Latar Belakang Kehidupan dan Corak Pemikiran

b. Latar Belakang Kehidupan dan Corak Pemikiran

Abu Ubaid merupakan seorang ahli hadits (muhaddits) dan ahli fiqih (fuqaha) terkemuka di masa hidupnya. Selama menjabat qadi di Tarsus, ia sering menangani berbagai kasus pertanahan dan perpajakan serta menyelesaikannya dengan sangat baik. Alih bahasa yang dilakukannya terhadap kata-kata dari bahasa Parsi kebahasa arab juga menunjukkan bahwa Abu Ubaid sedikit banyak menguasai bahasa tersebut. Karena sering terjadi pengutipan kata-kata Amr dalam Kitab al-Amwal, tampaknya, pemikiran-pemikiran Abu Ubaid dipengaruhi oleh Abu Amr

194 Ibid, hlm. 263. 195 Boedi Abdullah. 2010. Peradaban Pemikiran Ekonomi...., hlm. 173.

134 | Saprida, M.H.I

Abdurrahman ibn Amr Al- Awza’i, serta ulama-ulama Suriah lainnya semasa ia menjadi qadi di Tarsus. Kemungkinan ini, antara lain dapat ditelusuri dari pengamatan yang dilakukan Abu Ubaid terhadap permasalahan militer, politik dan fiskal yang dihadapi pemerintah daerah Tarsus. 196

Berbeda halnya dengan Abu Yusuf, Abu Ubaid tidak me- nyinggung tentang masalah kelemahan sistem pemerintahan serta penanggulangannya. Namun demikian, Kitab al-Amwal dapat dikatakan lebih kaya dari pada Kitab al-Kharaj dalam hal kelengkapan hadits dan pendapat para sahabat, tabi ’in dan tabi’it tabi ’in. Dalam hal ini, fokus perhatian Abu Ubaid tampaknya lebih tertuju pada permasalahan yang berkaitan dengan standar etika politik suatu pemerintahan dari pada teknik efisiensi pengelolaannya. Sebagai contoh, Abu Ubaid lebih tertarik membahas masalah keadilan redistributif dari sisi “apa” dari pada “bagaimana”. Filosofi yang dikembangkan Abu Ubaid bukan merupakan jawaban terhadap berbagai permasalahan sosial, politik dan ekonomi yang diimplementasikan melalui kebijakan-kebijakan praktis, tetapi hanya merupakan sebuah pendekatan yang bersifat profesional dan teknokrat yang bersandar pada kemampuan teknis. Dengan demikian, tanpa menyimpang dari prinsip keadilan dan masyarakat beradab, pandangan-pandangan Abu Ubaid mengedepankan dominasi intelektualitas Islami yang berakar dari pendekatannya yang bersifat holistic dan teologis terhadap kehidupan manusia di dunia dan akhirat, baik yang bersifat individual maupun sosial. 197

Berdasarkan hal tersebut, Abu Ubaid berhasil menjadi salah seorang cendekiawan Muslim terkemuka pada awal abad ketiga Hijriyah (abad kesembilan Masehi) yang menetapkan revitalisasi sistem perekonomian berdasarkan Al-Quran dan Hadits melalui reformasi dasar-dasar kebijakan keuangan dan institusinya. Dengan kata lain, umpan balik dari teori sosio-politik-ekonomi

196 Ibid, hlm. 174. 197 Adiwarman Azwar Karim. 2014. Sejarah Pemikiran Ekonomi...., hlm. 266.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 135

Islami, yang berakar dari ajaran Al-Quran dan Hadits, menda- patkan tempat yang eksklusif serta diekspresikan dengan kuat dalam pola pemikiran Abu Ubaid. Berkat pengetahuan dan wawasannya yang begitu luas dalam berbagai bidang ilmu, beberapa ulama Syafi’iyah dan Hanabilah mengklaim bahwa Abu Ubaid berasal dari mazhab mereka, walaupun fakta-fakta menunjukkan bahwa Abu Ubaid adalah seorang fuqaha yang independen. Dalam Kitab al-Anwal, Abu Ubaid tidak sekalipun menyebut nama Abu Abdullah Muhammad ibn Idris Al- Syafi’i maupun nama Ahmad ibn Hanbal. Sebaliknya, Abu Ubaid sering kali mengutip pandangan Malik ibn Anas, salah seorang gurunya yang juga guru Al- Syafi’i. Di samping itu, ia juga mengutip beberapa ijtihad Abu Hanifah, Abu Yusuf dan Muhammad ibn Al- Hasan Al-Syaibani, tetapi hampir seluruh pendapat mereka ditolaknya. 198

Di sisi lain, Abu Ubaid pernah dituduh oleh Husain ibn Ali Al-Karabisi sebagai seorang plagiator terhadap karya-karya Al- Syafi’i, termasuk dalam hal penulisan Kitab al-Amwal. Namun demikian, kebenaran hal ini sangat sulit untuk dibuktikan mengingat Abu Ubaid dan Al- Syafi’i (termasuk Ahmad ibn Hanbal) pernah belajar dari ulama yang sama, bahkan mereka saling belajar satu sama lainnya. Dengan demikian, tidak mengejutkan jika terdapat kesamaan dalam pandangan-pan- dangan antara kedua tokoh besar tersebut, sekalipun terkadang Abu Ubaid mengambil posisi yang berseberangan dengan Al- Syafi ’i dengan tanpa menyebut nama. 199