Pemikiran ekonomi Umar Chapra

c. Pemikiran ekonomi Umar Chapra

1) Kapitalisme Kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi yang secara jelas

ditandai oleh berkuasanya “kapital”. Ciri utama dari sistem kapitalisme ini adalah tidak adanya perencaan ekonomi sentral. Harga pasar yang dijadikan dasar keputusan dan perhitungan unit yang diproduksi, pada umumnya tidak ditentukan oleh

http://iif328.blogspot.co.id/2012/10/biografi-drmumar-chapra. Tgl. 14 Januari

226 | Saprida, M.H.I 226 | Saprida, M.H.I

kekuasaan konsumen dalam memperoleh keuntungan. Struktur ekonomi kapitalisme adalah struktur bersaing. Karena persaingan dapat menyebabkan suatu proses seleksi alam dan dengannya setiap individu dapat mencapai tingkat dalam posisi yang paling mampu untuk didudukinya. Oleh karena itu, campur tangan pemerintah tidak diperlukan kecuali untuk memantapkan persaingan dan pasar secara teratur serta untuk menutup kerugian pasar dalam menjual barang-barang kebutuhan umum. 351

Menurut Prof. Halim dalam buku Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, ada beberapa serangan penting terhadap kapitalisme, adalah:

a) Kapitalisme sering dianggap kurang produktif dibandingkan dengan sistem kolektif yang dapat merencanakan pembangunan dengan cermat.

b) Kapitalisme tidak cukup kompentitif. Motif laba dan perjuangan yang kompentitif sering menyebabkan kecenderungan monopoli.

c) Kapitalisme tidak selalu mempertahankan tingkat kesempatan kerja yang lebih tinggi. Dalam keadaan depresi, sumber daya produksi diboroskan dan pendapatan nasional ditahan di bawah kemungkinan maksimum. 352

2) Sosialisme Tema utama sistem sosialis sebenarnya, menurut Chapra

adalah untuk menghilangkan bentuk-bentuk eksploitasi dan penyingkiran dalam sistem kapitalisme. Dengan demikian, diharapkan setiap individu tidak hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Dalam sistem ini private property dan mekanisme

351 Ibid, hlm. 298. 352 Ibid, hlm. 299.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 227 Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 227

Negara Sejahtera Falsafah negara sejahtera mengakui full employment dan

distribusi pendapatan dan kekayaan yang adil sebagai bagian dari tujuan pokok negara. Hal ini, menuntut peran negara yang lebih aktif dalam bidang ekonomi dibandingkan perannya di bawah paham kapitalisme laissez faire, atau bahkan teori Keynes. Hal ini, dapat dilaksanakan melaui enam perangkat negara sejahtera sebagai berikut :

a) Regulasi b)

Nasionalisasi c)

Gerakan buruh d)

Kebijakan fiskal e)

Pertumbuhan yang tinggi f)

Full Employment . Walaupun

negara sejahtera berperikemanusian, namun ia tidak bisa membangun strategi yang efektif untuk mencapai tujuannya. Problem ini muncul karena negara sejahtera menghadapi kekurangan sumber sebagaimana yang dihadapi oleh negara-negara lain. Apabila negara sejahtera

tujuan-tujuan

228 | Saprida, M.H.I 228 | Saprida, M.H.I

Ilmu Ekonomi Islam Umar Chapra mendefenisikan ekonomi Islam sebagai suatu

cabang pengetahuan yang membantu merealisasikan kesejahteraan manusia melalui suatu alokasi dan distribusi sumber-sumber daya langka yang seirama dengan maqasid, tanpa mengekang kebebasan individu, menciptakan ketidakseimbangan makro ekonomi dan ekologi yang berkepanjangan atau melemahkan solidaritas keluarga dan sosial serta jaringan moral masyarakat. Ekonomi Islam ditetapkan bertujuan untuk memelihara kemaslahatan umat manusia, kemaslahatan hidup tersebut berkembang dan dinamis mengikuti perkembangan dan dinamika hidup umat manusia, formulasi ekonomi yang tersurat di dalam Al- Qur’an dan Al-Haditst, tidak mengatur seluruh persoalan hidup umat manusia yang berkembang tersebut secara eksplisit. Oleh karena itu, dalam rangka mengakomodir sebagai persoalan hidup termasuk persoalan ekonomi di setiap tempat dan masa, sehingga kemaslahatan umat manusia terpelihara. 5)

Keuangan Publik a)

Zakat Zakat merupakan kewajiban re li gius bagi seorang

Muslim sebagaimana shalat, puasa dan naik haji, yaitu harus dikeluarkan sebagai proporsi tertentu terhadap kekayaan atau output bersihnya. Hasilnya zakat ini tidak bisa dibelanjakan oleh pemerintah sekehendak hatinya sendiri. Namun demikian, pernerintah Islam harus tetap menjaga dan memainkan peranan penting dalam memberikan kepastian dijalankannya nilai-nilai Islam. Agar zakat memainkan perananya secara berarti, sejumlah ilmuan menyarankan bahwa zakat ini seharusnya menjadi suplemen pendapatan yang permanent hanya bagi

353 Ibid, hlm. 300.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 229 Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 229

mampu menghasilkan pendapatan yang cukup melalui usaha-usahanya sendiri. Untuk kepentingan lainnya, zakat dipergunakan hanya untuk menyediakan pelatihan dan modal unggulan baik sebagai kredit yang bebas bunga ataupun sebagai bantuan untuk membuat mereka mampu membentuk usaha-usaha kecil sehingga dapat berusaha mandiri. 354

yang

tidak

b) Pajak lainnya Dengan dijadikannya hasil penerimaan zakat terutama untuk menyediakan jaring pengamanan ekstra, pemerintahan Islam membutuhkan sumber daya lain agar dapat menjalankan fungsi alokasi, distribusi, dan stabilitas secara efektif. Sumber daya atau pendapatan yang diperolah pada masa Nabi dan para sahabatnya bisa bersumber dari pajak seperti kharaj, ushr, jizyah, fa ’i, ghanaimah dan tarif cukai dan lainnya. Perekonomian pada masa itu bertumpu pada pertanian, oleh karenanya pajak seperti kharaj dan ushr merupakan pajak utama atas output- output pertanian. Namun demikian para ulama klasik justru tidak membolehkan pemungutan pajak. Alasan utamanya adalah karena pemerintahnya korup. Dengan mengizinkan pemerintah untuk memungut pajak maka menurut

akan memperkuat pemerintah yang korup. 355 Untungnya, sejumlah ulama yang terkenal telah menyadari hak pemerintahan Islam untuk mendapatkan sumber dananya melalui pajak agar ia mampu menjalankan fungsinya secara efektif. Al-Qardhawi berpendapat bahwa karena tanggungjawab pemerintah sangat meningkat sepanjang waktu. “dari mana pemerintah akan melakukan pembiayaan jika ia tidak diizinkan untuk memungut pajak ”. Dengan demikian perlu

mereka

cenderung

354 Nur Chamid. 2010. Jejak Langkah Sejarah........, hlm. 375. 355 Ibid, hlm. 376.

230 | Saprida, M.H.I 230 | Saprida, M.H.I

Para cendekiawan menganggap bahwa pajak langsung lebih memberikan keadilan di dalam pandangan Islam. Hasan A-Banna, Al- Qardhawi dan Al- ‘Abbadi menganggap bahwa sistem pajak yang progresif benar-benar selaras dengan etos Islam karena sistem ini membantu mengurangi ketidakmerataan dalam pendapatan dan kekayaan. Para ulama klasik hanya mendukung pemberlakuan pajak yang adil dan selaras dengan semangat Islam. Sistem pajak yang mereka anggap adil paling tidak harus memenuhi tiga kriteria yaitu pertama, pajak harus dipunggut untuk membiayai hal-hal yang benar-benar dianggap perlu dan untuk kepentingan mewujudkan maqasid, kedua, beban pajak tidak boleh terlalu memberatkan dibandingkan dengan kemampuan orang untuk memikulnya, ketiga, hasil pajak harus dibelanjakan secara hati-hati sesuai dengan tujuan awal dari pe- ngumpulan pajak tersebut. 356

perubahan

keadaan.

6) Prinsip-prinsip pembelanjaan Ada enam prinsip umum untuk membantu memberikan

dasar yang rasional dan konsisten mengenai belanja publik, yaitu: a)

Kriteria utama untuk semua alokasi pengeluaran adalah sejahteranya masyarakat.

b) Penghapusan kesulitan hidup dan penderitaan harus diutamakan di atas penyediaan rasa tentram.

c) Kepentingan mayoritas harus didahulukan di atas kepentingan minoritas yang lebih sedikit.

d) Pengorbanan individu dapat dilakukan untuk menyelamatkan pengorbanan atau kerugian publik.

e) Siapapun

manfaat harus menanggung biayanya. f)

yang

menerima

Sesuatu yang tanpanya suatu kewajiban tidak dapat terpenuhi juga merupakan suatu kewajiban untuk

356 Ibid, hlm. 376.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 231 Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 231

Kebijakan moneter Instrument kebijakan moneter yang terdiri atas enam elemen yaitu: a)

Target pertumbuhan dalam M dan Mo b)

Saham publik terhadap deposito unjuk (uang giral) c)

Cadangan wajib resmi d)

Pembatasan kredit e)

Alokasi kredit yang beralokasi pada nilai f)

Teknik yang lain (kontrak personal, konsultasi dan rapat-rapat dengan bank komersial).

Instrument lain yang juga terdapat dalam literature perbankan Islam diantaranya adalah: a)

Membeli dan menjual saham dan sertifikasi bagi hasil untuk menggantikan obligasi pernerintah dalam operasi pasar

b) Rasio pemberian kembali pembiayaan c)