Kaitan Guna Lahan dengan Kualitas Air Baku

yang mengandung golongan Coli dianggap telah terkontaminasi berhubungan dengan kotoran manusia, dengan demikian dalam pemeriksaan bakteriologik, tidak langsung diperiksa apakah air itu mengandung bakteri pathogen, tetapi dengan indikator bakteri golongan Coli Sutrisno, dkk, 1987:23.

2.4. Kaitan Guna Lahan dengan Kualitas Air Baku

Proses penataan ruang mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kegiatan permukiman dan pengelolaan sumberdaya air dengan mengacu kepada Undang-undang No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang disebutkan bahwa penataan ruang mencakup pengembangan lahan, air, udara dan sumberdaya lainnya. Dengan demikian pengelolaan sumberdaya air adalah bagian dari penataan ruang. Pengaruh guna lahan pada masalah air baku terlihat pada penggunaan lahan antara lain permukiman, perdaganganjasa atau industri di sekitar lokasi sumber air baku seperti di wadukdam, sehingga segala aktivitas dan perubahan yang terjadi di kawasan tersebut memberi dampak pengaruh pada sumber air baku melalui jaringan aliran drainase baik alam maupun buatan yang menghubungkan antara kawasan tersebut dengan sumber air baku, dengan dipengaruhi oleh kondisi alam dan lingkungan antara lain bentuk topografi, kepadatan bangunan, jumlah penduduknya, kegiatan penduduknya dan jenis tanahnya Sugiarto, 2005:38. Kondisi topografi yang landai selalu menjadi pilihan penduduk untuk tinggal di tempat tersebut dengan pertimbangan ekonomis, teknis, maupun aksesbilitasnya menjadikan tempat tersebut sebagai konsentrasi persebaran penduduk. Kepadatan bangunan akibat tingginya jumlah penduduk di daerah tersebut menimbulkan berkurangnya lahan terbuka sebagai daerah resapan air yang akan berpengaruh terhadap kenaikan kecepatan limpasan air hujan atau run off. Perkembangan penduduk dengan segala aktifitasnya selalu menghasilkan limbah baik padat maupun cair, dengan segala bentuk perilaku, pengetahuan dan budaya masyarakat yang beraneka ragam juga berpengaruh di dalam perlakuan mereka terhadap limbah yang dihasilkan. Pada umumnya perumahan masyarakat padat penduduk tidak mempunyai lahan yang cukup luas disamping alasan ekonomis untuk membuat sumur resapan yang berguna untuk meresapkan limbah rumah tangga baik dari kamar mandi maupun dari dapur. Sedangkan limbah lain yang dihasilkan berasal dari industri rumah tangga maupun dari hasil aktifitas perdaganganjasa, seperti rumah makan, pasar, laundry dan lain-lain. Biasanya limbah tersebut langsung dialirkan melalui pipa ke dalam saluran drainase lingkungan dan terkadang sampah juga ikut dibuang ke saluran ini, dimana alirannya akan menuju ke saluran drainase perkotaan yang akan mengalir menurut kondisi topografinya menuju laut atau sumber air baku seperti dam atau waduk, hal ini akan semakin parah jika hujan turun karena berkurangnya daerah resapan maka kecepatan run off semakin bertambah, sehingga limbah akan terbawa aliran air hujan dengan cepat menuju sumber air baku. Akibatnya sumber air menjadi tercemar, dikarenakan sumber air tersebut digunakan sebagai air baku yang akan diolah menjadi air bersih maka pada akhirnya air bersih yang dihasilkan menjadi sangat mahal. Menurut Konig 2003:245, sebagai akibat dari kondisi cuaca dan geologis, persediaan air bersih menjadi berkurang yang akan mengakibatkan pembangunan kota terhambat, sedangkan untuk penyediaan air jarak jauh sangat mahal. Konsep pengelolaan air baku dan sumber air baku pada dasarnya mencakup upaya serta kegiatan pengembangan, pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya air baku dengan cara menyalurkan redistributing air yang tersedia dalam konteks ruang dan waktu, komponen mutu dan komponen volume jumlah pada suatu wilayah untuk memenuhi kebutuhan pokok kehidupan makhluk hidup. Dengan demikian pengelolaan air dan sumber air yang berkelanjutan merupakan suatu sistem agar alam atau suatu sistem dalam rangka upaya membentuk lingkungan hidup yang akrab serta menyenangkan. Mochtar, 2002:128.

2.5 Sintesis Teori