus membayar belanja negara yang sebagian besar dalam bentuk uang, hal tersebut akan mempengaruhi pendapatan pajak. Untuk mengatasi masalah ini, jika penguasa memaksa para petani untuk membayar sejumlah uang, para petani harus membayar sejumlah gandum yang lebih banyak yang berarti menjadi beban tambahan bagi mereka. Akibatnya, mereka akan menderita secara moneter. Sebaliknya, Abu Yusuf menilai bahwa jika harga gandum tinggi, pemerintah tidak akan membebankan pajak dalam bentuk sejumlah uang dan membiarkan para petani memperoleh dari harga-harga tersebut. 177

Hal tersebut mengimplikasikan, jika harga gandum tinggi beban pajak dalam bentuk sejumlah barang akan mengun- tungkan keuangan negara. Dalam hal ini, pemerintah lebih suka mengumpulkan pajak dalam bentuk barang. Sementara itu, para petani lebih suka membayar pajak dalam bentuk uang karena mereka hanya membayar dalam jumlah gandum yang lebih sedikit dari pada pembayaran dalam bentuk uang. Pembebanan pajak dalam bentuk sejumlah gandum, apabila harga-harga naik, akan mempengaruhi para pembayar pajak secara moneter dan menguntungkan keuangan negara. Hal ini menunjukkan bahwa perpajakan dengan menggunakan sistem Misahah, ketika pajak

177 Ibid. hlm. 231.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 123

dipungut dalam bentuk uang atau barang, memiliki implikasi yang serius baik terhadap pemerintah maupun para petani. Konsekuensinya, ketika terjadi fluktuasi harga bahan makanan, antara keuangan negara dengan para petani akan saling memberikan pengaruh yang negatif. Alasan yang diberikan oleh Abu Yusuf dalam menentang sistem Misahah menunjukkan perhatiannya terhadap penerapan prinsip-prinsip keadilan dan efisiensi dalam pengumpulan pajak. Hal tersebut menunjukkan perhatiannya terhadap kriteria pendapatan pada saat terjadi perubahan harga-harga bahan makanan. Menurutnya, sistem Muqasamah bebas dari fluktuasi harga. Oleh karena itu, Abu Yusuf sangat merekomendasikan penyediaan fasilitas infrastruktur bagi para petani. Dalam sistem Misahah, peningkatan produktivitas tidak akan menguntungkan negara. Dalam Muqasamah, peningkatan dalam produktivitas akan menguntungkan keuangan negara dan juga pembayar pajak. Dukungannya terhadap penggunaan sistem Muqasamah dalam hal penetapan pajak mengindikasikan bahwa Abu Yusuf lebih mengutamakan hasil dari pada tanah itu sendiri sebagai dasar pajak. 178

Terhadap administrasi keuangan, Abu Yusuf mempunyai pandangan berdasarkan pengalaman praktis tentang administrasi pajak dan dampaknya terhadap ekonomi. Penekanannya pada sifat administrasi pajak berpusat pada penilaiannya yang kritis terhadap lembaga Qabalah, yaitu sistem pengumpulan pajak pertanian dengan cara ada pihak yang menjadi penjamin serta membayar secara lumpsum kepada negara dan sebagai imbalannya, penjamin tersebut memperoleh hak untuk mengumpulkan kharaj dari para petani yang menyewa tanah tersebut, tentu dengan pembayaran sewa yang lebih tinggi dari pada sewa yang diberikan kepada Negara”. 179

pemerintah segera menghentikan praktik sistem qabalah tersebut karena

Abu Yusuf

meminta

agar

178 Euis Amalia. 2010. Sejarah Pemikiran Ekonomi........, hlm. 128. 179 Adiwarman Azwar Karim. 2014. Sejarah Pemikiran Ekonomi...., hlm. 246.

124 | Saprida, M.H.I 124 | Saprida, M.H.I

yang melampaui kemampuan mereka. Dengan menerapkan pandangan analitis dan logika hukumnya, Abu Yusuf berpendapat bahwa perlakuan kasar terhadap para petani dan pengenaan pajak ilegal kepada mereka tidak saja akan merusak produksi pertanian, tetapi juga pendapatan negara yang mayoritas berasal dari pajak kharaj.

Lebih jauh, Abu Yusuf menegaskan penentangannya ter- hadap pengenaan tingkat pajak yang berbeda-beda yang dilakukan oleh para pemungut pajak. Oleh karena itu, ia menyatakan secara pasti bahwa tidak ada seorang administrator pajak pun yang diberi wewenang untuk membebaskan seseorang dari kewajiban kharaj tanpa memiliki

melakukannya. Meskipun menekankan perlunya suatu administrasi pajak yang efisien dan jujur, Abu Yusuf menyarankan agar dilakukan penyelidikan terhadap perilaku para pemungut pajak. la menyatakan, “Saya menyarankan, agar pemerintah mengutus sebuah komisi yang terdiri atas orang-orang yang amanah dan jujur untuk menyelidiki perilaku para pemungut pajak dan cara-cara mereka memungut pajak dan menghukum mereka yang bersalah”. 180

Untuk mencapai prinsip keadilan dalam administrasi pajak, Abu Yusuf menyarankan agar para penguasa

180 Boedi Abdullah. 2010. Peradaban Pemikiran Ekonomi...., hlm. 162.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 125 Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 125

untuk menjamin efisiensi dalam pengumpulan pajak, ia menyarankan agar pajak dipungut tanpa penundaan karena akan menimbulkan kerusakan pada hasil pertanian yang berarti dapat memberikan efek negatif terhadap negara, pembayar pajak serta memperlambat perkembangan pertanian.