Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Sains dan Teknologi

d. Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Sains dan Teknologi

Kemajuan ilmu teknologi (sains) sebenarnya telah dilakukan oleh ilmuwan Muslim. Kemajuan tersebut adalah meliputi sebagai berikut: 1)

Astronomi, ilmu ini melalui karya India Sindhind kemudian yang diterjemahkan oleh Muhammad ibnu Ibrahim Al- Farazi tahun 777 M. Dia adalah astronom Muslim pertama yang membuat astrolabe, yaitu alat yang digunakan untuk mengukur ketinggian sebuah bintang. Di samping itu juga, masih ada beberapa ilmuwan Islam lainnya, seperti Ali ibnu Isa Al-Asturiabi, Al-Farghani, Al-Battani, Umar Al-Khayyam dan Al-Tusi.

2) Bidang Kedokteran, masa itu dokter yang pertama kali terkenal adalah Ali ibnu Rabban Al-Tabari. Pada tahun 850 dia mengarang buku Firdaus al-Hikmah. Beberapa tokoh lainnya adalah Al-Razi, Al-Farabi dan Ibnu Sina.

3) Bidang Ilmu Kimia. Bapak ilmu kimia Islam adalah Jabir ibnu Hayyan tahun 721 M-815 M. Sebenarnya masih banyak ahli kimia Islam ternama lainnya seperti Al-Razi, Al-Tuqrai yang hidup pada abad ke-12 M.

4) Bidang sejarah dan geografi. Pada masa pemerintahan Abbasiyah sejarawan Islam ternama abad ke-3 H adalah Ahmad bin Al-Yakubi, Abu Jafar Muhammad bin Jafar bin Jarir Al-Tabari. Selanjutnya, ahli ilmu bumi yang termasyhur adalah ibnu Khurdazabah tahun 820 M-913 M. 128

e. Perkembangan

Ekonomi dan Administrasi

Dibidang

Politik,

Dinasti Abbasiyah telah mengukir sejarah bahwa pada masa itu umat Islam benar-benar mampuh berada di puncak kejayaan dan memimpin peradaban dunia. Masa dimana pemerintahan ini merupakan golden age dalam perjalanan sejarah peradaban umat

127 Ibid, hlm. 51. 128 Didin Saefuddin Buchori. 2009. Sejarah Politik Islam. hlm. 101.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 89

Islam, terutama pada masa pemerintahan Khalifah Al-Makmun. Dimana daulat Abbasiyah mampuh berkuasa kurang lebih selama lima abad tahun 750 M-1258 M. Pada pemerintahan yang panjang tersebut dibagi dalam dua periode. Periode I adalah masa antara tahun 750 M-945 M, yaitu dimulainya pemerintahan Abu Abbas sampai Al-Mustakfi. Periode II adalah masa antara tahun 945 M- 1258 M, yaitu masa pemerintahan Al- Mu’ti hingga pemerintahan AI- Mu’tasim. Pembagian periodisasi pada pemerintahan ini diasumsikan

pertama, dimana perkembangan di dalam berbagai bidang masih menunjukkan grafik vertikal, stabil dan dinamis. Selanjutnya pada periode II kejayaan dinasti Abbasiyah terus mengalami kemerosotan hingga datangnya pasukan Tartar yang mampu melumpuhkan dan menghancurkan dinasti Abbasiyah.

Pada saat masa pemerintahan Abbasiyah periode I, kebijakan- kebijakan politik yang dikembangkan antara lain adalah: 1)

Ibukota negara dipindahkan dari Damaskus ke Bagdad. 2)

Menumpas semua keturunan Bani Umayyah yang membahayakan.

3) Dalam rangka politik, dinasti Abbasiyah memperkuat diri dengan merangkul orang-orang Persia, Abbasiyah juga memberi peluang dan kesempatan yang besar kepada kaum mawali.

4) Menumpas pemberontakan-pemberontakan dalam kekuasan pemerintahan. 5)

Menghapus

membahayakan pemerintahan. 129 Selain kebijakan-kebijakan di atas, langkah-langkah

lainnya yang dilakukan dalam program politik adalah: 1)

Para Khalifah tetap dari bangsa Arab, sedangkan para menteri, gubernur, panglima perang serta pegawai lainnya banyak diangkat dari golongan Mawali.

2) Kota Bagdad ditetapkan sebagai ibukota negara dan juga

129 Ajid Thohir. 2009. Perkembangan Peradaban......, hlm. 53. 90 | Saprida, M.H.I 129 Ajid Thohir. 2009. Perkembangan Peradaban......, hlm. 53. 90 | Saprida, M.H.I

Kebebasan berpikir dan berpendapat mendapat bagian yang tinggi. 130 Pada waktu pemerintahan Abbasiyah II, kekuasaan

dibidang politik berangsur mulai menurun dan terus menurun, terutama pada kekuasaan politik pusat. Dikarenakan beberapa negara bagian sudah mulai tidak begitu mempedulikan dan tunduk lagi pada pemerintahan pusat, kecuali pengakuan yang dilakukan secara politis saja. Pada masa awal mula pemerintahan Abbasiyah, pertumbuhan dalam bidang ekonomi dapat juga dikatakan cukup stabil dan juga menunjukkan grafik angka vertikal. Devisa yang didapat oleh negara penuh berlimpah- limpah. Khalifah Al-Mansur adalah tokoh ekonom Abbasiyah yang sanggup meletakkan kebijakan yang kuat pada bidang ekonomi dan keuangan negara.

7. KEMUNDURAN

HANCURNYA SISTEM KEKHALIFAHAN

DAN

Pada periode II ini, ketangguhan politik Abbasiyah mulai merosot pada wilayah-wilayah kekuasaan Abbasiyah secara politis sudah mulai mengalami cerai berai. Ikatan-ikatan pemerintahan mulai putus satu persatu antara wilayah-wilayah Islam. misalnya, di wilayah Barat Andalusia, dinasti Umayyah yang dahulu hancur mulai bangkit lagi dengan cara mengangkat Abdurahman Nasr menjadi Khalifah/Amir al-Mukminin. Di Afrika Utara juga, syiah Ismailiah bangkit dan membentuk dinasti Fatimiah. Dengan cara melantik Ubaidillah Al-Mahdi serta menjadikannya khalifah dan juga kota Mahdiyah yang dekat Tunisia dijadikan pusat kerajaan. Sehingga, pada periode abad ke-10 M ini, sistem kekhalifahan akhirnya mulai melemah dan terpecah ke dalam tiga wilayah: Bagdad, Afrika Utara dan kekuasaan Spanyol. Di Mesir, Muhammad Ikhsyid berkuasa atas nama Bani Abbas. Demikian pula dengan di Halab dan Mousil

130 Ibid, hlm. 54.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 91

Bani Hamdan bangkit. Sementara itu di Yaman, kedudukan Syiah Zaidiyah semakin kuat dan kokoh. Sedangkan di ibukota Bagdad sendiri, Bani Buwaihi berkuasa dengan praktik (defacto) dalam pemerintahan bani Abbas, sehingga khalifah tinggal nama saja. 131

Faktor-faktor kemunduran itu dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Pertentangan internal dalam keluarga Pada internal keluarga terjadi konflik yang berkepanjangan dimana terjadi bentrokan yang membuat ribuan orang terbunuh akibat peristiwa Al-Mansur melawan Abdullah ibnu Ali pamannya sendiri. Al-Amin dan Al-Makmun Al- Mu ’tasim melawan Abbas ibnu Al-Makmun. Konflik ini juga membuat keretakan psikologis yang mendalam dan hi- langnya solidaritas kekeluarga, sehingga mengundang campur tangan kekuatan luar yang juga mengambil keuntungan dari konflik internal tersebut.

b. Kehilangan kendali dan munculnya daulat-daulat kecil

Faktor kepribadian sangat menentukan keberhasilan dari seorang pemimpin. Kelemahan pribadi diantara khalifah Abbasiyah yang mengakibatkan kehancuran sistem pemerintahan. Terutama disebabkan mereka terlena dengan kehidupan mewah sehingga membuat mereka kurang mempedulikan urusan kenegaraan. Perdana menteri semaunya menetapkan kebijakan para khalifah. Mereka juga rela menggunakan kekuatan dari luar secara berturut-turut demi mempertahankan pemerintahannya, seperti orang Turki, Seljuk dan Buawaihi-Khawarizmi. Kekuatan luar ini lebih jauh dapat mengakibatkan kehancuran struktur kekuasaan dari dalam kekhalifahan itu sendiri. 132 Akibat rapuhnya khalifah pusat, sedikit banyak telah

131 Ibid, hlm. 55. 132 Ibid, hlm. 56.

92 | Saprida, M.H.I 92 | Saprida, M.H.I

133 Ibid, hlm. 56.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 93