58
kegiatan, sehingga tercipta keserasian antara satu kegiatan dengan kegiatan lain serta tetap menjaga kelestarian lingkungan. Dalam mengembangkan Kebijakan
pemanfaatan ruang kota ini disesuaikan dengan potensi dan permasalahan yang ada dengan tetap mempertimbangkan :
1. Keserasian rencana tata ruang Kota Batam dengan rencana tata ruang wilayah
yang lebih luas 2.
Peran dan fungsi Kota Batam sesuai struktur tata ruang kotanya 3.
Pola penggunaan lahan eksisting dan kecenderungan perkembangannya, baik fisik, sosial, maupun ekonomi ke dalam Kebijakan pemanfaatan ruang yang
mudah dilaksanakan realistis 4.
Potensi dan kendala fisik alam 5.
Mengamankan kawasan lindung, terutama di daerah perbukitan atau yang mempunyai lereng curam, disekitar waduk sebagai tangkapan air hujan serta
pada hutan bakau.
3.2.4 Kebijakan Pengembangan Sistem Jaringan Drainase
Kebijakan pengembangan sistem jaringan drainase di Kota Batam pada prinsipnya tetap memanfaatkan sistem jaringan drainase yang sudah ada serta
memanfaatkan sungai-sungai alam sebagai sistem pembuangan alamiah yang sekaligus berfungsi sebagai badan air penampungan dari limpasan air hujan
sebagai jaringan pembuangan akhir. Adapun yang dipergunakan dalam menyusun kebijakan pengembangan sistem drainase kota adalah :
59
Sumber: Bappeda Kota Batam 2004
GAMBAR 3.4 RTRW KOTA BATAM 2004-2014
IM PLIKA SI PERUBA HA N G UN A LA HA N TERHA DA P KUA LITA S A IR BA KU KO TA BA TA M
60
Sumber : Bappeda Kota Batam
GAMBAR 3.5 PETA ADMINISTRASI KOTA BATAM TAHUN 2006
61
1. Memanfaatkan sistem jaringan drainase yang ada secara maksimal, baik
sungai, anak sungai, maupun saluran alami lainnya. 2.
Mengalirkan air hujan secepatnya melalui suatu sistem jaringan drainase ke badan air terdekat dengan menghemat panjang saluran
3. Sedapat mungkin mengikuti jalan utama untuk memudahkan pengawasan dan
pemeliharaan 4.
Pengaliran air hujan diupayakan memanfaatkan energi gravitasi dan menghindari penggunaan pompa
5. Penampang saluran dapat berbentuk empat persegi panjang, trapesium
maupun bulat, disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan setempat 6.
Ekonomis pembuatannya dan membutuhkan investasi yang rendah.
3.2.5 Kebijakan Sistem Pembuangan Air Limbah Domestik
Kebijakan pengelolaan air limbah domestik di Kota Batam tetap menggunakan sistem pengolahan setempat on site system sanitation yaitu
dengan menggunakan tangki septik yang ada di tiap-tiap rumah dengan lebih meningkatkan kuantitas dan kualitasnya, seperti terlihat pada Gambar 3.6. Dalam
kaitannya dengan masalah sanitasi ini, maka dalam implementasinya perlu dilakukan upaya :
1. Penyuluhan kepada penduduk dalam peningkatan kesadaran akan pentingnya
kesehatan dengan menghilangkan kebiasaan untuk membuang kotorannya di sembarang tempat. Sebagai konsekuensinya penduduk diharapkan untuk
62
membangun sendiri sarana sanitasi di tempat tinggalnya masing-masing serta pembangunan utilitas MCK untuk penduduk di daerah padat atau penduduk
golongan ekonomi lemah 2.
Penyediaan kendaraan pengangkut tinja untuk membersihkan dan menguras lumpur tinja pada tangki septik yang sudah penuh
3. Monitoring untuk memantau pengelolaan air limbah domestik, serta kualitas
dan kuantitas badan-badan air yang ada di perkotaan.
a. Skema Pengelolaan Air Limbah Domestik
b. Disain Tangki Septik dengan Bidang Resapan
Pasir Kerikil
Batu KaliKosong Pipa
0.80 1.20
Ijuk
Penampang Bidang Resapan
0.20 0.20
1.00 1.00
0.20 0.50
0.50 0.20
Lubang kontrol Lubang periksa
Ruang Tangki Septik Lubang hawa
Bidang Resapan
Sumber : RTRW Kota Batam 2004-2014
GAMBAR 3.6 PENGELOLAAN LIMBAH DOMESTIK SISTEM SETEMPAT
MENGGUNAKAN TANGKI SEPTIK
3.3. Permasalahan Penyediaan Air Bersih di Kota Batam