Kebijakan Pengembangan Struktur Tata Ruang Kota Batam Kebijakan Pemanfaatan Lahan Kota Batam

56 Berdasarkan kebijakan strategis tata ruang wilayah Kota Batam, bahwa pengembangan pusat Kota Batam diarahkan ke arah utara yaitu sub wilayah Batam Centre dan Batu Ampar. Selanjutnya menjadikan SWP II Batam Centre memiliki fungsi primer sebagai pusat pemerintahan, CBD serta perumahan berkepadatan tinggi. Dengan melihat kedekatan dengan lokasi penampungan air baku Dam Duriangkang hal ini menjadi sangat riskan, mengingat selama ini aliran air limbah yang berasal dari perumahan-perumahan di Batam Centre yang terletak di sebelah utara Dam Duriangkang, mengalir dan mencemari air baku Dam Duriangkang. Hal ini juga ironis sekali, di satu sisi terdapat kebijakan untuk membatasi pertumbuhan penduduk yang bertujuan untuk mengendalikan konsumsi air bersih mengingat air bersih di Kota Batam sangat terbatas jumlahnya, namun di sisi lain juga membiarkan terjadi pencemaran terhadap air baku dam terbesar di Kota Batam dengan menempatkan perumahan berkepadatan tinggi di sekitar Dam Duriangkang. Dengan demikian alangkah lebih baik apabila kebijakan tersebut juga memperhatikan masalah sanitasi di perumahan-perumahan terutama yang berada di sekitar Dam Duriangkang, mengingat kondisi sanitasi di perumahan-perumahan tersebut tidak memenuhi syarat dan dapat menimbulkan pencemaran air baku Dam Duriangkang.

3.2.2 Kebijakan Pengembangan Struktur Tata Ruang Kota Batam

Kebijakan struktur tata ruang Kota Batam tahun 2014 merupakan penjabaran dari struktur tata ruang yang telah dirumuskan dalam RTRW. Dalam RTRWP kebijakan struktur ruang Kota Batam 2014 telah ditetapkan sebagai 57 Pusat Kegiatan Nasional PKN, dengan fungsi utama sebagai : pusat pemerintahan kota, perdagangan dan jasa, kegiatan pariwisata, permukiman dan simpul transportasi internasional. Selain pembentukan pusat pelayanan utama tersebut, pembentukan struktur kegiatan Kota Batam ini masih dilanjutkan dengan penentuan pusat-pusat yang lebih rendah hirarkinya dan dialokasikan tersebar keseluruh wilayah dan membentuk pola multiple nuclei, sehingga memudahkan dalam melayani kebutuhan seluruh penduduk kota. Dengan demikian, diharapkan orientasi kegiatan penduduk tidak terkonsentrasi di pusat kota saja, tetapi sudah terlayani di masing-masing lingkungankawasan. Untuk mempermudah pelayanan oleh pusat-pusat yang akan dikembangkan, maka perlu didukung oleh sistem transportasi, melalui pengembangan sistem jaringan jalan yang berhirarki dan terstruktur, sehingga membentuk satu kesatuan yang saling terintegrasi dan mudah dijangkau dari seluruh bagian wilayah kota dan dilengkapi dengan sistem perangkutan yang memadai. Agar Kota Batam mempunyai aksesibitas yang baik dari dan ke wilayah sekitarnya perlu didukung pula oleh pengembangan sistem transportasi laut dan udara yang baik dan saling terintegrasi dengan sistem transportasi darat, sehingga membentuk satu kesatuan.

3.2.3 Kebijakan Pemanfaatan Lahan Kota Batam

Kebijakan pengembangan penggunaan lahan Kota Batam dimaksudkan untuk menciptakan pola pemanfaatan ruang yang mampu menjadi wadah bagi berlangsungnya berbagai kegiatan penduduk serta keterkaitan fungsional antar 58 kegiatan, sehingga tercipta keserasian antara satu kegiatan dengan kegiatan lain serta tetap menjaga kelestarian lingkungan. Dalam mengembangkan Kebijakan pemanfaatan ruang kota ini disesuaikan dengan potensi dan permasalahan yang ada dengan tetap mempertimbangkan : 1. Keserasian rencana tata ruang Kota Batam dengan rencana tata ruang wilayah yang lebih luas 2. Peran dan fungsi Kota Batam sesuai struktur tata ruang kotanya 3. Pola penggunaan lahan eksisting dan kecenderungan perkembangannya, baik fisik, sosial, maupun ekonomi ke dalam Kebijakan pemanfaatan ruang yang mudah dilaksanakan realistis 4. Potensi dan kendala fisik alam 5. Mengamankan kawasan lindung, terutama di daerah perbukitan atau yang mempunyai lereng curam, disekitar waduk sebagai tangkapan air hujan serta pada hutan bakau.

3.2.4 Kebijakan Pengembangan Sistem Jaringan Drainase