Pengangkatan Ali bin Abi Thalib

b. Pengangkatan Ali bin Abi Thalib

Penobatan Ali menjadi khalifah tidak semulus dari penobatan ketiga khalifah sebelumnya. Ali dibaiat di tengah- tengah situasi

meninggalnya Utsman, pertentangan, kekacauan, serta kebingungan umat Islam Madinah. Sebab, kaum yang memberontak dan membunuh Utsman mendaulat Ali agar bersedia dibaiat menjadi khalifah. Setelah Utsman terbunuh, kaum pemberontak mengunjungi para sahabat senior satu persatu yang ada di kota Madinah, seperti halnya Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair, Saad bin Abi Waqqas dan Abdullah bin Umar bin Khaththab agar mau menjadi khalifah, namun mereka menolak. Akan tetapi, baik kaum pemberontak ataupun kaum anshar dan Muhajirin lebih menginginkan Ali menjadi khalifah. Ia beberapa kali didatangi oleh kelompok- kelompok tersebut untuk di minta supaya bersedia dibaiat menjadi khalifah, namun Ali menolaknya, ia mengharapkan agar permasalahan itu diselesaikan lewat musyawarah dan mendapat persetujuan dari sahabat-sahabat senior terkemuka. Setelah masa rakyat menjelaskan bahwa umat Islam perlu segera memiliki pemimpin agar tidak terjadi kekacauan yang lebih besar, akhirnya

berkabung

atas

Ali menerima dibaiat menjadi khalifah. 90

Ali bin Abi Thalib dibaiat oleh mayoritas rakyat dari Muhajirin dan Anshar serta para tokoh sahabat, seperti Thalhah dan Zubair. Namun ada beberapa orang sahabat senior, seperti

89 Samsul Munir Amin. 2015. Sejarah Peradaban Islam. hlm. 109.

90 Badri Yatim. 2010. Sejarah Peradaban Islam.. hlm. 40 Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam | 61

Abdullah bin Umar bin Khaththab, Muhammad bin Maslamah, Saad bin Abi Waqqas, Hasan bin Tsabit, dan Abdullah bin Salam yang pada waktu itu berada di Madinah tidak mau ikut membaiat Ali. Ibn Umar dan Saad misalnya, beralasan baru bersedia berbaiat kalau seluruh rakyat sudah berbaiat. Mengenai Thalhah dan Zubair diriwayatkan, mereka berbaiat secara terpaksa. Riwayat lain mengungkapkan mereka bersedia membaiat jika mereka diangkat menjadi gubernur di Kufah dan Basrah. Riwayat lain pula menyatakan, Thalhah dan Zubair bersama kaum Anshar dan Muhajirinlah yang meminta kepada Ali agar bersedia dibaiat menjadi khalifah. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak mempunyai pilihan lain, kecuali memilih A1i. Dapat di simpulkan, Ali tidak dibaiat oleh kaum muslim secara aklamasi. Dikarenakan banyak sahabat senior saat itu tidak berada di kota Madinah, mereka tersebar di wilayah-wilayah taklukan baru, dan wilayah Islam sudah meluas ke luar kota Madinah, jadi umat Islam tidak hanya berada di tanah Hijaz (Mekah, Madinah, dan Thaif), namun sudah tersebar di Jazirah Arab dan bahkan di luarnya. Salah seorang tokoh yang menolak mentah-mentah untuk membaiat Ali dan menunjukkan sikap keras kepala adalah Muawiyah bin Abi Sufyan, keluarga Utsman dan Gubernur Syam. Alasan yang mereka jelaskan karena menurutnya Ali bertanggung jawab atas terbunuhnya Utsman.

c. Kebijakan Pemerintahan

Yang pertama kali dilakukan Khalifah Ali setelah dibaiat menjadi khalifah adalah mengambil kembali seluruh tanah yang telah diberikan Khalifah Utsman kepada para kerabatnya kepada negara serta mengganti seluruh gubernur yang dibenci rakyat, diantaranya Ibnu Amir sebagai penguasa Bashrah digantikan oleh Utsman bin Hanif, Gubernur Mesir yang dijabat oleh Abdullah digantikan jabatannya oleh Qays, Gubemur Syiria, Muawiyah juga diharapkan meletakkan jabatan, tetapi dia menolak, bahkan ia

tidak mengakui kekhalifahan Ali. 91

91 Samsul Munir Amin. 2015. Sejarah Peradaban Islam. hlm. 110

62 | Saprida, M.H.I

Pemerintahan Khalifah Ali yang hanya berlangsung selama enam tahun selalu diwarnai ketidakstabilan dikarenakan banyaknya pemberontakan dari kelompok-kelompok umat muslim. Pemberontakan pertama kali dilakukan Thalhah dan Zubair serta diikuti oleh Siti Aisyah yang kemudian terjadilah Perang Jamal. Dikatakan perang jamal, karena Siti Aisyah waktu itu menunggangi unta pada perang melawan Ali. Pemberontakan yang kedua berasal dari Muawiyah, yang menolak menyerahkan jabatan, bahkan ia menobatkan dirinya setingkat dengan khalifah walaupun ia cuma sebagai Gubernur Syiria, yang berakhir pada

perang Shiffin. 92 Dengan banyaknya pemberontakan dan berkurangnya sebagian pendukung Ali, tidak sedikit pengikut Ali yang gugur dan hilangnya sumber perekonomian dari Mesir, karena dikuasai oleh Muawiyah. Masalah ini menjadikan kharisma dan wibawah khalifah mulai menurun, sedangkan kekuatan Muawiyah semakin bertambah dan kuat. Hal ini memaksa Khalifah Ali menyetujui perdamaian dengan Muawiyah.