Air sebagai Hak Asasi Manusia

5.1. Air sebagai Hak Asasi Manusia

Pada UUD 1945 pasal 33 ayat 3 dikatakan, “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” Hal itu merupakan penegasan bahwa hak atas air merupakan hak konstitusi setiap warga negara.

Selain itu, pada Kovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya dinyatakan secara implisit bahwa hak atas air merupakan hak setiap orang. Dalam pasal 11 dan 12 disebutkan bahwa negara harus mengakui hak setiap orang atas standar kehidupan yang layak, termasuk pangan, sandang, dan papan, dan atas perbaikan kondisi yang terus-menerus. Kesehatan fisik dan mental warga negara merupakan hal yang sangat penting.Peningkatan produksi setiap warga negara, termasuk juga konservasi dan distribusi pangan dengan ilmu pengetahuan juga harus dijamin oleh negara.Perwujudan hak ini diwujudkan dengan membuat ketentuan-ketentuan, perbaikan, pencegahan, pengobatan, pengendalian segala penyait, perkembangan kehidupan, dan kesehatan lingkungan.Kovenan Internasional ini telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia dengan UU Nomor 11 Tahun 2005.

Kemudian, kovenan tersebut mempunyai turunan kovenan yang berupa Komentar Umum ( General Comment) No.15/2002 yang harus diperhatikan oleh negara. Dalam Komentar Umum tersebut dinyatakan:

“Article 11, paragraph 1, of the Covenant specifies a number of rights emanating from, and indispensable for, the realization of the right to an adequate standard

of living “including adequate food, clothing and housing”. The use of the word “including” indicates that this catalogue of rights was not intended to be

exhaustive. The right to water clearly falls within the category of guarantees essential for securing an adequate standard of living, particularly since it is one of the most fundamental conditions for survival. ”

Hal yang menjadi penekanan di sini adalah kalimat yang menyatakan, bahwa hak atas air secara jelas termasuk ke dalam kategori jaminan penting untuk mengamankan standar kehidupan yang layak, terutama karena hak atas air adalah

67 Universitas Indonesia 67 Universitas Indonesia

Dari apa yang telah peneliti paparkan, masyarakat dunia lewat lembaga internasional PBB telah menyatakan, bahwa air merupakan hak asasi manusia. Hak manusia atas air adalah hak yang melekat pada diri manusia apapun status yang melekat padanya. HAM yang bersifat universal mengingatkan kita, bahwa seluruh manusia di dunia ini terikat pada nilai moral dan etika bersama. Air merupakan kebutuhan yang tidak bisa dihindari oleh setiap manusia di belahan dunia mana pun. Kemudian, hak atas air merupakan hal yang saling tergantung pada pemenuhan atas hak tersebut. Hak manusia atas air tergantung pada aksesibilitas dan informasi atas penyediaan air bersih. Setiap orang berhak atas air dan tidak boleh ada perlakuan berbeda berdasarkan suatu status tertentu. Selain itu juga, hak manusia atas air menuntut adanya kewajiban yang harus dilakukan, seperti saling menghormati dan melayani hak tersebut kepada orang lain.

Seperti ungkapan Hale (2007), Hak Asasi Manusia atas air ini tidak hanya sekadar izin untuk menggunakan air. Hak atas air ini merupakan hak sosial dan ekonomi yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia. Hak atas air ini menyadarkan kita, bahwa semua manusia mempunyai kebutuhan akan air yang tidak bisa diambil oleh apapun dan siapa pun. Vandana Shiva (2002) menulis tentang hak atas air yang merupakan usufructuary rights . Usufructuary rights ini sendiri adalah hak untuk menikmati atau menggunakan suatu hal yang dimiliki oleh pihak lain tanpa menyebabkan kerusakan atau mengubah daya guna hal tersebut. Seseorang yang mengkonsumsi air bersih tidak boleh melarang orang lain untuk menggunakan dan menikmati air bersih.

“ Terus apa sih bu yang diharapkan ke depannya untuk masalah air bersih ini? ” “ Ya pengennya sih ke depannya jalan. Soalnya repot ini air bersih soalnya. ” “Iya, yang ga punya juga bisa minta ke kita.”

(FGD dengan ibu-ibu di Muara Baru tanggal 13 Februari 2014)

Universitas Indonesia

Ibu-ibu di Muara Baru saat ditemui oleh peneliti menyatakan, bahwa mereka sangat kerepotan saat air bersih tidak ada. Hal itu menunjukkan, bahwa air bersih merupakan hal yang sangat penting bagi keberlangsungan aktivitas sehari- hari. Selain itu, kolektivitas masyarakat di Muara Baru masih menganut nilai yang menganut bahwa air merupakan milik bersama. Mereka berbagi air apabila ada yang tidak mempunyai air bersih sehingga semua orang bisa mengonsumsi air bersih untuk beragam keperluan. Memang, secara turun-temurun air dipergunakan secara gratis oleh masyarakat (Shiva, 2002). Manajemen air yang diaplikasikan oleh masyarakat merupakan manajemen air yang berdasarkan kebijakan warga lokal dan hasil musyawarah. Dengan begitu, pembagian air bersih menjadi rata. Warga sendiri menyadari bahwa air merupakan kebutuhan yang tidak bisa tidak dipenuhi, dan lebih dari itu, air bersih merupakan hak.