METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Neuman (1997) menyatakan, bahwa critical social science bertujuan untuk mengungkap struktur dalam dunia material dengan tujuan membantu masyarakat membangun dunia yang lebih baik. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang emansipatif. Emansipatif berarti mempunyai ambisi untuk mendorong adanya perubahan. Pendekatan ini menolak pendekatan positivisme dan interpretivisme karena kedua pendekatan tersebut bersifat amoral dan pasif. Sedangkan, pendekatan kritis ini menganggap bahwa penelitian merupakan aktivitas politis sekaligus aktivitas moral, bukan hanya sekadar pencapaian akademis.

Pendekatan kritis ini menganggap, bahwa peneliti sosial mempunyai tanggung jawab untuk menempatkan diri dalam relasi dengan pihak yang berjuang sebagai karakteristik masyarakat yang berkonflik. Untuk itu, pendekatan ini menuntut peneliti untuk berpihak (Neuman, 1997). Penelitian ini menggunakan pendekatan kritis. Peneliti bermaksud mengkaji kebijakan pemerintah Indonesia yang menyangkut soal privatisasi air di DKI Jakarta. Dengan menggunakan pendekatan penelitian kritis, penelitian ini berpihak pada masyarakat dan mencoba melakukan perubahan pemikiran tentang konsep kejahatan yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat DKI Jakarta.

Jenis pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis proses kebijakan. Dalam Dunn (2003), disebutkan bahwa penelitian analisis kebijakan bersifat deskriptif dan normatif. Penelitian ini bersifat deskriptif karena peneliti ingin menggambarkan sebab dan akibat dari kebijakan privatisasi air di DKI Jakarta. Sedangkan bersifat normatif karena peneliti ingin mengkaji nilai kebijakan publik untuk masa lalu, masa kini, dan masa datang.

Dalam analisis proses kebijakan, terdapat metode analisis perilaku berganda. Analisis perilaku berganda ini merupakan analisis dengen mempelajari dan mencari data-data terkait dengan pembuat kebijakan dan pihak yang merasakan kebijakan tersebut. Bentuk analisisnya adalah analisis kebijakan retrospektif yang berorientasi pada disiplin ilmu. Analisis kebijakan bentuk ini

39 Universitas Indonesia 39 Universitas Indonesia

Dalam menjelaskan konteks global dan konteks lokal, peneliti menggunakan hubungan makro dengan mikro oleh Anthony Giddens yang berjudul strukturasi. Konsep globalisasi yang turut mempengaruhi Indonesia dalam pengambilan keputusan kebijakan dapat dijelaskan dengan teori strukturasi Giddens yang menghubungkan dengan praktik pemerintah Indonesia dalam melakukan kejahatan pelanggaran hak asasi manusia.

3.2. Batasan Penelitian

Penelitian ini fokus pada bagaimana kebijakan privatisasi air dapat membuat air menjadi barang ekonomi. Peneliti akan mengaitkan kebijakan ini ke dalam konteks global yang sedang berlangsung saat kebijakan tersebut dibuat dan dijalankan. Kemudian, hal itu akan dihubungkan pada dampak yang dirasakan oleh masyarakat miskin dari kebijakan privatisasi air itu.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan pengumpulan data dengan penelitian multimetode (Dunn, 2003). Penelitian multimetode adalah penelitian yang teknik pengumpulan datanya adalah kajian terhadap dokumen-dokumen kebijakan privatisasi air DKI Jakarta, wawancara, FGD, dan penelusuran data sekunder.

3.3.1. Studi Dokumen

Penelitian ini membutuhkan dokumen-dokumen kebijakan privatisasi air DKI Jakarta. Dokumen yang dibutuhkan adalah perjanjian, surat keputusan, undang-undang, laporan, rekomendasi, dan notulensi. Studi dokumen ini bertujuan untuk melihat bagaimana proses terjadinya privatisasi ini dan bagaimana konteks masa lalu yang terjadi pada saat kebijakan ini dibuat.

Pada awalnya, peneliti mencari dokumen-dokumen tersebut di kantor Koalisi Rakyat untuk Hak atas Air (KRuHA). Peneliti dapat mengakses kontrak perjanjian antara PAM Jaya dengan pihak swasta. Untuk mengakses surat

Universitas Indonesia Universitas Indonesia

Karena adanya keterbatasan waktu dan tenaga dari LBH Jakarta, pengumpulan dokumen dilakukan dalam dua kali. Yang pertama adalah pada tanggal 18 November 2013 dan yang kedua adalah pada tanggal 25 November 2013. Dokumen-dokumen yang terdapat di LBH Jakarta tidak boleh difotokopi ataupun dipinjam oleh peneliti. Oleh karena itu, peneliti mencatat isi inti dari dokumen-dokumen tersebut dalam tabel yang dilampirkan di akhir naskah skripsi ini.

Selain mengakses dokumen dari LBH Jakarta, peneliti juga mencari dokumen-dokumen di internet, seperti surat pinjaman Bank Dunia dan rekomendasi Bank Dunia terkait privatisasi air ini. Selain itu, peneliti juga mengakses beberapa Undang-Undang di internet.

Setelah mengumpulkan semua dokumen yang diperlukan, peneliti menyusunnya sehingga menjadi cerita kronologis yang lengkap. Hal itu dilakukan supaya peneliti bisa mempelajari dan mengerti bagaimana proses kelahiran kebijakan ini berlangsung dan bagaimana keadaan yang melatarbelakangi adanya kelahiran kebijakan tersebut.

3.3.2. Wawancara Mendalam

Setelah mempelajari dokumen, peneliti melakukan wawancara. Wawancara ini dilakukan dengan teknik snow-balling . Awalnya, peneliti menghubungi Muhammad Reza dari KRuHA yang mengenal salah satu mantan pengurus Badan Regulator Pelayanan Air Minum (BRPAM) Jakarta periode 2005-2008 dan 2008-2011, yaitu Riant Nugroho, yang adalah seorang ahli kebijakan publik. Selain itu, ia merupakan dosen kebijakan publik di pascasarjana FISIP UI. Ia juga menjadi pengajar tamu di Universitas Sebelas Maret, Universitas Gajah Mada, dan Diklatpim I dan II Lembaga Administrasi Negara.

Universitas Indonesia

Setelah mendapatkan kontaknya, peneliti menghubungi Riant Nugroho untuk mewawancarai beliau. Kepada Riant Nugroho, peneliti menanyakan bagaimana kebijakan tarif dan kinerja oleh PAM Jaya dan kedua mitra swastanya. Riant Nugroho juga menjelaskan bagaimana Bank Dunia mempengaruhi adanya kebijakan tersebut dan juga menjelaskan posisi BRPAM dalam pelayanan air minum di DKI Jakarta.

Dari Riant Nugroho, peneliti diberi kontak ke mantan asisten Riant Nugroho, Marsha dan Mimi di kantor BRPAM yang terletak di Pejompongan. Dari Marsha dan Mimi, peneliti mendapatkan buku-buku yang memuat penelitian dan kajian BRPAM tentang pelayanan air minum di Jakarta.

Setelah itu, peneliti menghubungi Firdaus Ali, seorang ahli air dan sanitasi dan juga dosen di Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik UI. Firdaus Ali juga merupakan mantan penguus BRPAM Jakarta di tahun yang sama dengan Riant Nugroho. Dengan Firdaus Ali, peneliti menanyakan soal bagaimana keadaan air bersih dan sanitasi di Jakarta dalam segi teknis. Kemudian, dari Firdaus Ali, peneliti mendapat kontak Ahmad Lanti.

Pada saat pelaksanaan negosiasi perjanjian kerjasama, Ahmad Lanti menjabat sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. Ahmad Lanti merupakan anggota tim negosiasi gabungan yang menegosiasikan perjanjian kerjasama privatisasi air Jakarta. Kemudian, beliau juga merupakan ketua Badan Regulator PAM pada 2002-2008. Dari Ahmad Lanti, peneliti menanyakan soal bagaimana keadaan saat proses awal perjanjian kerjasama antara PAM Jaya dengan swasta.

Rentang waktu dari pertemuan dengan Firdaus Ali sampai ke pertemuan dengan Ahmad Lanti memakan waktu lebih dari seminggu. Di waktu yang kosong itu, peneliti mengikuti perkembangan sidang Gugatan Warga Negara atas privatisasi air Jakarta. Saat persidangan, peneliti bertemu dengan Arif Maulana dan kawan-kawan LBH Jakarta yang lain. Di sana, Arif Maulana mengenalkan peneliti dengan seorang karyawan administrasi PAM Jaya yang bernama Royke. Dari Royke, peneliti dipertemukan dengan Sriwidayanto Kaderi, seorang Direktur Umum PAM Jaya yang sekarang sedang menjabat. Kepada Sriwidayanto Kaderi, peneliti menanyakan tentang bagaimana kondisi PAM Jaya sekarang secara

Universitas Indonesia Universitas Indonesia

Di persidangan itu juga, peneliti berkenalan dengan Andreas Harsono, yang saat itu menjadi saksi di persidangan Gugatan Warga Negara atas privatisasi air Jakarta. Andreas Harsono merupakan jurnalis yang pernah melakukan liputan investigasi akan kasus perjanjian kerjasama antara PAM Jaya dan swasta. Ia juga pernah mewawancarai Ahmad Lanti. Dengannya, peneliti berdiskusi sebentar sehingga peneliti mendapat pengetahuan lebih banyak tentang kasus air ini dan peneliti pun lebih bisa mengerti dan membicarakan dengan baik apa yang Ahmad Lanti bahas saat mewawancara Ahmad Lanti.

Setiap wawancara peneliti rekam dan dibuat hasil transkripnya sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan penulisan penemuan data. Selain itu, transkrip juga berguna untuk memudahkan analisa.

3.3.3. Focus Group Discussion Selain itu studi dokumen dan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait dengan pembuatan kebijakan, peneliti melakukan teknik focus group discussion (FGD) kepada warga yang terkena dampak kebijakan privatisasi air Jakarta ini. Dalam melakukan FGD, terdapat dua kelompok berbeda, yang pertama adalah ibu-ibu di Rawa Badak yang daerahnya dialiri oleh air PAM dengan operator Aetra. Yang kedua adalah ibu-ibu di Muara Baru yang daerahnya dialiri oleh air PAM dengan operator Palyja. Konsep ibu-ibu di sini adalah seorang perempuan yang menjadi ibu rumah tangga. Peneliti memilih ibu-ibu karena ibu-ibu dekat dengan urusan domestik rumah tangga, yang mana air merupakan kebutuhan dasar rumah tangga.

Dalam melakukan FGD, peneliti dibantu oleh teman-teman peneliti dalam hal operasional, seperti mendokumentasikan kegiatan FGD dan melakukan notulensi. Dalam mengajukan pertanyaan dan isu untuk didiskusikan, peneliti memakai pedoman sehingga hal-hal yang dibicarakan tidak keluar dari konteks privatisasi air.

Peneliti melakukan FGD karena peneliti ingin memperoleh jawaban konsensus yang dimiliki oleh warga yang terkena dampak kerugian kebijakan

Universitas Indonesia Universitas Indonesia

FGD dilakukan dengan pedoman agar data yang didapat dapat sesuai dan dapat digunakan oleh peneliti. FGD dilakukan untuk mendukung hasil kajian terhadap dokumen kebijakan privatisasi air DKI Jakarta. Hasil FGD ini dicatat di dalam catatan peneliti serta direkam agar peneliti tidak melupakan informasi yang diberikan oleh narasumber. Dengan catatan dan rekaman itu pula peneliti dapat menyusun hasil FGD dengan baik sehingga dapat melakukan analisis data.

3.3.4. Penelusuran Data Sekunder

Peneliti mencari data sekunder sebagai sumber tambahan dalam memahami kebijakan privatisasi air Jakarta ini. Peneliti melakukan pencarian dari beberapa sumber untuk mendapatkan data yang tepat. Peneliti mendapat data dari BRPAM berupa buku-buku yang berisi penelitian dan kajian tentang pelayanan air minum DKI Jakarta. Selain itu, dari pak Sriwidayanto Kaderi, peneliti mendapatkan profil perusahaan PAM Jaya yang berisi soal pembagian daerah pelayanan di Jakarta, tarif air, dan kriteria penggolongan tarif air.

3.4. Waktu Penelitian

Pengambilan data dilakukan oleh peneliti dilakukan dalam dua tahap. Yang pertama adalah pengambilan data untuk studi dokumen yang dilakukan peneliti mulai dari 18 November 2013 sampai 25 November 2013. Kemudian, peneliti mulai mewawancarai para narasumber pada 20 Januari 2014 sampai 13 Februari 2014. Peneliti memakan waktu lama dalam bertemu dengan narasumber karena adanya hambatan seperti ada banjir bandang di Jakarta, dan juga para narasumber merupakan orang sibuk.

Selama proses mewawancarai para narasumber, peneliti juga mengumpulkan data sekunder, seperti data-data implementasi kebijakan

Universitas Indonesia Universitas Indonesia

3.5. Hambatan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini mempunyai beberapa hambatan. Pertama, para narasumber merupakan orang-orang sibuk sehingga seringkali peneliti harus menjadwal ulang pertemuan dengan mereka. Hal itu membuat proses turun lapangan memakan waktu lama.

Yang kedua, pada saat peneliti menghubungi pihak Bank Dunia (Alain Locussol), peneliti tidak direspon sama sekali. Untuk itu, peneliti mencari data dari perjanjian tertulis antara Bank Dunia dan Indonesia, yaitu Loan AgreementNumber 3219 IND , dengan proyek bernama Second Jabotabek Urban Development Project.

Ketiga, adanya banjir besar di Jakarta selama awal Januari sampai akhir Februari membuat proses turun lapangan terhambat. Narasumber yang berada di daerah Rawa Badak dan Muara Baru kebanjiran dan banjir saat itu memakan waktu yang lumayan lama.

Universitas Indonesia