KERAJAAN MUGHAL DI INDIA

3. KERAJAAN MUGHAL DI INDIA

Kerajaan Mughal letaknya di India dan Delhi sebagai ibukotanya, didirikan oleh Zahiruddin Babur tahun 1482 M -1530 M, salah satu dari cucu Timur Lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana. Babur mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya ketika ia masih berusia 11 tahun. Ia berambisi dan bertekad akan menaklukkan Samarkand yang menjadi kota penting di Asia Tengah pada masa itu. Pada mulanya, ia mengalami kekalahan tetapi karena mendapat bantuan dari Raja Safawi, Ismail I akhirnya berhasil menaklukkan Samarkand tahun 1494 M. Pada tahun 1504 M, ia menduduki Kabul, ibukota Afghanistan. 156

154 Ibid, hlm. 144. 155 Ibid, hlm. 144. 156 Nur Chamid. 2010. Jejak Langkah Sejarah..........., hlm. 143.

108 | Saprida, M.H.I

Setelah Kabul dapat ditaklukkan, Babur meneruskan ekspan- sinya ke India. Ketika itu Ibrahim Lodi, penguasa India, dilanda krisis, sehingga stabilitas pemerintahan menjadi kacau. Alam Khan, paman dari Ibrahim Lodi, bersama-sama Daulat Khan, Gubernur Lahore, mengirim utusan ke Kabul, meminta bantuan Babur untuk menjatuhkan pemerintahan Ibrahim di Delhi. Per- mohonan itu langsung diterimanya. Pada tahun 1525 M, Babur berhasil menguasai Punjab dengan ibukotanya Lahore. Setelah itu, ia memimpin tentaranya menuju Delhi. Pada tanggal 21 April 1526 M, terjadilah pertempuran yang dahsyat di Panipat. Ibrahim beserta ribuan tentaranya terbunuh dalam pertempuran itu. Babur memasuki kota Delhi sebagai pemenang dan menegakkan peme- rintahannya di sana. Dengan dimikian, berdirilah Kerajaan Mughal di India. Setelah kerajaan Mughal berdiri, raja-raja Hindu di seluruh India menyusun angkatan perang yang besar untuk menyerang Babur. Namun, pasukan Hindu ini dapat dikalahkan Babur. Sementara itu, di Afghanistan masih ada golongan yang setia kepada keluarga Lodi. Mereka mengangkat adik kandung Ibrahim Lodi, Mahmud, menjadi Sultan. Tetapi, Sultan Mahmud Lodi dengan mudah dikalahkan Babur dalam pertempuran dekat Gogra tahun 1529 M. Pada tahun 1530 M, Babur meninggal dunia dalam usia 48 tahun setelah memerintah selama 30 tahun, dengan meninggalkan kejayaan-kejayaan yang cemerlang. Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh anaknya Humayun. 157

Humayun, putra sulung Babur dalam melaksanakan peme- rintahan banyak menghadapi tantangan. Sepanjang masa kekuasa- annya selama sembilan tahun tahun 1530 M-1539 M negara tidak pernah aman. Ia senantiasa berperang melawan musuh. Diantara tantangan yang muncul adalah pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang memisahkan

diri dari Delhi. Pemberontakan ini dapat dipadamkan. Bahadur Shah melarikan diri dan Gujarat dapat dikuasai. Pada tahun 1540 M terjadi pertempuran dengan Sher Khan di Kanauj. Dalam pertempuran ini

157 Badri Yatim. 2010. Sejarah Peradaban Islam..........., hlm. 148.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 109

Humayun mengalami kekalahan. Ia terpaksa melarikan diri ke Kandahar dan selanjutnya ke Persia. Di Persia ia menyusun kembali tentaranya. Kemudian, dari sini ia menyerang musuh- musuhnya dengan bantuan raja Persia, Tahmasp. Humayun dapat mengalahkan Sher Khan Shah setelah hampir 15 tahun berkelana meninggalkan Delhi. Ia kembali ke India dan menduduki tahta kerajaan Mughal pada tahun 1555 M. Setahun setelah itu tahun 1556 M, ia meninggal dunia karena terjatuh dari tangga perpustakaannya, Din Panah. Humayun digantikan oleh anaknya, Akbar, yang berusia 14 tahun. Karena ia masih muda maka urusan kerajaan diserahkan kepada Bairam Khan, seorang Syi’i. Pada masa akbar inilah kerajaan Mughal mencapai masa keemasannya. Di awal masa pemerintahannya, Akbar menghadapi pemberontakan sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang masih berkuasa di Punjab. Pemberontakan yang mengancam kekuasaan Akbar adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Himu yang menguasai Gwalior dan Agra. Pasukan pemberontak itu berusaha memasuki kota Delhi. Bairam Khan menyambut kedatangan pasukan tersebut, sehingga terjadilah peperangan yang dahsyat, yang disebut Panipat II pada tahun 1556 M. Himu dapat dikalahkan. Ia ditangkap, kemudian dieksekusi. Dengan demikian, Agra dan Gwalior dapat dikuasai penuh. 158

Setelah Akbar dewasa ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai pengaruh sangat kuat dan terlampau memaksakan kepentingan aliran Syi ’ah. Bairam Khan memberon- tak, tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di Jullandur tahun 1561 M. Setelah persoalan-persoalan dalam negeri dapat diatasi, Akbar mulai menyusun program ekspansi. Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar dan Asirgah. Wilayah yang sangat luas itu diperintah dalam suatu pemerintahan militeristik. Dalam pemerintahan militeristik tersebut, sultan adalah penguasa diktator, pemerintahan daerah

158 Ibid, hlm. 149. 110 | Saprida, M.H.I 158 Ibid, hlm. 149. 110 | Saprida, M.H.I

Akbar juga menerapkan apa yang dinamakan dengan politik sulakhul (toleransi universal). Dengan politik ini, semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama. Kemajuan yang dicapai Akbar masih dapat dipertahankan oleh tiga sultan berikutnya, yaitu Jehangir tahun 1605 M-1628 M, Syah Jehan tahun 1628 M-1658 M, dan Aurangzeb tahun 1658 M-1707 M. Tiga sultan penerus Akbar ini memang terhitung raja-raja yang besar dan kuat. Setelah itu, kemajuan kerajaan Mughal tidak dapat dipertahankan oleh raja-raja berikutnya. Kemantapan stabilitas politik karena sistem pemerintahan yang diterapkan Akbar membawa kemajuan dalam bidang-bidang yang lain. Dalam bidang ekonomi, kerajaan Mughal dapat mengembangkan program pertanian, pertambangan dan perdagangan. Akan tetapi, sumber keuangan negara lebih banyak bertumpu pada sektor pertanian. Di sektor pertanian ini, komunikasi antara pemerintah dan petani diatur dengan baik. Pengaturan itu didasarkan atas lahan pertanian. Deh, merupakan unit lahan pertanian terkecil. Beberapa deh tergabung dalam pargana (desa). Komunitas petani dipimpin oleh seorang mukaddam. Melalui para, mukaddam itulah pemerintah berhubungan dengan petani. Kerajaan berhak atas sepertiga dari hasil pertanian di negeri itu. Hasil pertanian kerajaan Mughal yang terpenting ketika itu adalah biji-bijian, padi, kacang, tebu, sayur-sayuran, rempah-rempah, tembakau, kapas, nila dan bahan-bahan celupan. 160

Di samping untuk kebutuhan dalam negeri, hasil pertanian itu diekspor ke Eropa, Afrika, Arabia, dan Asia Tenggara bersamaan dengan hasil kerajinan, seperti pakaian tenun dan kain tipis bahan

159 Ibid, hlm. 149. 160 Ibid, hlm. 150.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 111 Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 111

161 Ibid, hlm. 151. 112 | Saprida, M.H.I