sempat meningkat hingga mencapai 4,1 persen pada bulan Mei 2009 berhasil ditekan kembali menjadi 3,3 persen pada akhir tahun 2009, jauh di bawah persyaratan NPL yang sebesar 5,0
persen. Sementara itu, indeks harga saham gabungan IHSG BEI yang sempat terpuruk hingga mencapai 1.241,5 pada bulan November 2008 seiring dengan makin memburuknya krisis
keuangan global, secara bertahap membaik sehingga mencapai 1.332,7 pada bulan Januari 2009. Hal ini dikarenakan oleh adanya sinergi kebijakan berbagai negara yang terkena krisis. Walaupun
pada bulan Februari 2009 sempat turun kembali menjadi 1.285,5 yang dikarenakan oleh munculnya sentimen negatif atas prospek pemulihan ekonomi global, namun secara bertahap
meningkat hingga mencapai 2.534,3 pada bulan Desember 2009 seiring dengan proses pemulihan ekonomi global.
Di sisi penyaluran kredit bank, dampak dari krisis ekonomi dunia menyebabkan pertumbuhan kredit perbankan nasional melambat. Sampai dengan Desember 2009 kredit hanya
tumbuh sebesar 10,1 persen dengan nilai Rp1.446,8 triliun, jauh lebih lambat dibandingkan pertumbuhan tahunan 2008 sebesar 30,8 persen yoy. Pada penghimpunan dana, simpanan
masyarakat pada bank tumbuh sebesar 13,8 persen yoy dari Rp1.682,1 triliun pada akhir 2008 menjadi Rp1.913,6 triliun pada akhir 2009, lebih lambat dibandingkan akhir 2008 yang tumbuh
sebesar 15,0 persen yoy. Seiring dengan perkembangan tersebut, rasio pinjaman terhadap simpanan loan to deposit ratio – LDR turun dari 74,6 persen pada tahun 2008 menjadi 72,9
persen pada akhir 2009.
Ketangguhan perekonomian Indonesia dalam menghadapi resesi global, prospek pertumbuhan ekonomi jangka pendek yang sehat, dan perbaikan dalam manajemen ekonomi
makro telah meningkatkan peringkat kredit Indonesia. Hal ini tercermin dari peningkatan peringkat kredit Moody’s Investors Service dan Standard Poor’s SP.
Selain kedua kebijakan tersebut, sampai saat ini perangkat hukum, organisasi, SDM, dan penganggaran, serta harmonisasi peraturan perundang-undangan terkait dengan RUU Otoritas
Jasa Keuangan OJK, seperti Undang-Undang Pasar Modal, Undang-Undang Usaha Perasuransian, Undang-Undang Dana Pensiun terus dilakukan. Pembahasan dengan Tim Panitia
Antar Kementerian tengah dilakukan dan diharapkan semester I Tahun 2010 draft RUU OJK dapat disampaikan ke DPR, untuk segera dilakukan pembahasan.
B. Masalah dan Tantangan Pokok Pembangunan Tahun 2011
Rentannya stabilitas makro ekonomi terhadap gejolak perekonomian, baik gejolak eksternal maupun internal, masih menjadi permasalahan utama dalam menjaga kesinambungan
fiskal di tahun 2011. Dari sisi eksternal, terdapat 4 empat tantangan besar yang harus dihadapi, yaitu: i tingginya ketidakpastian ekonomi global, dengan indikasi masih berlanjutnya penurunan
volume perdagangan dunia dan sulitnya mengakses sumber-sumber pendanaan dan investasi; ii tingginya volatilitas harga komoditas utama, yang ditandai dengan mulai meningkatnya harga
minyak mentah dunia; iii semakin tingginya integrasi ekonomi global dan regional, yang mendorong peningkatan daya saing industri; iv serta perubahan arsitektur keuangan dunia
karena semakin pesatnya perkembangan instrumen pembiayaan dan investasi sehingga memerlukan aturan baru dengan tingkat pengawasan yang lebih mendalam. Di sisi internal
tantangan yang dihadapai adalah ketidakpastian yang masih tinggi yang terlihat dari adanya gejolak di pasar saham dan keuangan, belum bergeraknya sektor riil secara optimal, permasalahan
subsidi, dan musibah bencana alam yang melanda berbagai daerah di Indonesia. Kesemuanya ini menjadi tantangan ke depan dalam peningkatan kualitas pengelolaan kebijakan fiskal.
I.3-5
Permasalahan dan tantangan dalam menjaga stabilitas harga dan mengamankan pasokan bahan pokok adalah meningkatkan penyediaan bahan pokok kebutuhan masyarakat dengan
meningkatkan produksi, meningkatkan impor apabila diperlukan dana menyempurnakan sistem distribusi bahan pokok, baik yang didukung oleh sistem transportasi darat, laut dan udara.
Perkembangan harga bahan pokok yang cepat ini memerlukan pemantauan yang intensif dan evaluasi seksama termasuk sistem distribusi dan stok bahan pokok. Dunia usaha yang tersebar di
berbagai daerah belum terdata dan terpantau dengan baik. Tersedianya basis data tentang pusat- pusat produksi, stok beserta matarantai distribusinya dan sistem pemantauan yang baik dapat
menjaga kelancaran pasokan dan meredam terjadinya lonjakan harga bahan pokok secara berarti serta dapat menghindari terjadinya penimbunan dan penyelewengan distribusi yang mengurangi
ketersediaannya. Selanjutnya upaya stabilisasi harga bahan pokok memerlukan koordinasi kebijakan ekonomi makro seperti penetapan sasaran inflasi, kebijakan tarif ekspor dan impor,
kebijakan subsidi BBM dan TDL, subsidi pertanian dan suku bunga. Di samping itu, relatif tingginya harga bahan pokok di berbagai daerah yang sulit dijangkau dapat diatasi dengan
mempercepat pembangunan prasarana dan sarana dan meningkatkan pemeliharaan prasarana dan sarana yang telah dibangun.
Di sisi lain, kecenderungan peningkatan aktivitas perekonomian seiring dengan pulihnya krisis ekonomi global menyebabkan inflasi cenderung meningkat. Selain itu, wilayah geografis
negara kita yang berbentuk kepulauan dan masih terbatasnya sarana dan prasarana perhubungan, masih akan mendorong peningkatan inflasi lebih tinggi dibanding negara-nagara tetangga.
Selanjutnya, perubahan perubahan iklim dan cuaca yang mempengaruhi produksi khususnya pertanian dan transportasi, khususnya bahan pangan pokok, dapat mendorong kenaikan inflasi
harga bahan pangan pokok yang mudah bergejolak.
Tantangan berat lainnya di bidang fiskal adalah menjaga kesinambungan fiskal yang berasal dari masih tingginya tingkat pengangguran dan angka kemiskinan di Indonesia, serta
kondisi infrastruktur yang masih belum memadai untuk menunjang akselarasi pembangunan. PeIaksanaan program mitigasi dampak krisis global melalui paket stimulus fiskal yang mencapai
Rp73,3 triliun di tahun 2009 dirasakan masih lambat dan belum optimal. Oleh karena itu, sebagai pembelajaran, ke depan diperlukan langkah-langkah perbaikan melalui koordinasi yang intensif
dan komprehensif antar-lembaga negara atau instansi pemerintah.
Tantangan lain yang muncul adalah yang terkait dengan pelaksanaan sistem pengelolaan anggaran yang masih terus diusahakan sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara yang mencakup pelaksanaan anggaran terpadu unified budget, penerapan sistem penganggaran berbasis kinerja performance based budget, dan penerapan
alokasi belanja negara dalam kerangka pengeluaran jangka menengah medium term expenditure framework. Selain itu, sistem pelaksanaan anggaran serta penyusunan laporan keuangan
pemerintah termasuk neraca laporan keuangan pemerintah yang masih perlu ditingkatkan juga merupakan masalah yang saat ini dan ke depan masih akan dihadapi.
D. Arah Kebijakan Ekonomi Makro Tahun 2011