Analisa Biaya Penggunaan Alat pengering Dengan Bahan Bakar Kayu Bakar

maka biaya penerimaan per siklus adalah Rp 6,48 × Rp. 3.500,- = Rp. 22.680,- Jadi biaya penerimaan untuk 1 kali pengeringan adalah Rp. 22.680,-. 3. Analisis Titik Impas Break Even Point Analisis titik impas digunakan untuk mengetahui keterkaitan antara volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi, serta laba dan rugi. Dengan kata lain analisis titik impas merupakan teknik untuk mengetahui besarnya volume pendapatan dari pengeringan jagung tongkol sehingga produksi jagung kering tidak mengalami kerugian. Nilai BEP dalam jumlah pengeringan dapat dihitung dengan persamaan 2.19. BEP variabel Biaya - penerimaan Biaya tetap Biaya = BEP 42300 22680 3600000 − = = -183,5 ≈ -184 kali pengeringan Dari hasil perhitungan di atas, nilai BEP untuk pengeringan jagung dengan menggunakan bahan bakar kerosin adalah – 184 kali pengeringan. ini artinya bahwa pengeringan menggunakan bahan bakar kerosin untuk saat ini mengalami kerugian, hal ini dikarenakan biaya pengeluaran untuk tiap kali pengeringan saat ini lebih besar daripada biaya penerimaan. Jadi dari segi biaya, pengeringan dengan menggunakan bahan bakar kerosin mengalami kerugian.

5.3.2. Analisa Biaya Penggunaan Alat pengering Dengan Bahan Bakar Kayu Bakar

Analisa biaya penggunaan alat pengering ini adalah analisa biaya selama pengeringan per siklus. Untuk menghitung analisa biaya yang terjadi selama 1 siklus, perlu dilihat data – data sebagai berikut: 1 siklus = Waktu yang diperlukan untuk 1 kali proses pengeringan Waktu untuk 1 siklus N = 5 jam 1. Biaya Produksi a Biaya tetap Biaya tetap adalah biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi. Komponen-komponen biaya yang termasuk di dalam biaya tetap adalah biaya pembuatan alat pengering. Universitas Sumatera Utara Besar biaya pembuatan alat pengering ini adalah Rp. 3.600.000,-. b Biaya variabel Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya tergantung pada jumlah produk yang dihasilkan. Komponen-komponen biaya yang termasuk ke dalam biaya variabel dalam penelitian ini adalah biaya bahan baku jagung tongkol. - Biaya bahan baku jagung tongkol per siklus Rp Harga 1 kg jagung tongkol = Rp. 1.200,- Kapasitas jagung tongkol untuk 1 kali pengeringan = 9 kg maka biaya yang dikeluarkan untuk 1 kali pengeringan adalah 9 × Rp. 1.200,- = Rp. 10.800,- Jadi biaya bahan baku jagung tongkol per siklus adalah Rp. 10.800,-. - Biaya bahan bakar kayu per siklus Rp Harga 1 kg kayu = Rp. 500,- Kebutuhan kayu bakar tiap jam = 1,854 kgjam Kebutuhan bahan bakar kayu per siklus kg 1,854 kgjam × 5 jam = 9,27 kg maka biaya bahan bakar kayu per siklus adalah Rp Rp. 500,- × 9,27 = Rp. 4.635,- Jadi biaya bahan bakar kayu per siklus adalah Rp. 4.635,-. Total biaya produksi untuk proses pengeringan jagung dengan bahan bakar kayu bakar dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.10. Total biaya produksi untuk pengeringan jagung tongkol per siklus No Uraian Satuan Jumlah Harga satuan Rp Jumlah Rp I Biaya Tetap 1 Alat pengering unit 1 - 3.600.000,- Total Biaya Tetap 3.600.000,- Universitas Sumatera Utara Tabel 5.10. Total biaya produksi untuk pengeringan jagung tongkol per siklus lanjutan No Uraian Satuan Jumlah Harga satuan Rp Jumlah Rp II Biaya Variabel 1 Jagung tongkol kg 9 1.200,- 10.800,- 2 Bahan bakar kayu kg 9,27 500,- 4.635,- Total Biaya Variabel 15.435,- Total Biaya Produksi I + II 3.615.435,- 2. Biaya Penerimaan Biaya penerimaan adalah biaya yang diterima melalui proses penjualan jagung yang telah dikeringkan. Biaya penerimaan ini dihitung untuk satu kali produksi pengeringan jagung. Biaya penerimaan untuk 1 kali pengeringan jagung adalah sebagai berikut. Harga 1 kg jagung tongkol kering = Rp. 3.500,- per desember 2009 1 kali pengeringan menghasilkan 6,5 kg jagung kering maka biaya penerimaan per siklus adalah Rp 6,5 × Rp. 3.500,- = Rp. 22.750,- Jadi biaya penerimaan untuk 1 kali pengeringan adalah Rp. 22.750,-. 3. Analisis Titik Impas Break Even Point Analisis titik impas digunakan untuk mengetahui keterkaitan antara volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi, serta laba dan rugi. Dengan kata lain analisis titik impas merupakan teknik untuk mengetahui besarnya volume pendapatan dari pengeringan jagung tongkol sehingga produksi jagung kering tidak mengalami kerugian. Nilai BEP dalam jumlah pengeringan dapat dihitung dengan persamaan 2.19. BEP variabel Biaya - penerimaan Biaya tetap Biaya = BEP 15435 22750 3600000 − = = 492,14 ≈ 492 kali pengeringan Universitas Sumatera Utara Jadi nilai BEP untuk pengeringan jagung menggunakan bahan bakar kayu bakar adalah sebanyak 492 kali pengeringan. Artinya adalah proses pengeringan yang dilakukan sebanyak 492 kali menjadi titik impas awal atau laba dan rugi sama dengan Rp. 0,-. Dari nilai BEP di atas akan diperoleh nilai BEP dalam bentuk biaya Rp dan jumlah jagung tongkol kg. Rp. 22.750,- × 492 = Rp. 11.193.000,- 9 kg × 492 = 4428 kg. Gambar 5.7. Grafik Break Even Point pengeringan jagung bahan bakar kayu Keterangan gambar : TR = Total Revenue total penerimaan TC = Total Cost

5.3.3. Perbandingan Analisa Biaya Berdasarkan Bahan Bakar yang Digunakan