menghindari penguapan etanol. Sejumlah 20 mL filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara.
Sisa dipanaskan pada suhu 105
o
C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol 96 dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan
Depkes RI, 1995.
3.4.6 Penetapan Kadar Abu Total
Sebanyak 2 g serbuk simplisia dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan
sampai arang habis, jika arang masih tidak dapat dihilangkan, ditambahkan air panas, saring melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa dan kertas saring
dalam krus yang sama. Masukkan filtrat ke dalam krus, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah
dikeringkan Depkes RI, 1995.
3.4.7 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam
Abu yang diperoleh dalam penetapan kadar abu dididihkan dalam 25 mL asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam
dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, dipijarkan, kemudian didinginkan dan ditimbang sampai bobot tetap. Kadar
abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan Depkes RI, 1995.
3.5 Pemeriksaan Karakteristik EEDA
Pemeriksaan karakteristik ekstrak etanol daun afrika meliputi, penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut dalam air, penetapan kadar sari
Universitas Sumatera Utara
larut dalam etanol, penetapan kadar abu total, dan penetapan kadar abu tidak larut dalam asam. Prosedur pemeriksaan ekstrak etanol daun afrika sama
seperti prosedur karakterisasi simplisia daun afrika
3.6 Skrining Fitokimia Serbuk Simplisia
Skrining fitokimia serbuk simplisia meliputi pemeriksaan senyawa golongan
flavoinoid, alkaloid,
saponin, tanin,
glikosida dan
steroidtriterpenoid.
3.6.1 Pemeriksaan flavonoida
Sebanyak 10 g serbuk simplisia ditambahkan 10 ml air panas, dididhkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas, ke dalam 5 ml
filtrat ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoida positif jika
terjadi warna merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol Farnsworth, 1966.
3.6.2 Pemeriksaan alkaloid
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2
menit, didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh dipakai untuk tes alkaloid. Diambil 3 tabung reaksi, lalu ke dalamnya dimasukkan 0,5 ml filtrat.
Pada masing-masing tabung reaksi : a. Ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer
b. Ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat c. Ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff
Universitas Sumatera Utara
Alkaloid positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada dua dari tiga percobaan diatas Depkes RI, 1995.
3.6.3 Pemeriksaan saponin
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan, kemudian
dikocok kuat-kuat selama 10 menit. Jika terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang stabil tidak kurang dari 10 menit dan buih tidak hilang dengan penambahan 1
tetes asam klorida 2 N menunjukkan adanya saponin Depkes RI,1995.
3.6.4 Pemeriksaan tannin
Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia disari dengan 10 ml air suling lalu disaring, filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna.
Diambil 2 ml larutan dan ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi III klorida 1. Jika terjadi warna biru kehitaman atau hijau kehitaman menunjukkan adanya
tanin Farnsworth, 1966.
3.6.5 Pemeriksaan glikosida
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 3 g kemudian disari dengan 30 ml campuran 7 bagian volume etanol 96 dan 3 bagian volume air suling,
selanjutnya ditambahkan 10 ml asam klorida 2 N, direfluks selama 10 menit, didinginkan dan disaring. Pada 30 ml filtrat ditambahkan 25 ml air suling dan
25 ml timbal II asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan selama 5 menit lalu disaring. Filtrat disari sebanyak 3 kali, tiap kali dengan 20 ml campuran 3
bagian volume kloroform dan 2 bagian volume isopropanol. Diambil lapisan air kemudian ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes pereaksi Molisch, ditambahkan
Universitas Sumatera Utara
hati-hati 2 ml asam sulfat pekat terbentuk cincin warna ungu pada batas kedua cairan menunjukkan adanya ikatan gula Depkes RI, 1995.
3.6.6 Pemeriksaan glikosida jantung Keller-Kiliani Test
Serbuk simplisia sebanyak 1 g, dimaserasi dengan Etanol selama 1 jam, kemudian disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap sampai kering.
Kemudian tambahkan 1-2 tetes pereaksi besi III klorida 1 , asam asetat glasial dan asam sulfat pekat, terbentuk warna hijau biru menunjukkan adanya
glikosida jantung Jamil, et al, 2012.
3.6.7 Pemeriksaan steroid triterpenoid
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 1 g, dimaserasi dengan 20 ml nheksan selama 2 jam, disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap dan
pada sisanya ditambahkan pereaksi Liebermann-Burchard melalui dinding cawan. Apabila terbentuk warna ungu atau merah yang berubah menjadi biru
ungu atau biru hijau menunjukkan adanya triterpenoidsteroid Harborne, 1984.
3.7 Skrining Fitokimia EEDA
Skrining terhadap ekstrak etanol daun Afrika dilakukan untuk mengetahui senyawa kimia yang terkandung di dalam ekstrak. Prosedur
pemeriksaan ekstrak etanol daun afrika sama seperti prosedur skrining fitokimia terhadap simplisia daun afrika
3.8 Pembuatan EEDA
Pembuatan ekstrak etanol daun Afrika dilakukan dengan metode perkolasi. Caranya 400 gram serbuk simplisia dimaserasi dengan etanol 96
Universitas Sumatera Utara
selama 3 jam. Selanjutnya dipindahkan massa tersebut sedikit demi sedikit ke dalam perkolator, tambahkan etanol 96 secukupnya hingga simplisia
terendam dan terdapat cairan penyari di atasnya, perkolator ditutup dengan aluminium foil dan dibiarkan selama 24 jam. Kemudian kran perkolator dibuka
dan dibiarkan cairan ekstrak menetes dengan kecepatan 20 tetes per menit dan ditambahkan etanol 96 berulang-ulang secukupnya dan diatur kecepatan
penetesan cairan penyari sama dengan kecepatan tetesan perkolat,sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari di atas simplisia. Perkolasi dihentikan jika
500 mg perkolat yang keluar terakhir diuapkan, tidak meninggalkan sisa. Perkolat kemudian disuling dan diuapkan dengan tekanan rendah pada suhu
tidak lebih dari 50
o
C menggunakan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 175,73 g Ditjen POM, 1979; Depkes RI, 1995.
3.9 Uji Efek EEDA Terhadap Kontraktilitas dan Denyut pada Isolat Jantung Tikus.
Uji efek ekstrak etanol daun afrika terhadap isolat jantung tikus normal dan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak terhadap kontraktilitas
jantung dan denyut jantung Vogel, 2008. Tikus dianastesi terlebih dahulu dengan ketamin dosis 1mgKgbb secara intraperitonial, selanjutnya diberikan
heparin dosis 5000 iuKgbb secara intraperitonial. Jantung tikus diisolasi dan diletakkan dalam cawan petri yang berisi larutan fisiologi Krebs-Henseleit
beku NaCl 6,9 g; KCl 0,35 g; NaHCO
3
, 2,1 g; MgSO
4
.7H
2
O 0,29 g; KH
2
SO
4
0,16 g; CaCl
2
0,28 g; glukosa 1 g; pH 7,4 dan dialiri karbogen campuran 95 O
2
+ 5 CO
2
. Jantung dibersihkan dari bagian lemak dan perikardium. Setelah bersih, jantung digantung pada alat Langendroff dan dialiri larutan
Universitas Sumatera Utara
Krebs-Henseleit dengan laju 20 mlmenit dan tetap dialiri dengan karbogen. Bagian ventrikel jantung disambungkan dengan transduser yang akan merekam
pergerakan otot jantung. Setelah dicapai kondisi stabil, isolat jantung diberikan EEDA dan diamati efek kontraksi dan denyut yang terjadi pada jantung melalui
rekaman yang disampaikan transduser Ojowole, 2007, Kamadyaapa, 2009. Perlakuan diulang sebanyak 3 tiga kali.
3.9.1 Pembuatan larutan krebs-henseleit
Timbang sebanyak 6,9 g NaCl; 0,35 g KCl; 0,28 g CaCl
2
; 2,1 g NaHCO
3
; 1 g glukosa; 0,29 g MgSO
4
.7H
2
O; 0,16 g KH
2
SO
4,
kemudian dilarutkan dalam 1 liter aquades Ads instrument.
3.9.2 Pembuatan larutan induk EEDA
Sebanyak 250 mg EEDA ditimbang, kemudian ditambahkan DMSO sedikit demi sedikit hingga larut. Kemudian dicukupkan volumenya hingga 250
ml dengan larutan krebs-henseleit dalam labu tentukur sampai garis tanda konsentrasi 1 mgml.
3.9.3 Pembuatan larutan uji EEDA
Larutan induk EEDA dipipet sebanyak 25 ml; 50 ml; 100 ml kemudian dimasukkan ke dalam masing-masing labu tentukur 100 ml lalu volumenya
dicukupkan dengan larutan krebs-henseleit sampai garis tanda untuk mendapatkan konsentrasi 0,25 mgml, 0,5 mgml, 1 mgml Janardan, et al.,
2011.
Universitas Sumatera Utara
3.10 Analisis Hasil
Persen perubahan kontraktilitas dan denyut jantung dapat dihitung dengan rumus : {B-AA} x 100 , diamana A adalah nilai sebelum
pemberian obat atau ekstrak, dan B adalah nilai setelah pemberian obat atau ekstrak Niazmand dan Saberi, 2010. Kemudian data dianalisis dengan one
way analisys of variance ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Tukey pada program Statistik Product and Service Solutions SPSS 18.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan
Tumbuhan yang telah diidentifikasi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Indonesian Institute of Science Pusat Penelitian Biologi Research
Center for Biology, Bogor adalah Vernonia amygdalina Delile. suku Asteraceae Ginting, 2012.
4.2 Hasil Karakteristik Simplisia dan EEDA
Pemeriksaan makroskopik bertujuan untuk mengetahui ciri-ciri fisik simplisia suatu tumbuhan, seperti bentuk, bau dan rasa. Sedangkan
pemeriksaan mikroskopik bertujuan untuk mengetahui struktur anatomi suatu simplisia tumbuhan. Hasil pemeriksaan makroskopik daun Afrika segar
memiliki bentuk daun oval-elips, ujung dan pangkal daun meruncing, susunan tulang daun menyirip, tepi daun bergerigi dan kasar, permukaan berambut
sangat halus, panjang 15 cm - 19 cm, lebar 5 cm - 8 cm, berwarna hijau muda dan rasanya pahit dan diikuti rasa manis.
Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia daun Afrika dicirikan dengan daun berwarna hijau kecoklatan, panjang 12 cm - 16 cm, lebar 3,5 cm - 5 cm,
rasa pahit, dan berbau khas. Serbuk simplisia berwarna hijau kecoklatan dan berbau khas.
Universitas Sumatera Utara