Peramalan Konsumsi serta Produksi Beras dan Jagung Sumatera Utara 2010-2020

termasuk salah satu diantara beberapa wilayah yang dilirik swasta untuk areal pengembangan jagung, yakni seluas 15.000 Ha. Asteria, 2008 Dari hasil pemaparan kondisi produksi beras dan jagung serta poduktivitas beras dan jagung diatas, maka untuk hipotesis 2 dapat diterima karena baik produksi beras dan produktivitas beras 1991-2005 mengalami kenaikan setiap tahunnya dan produksi serta produktivitas jagung 1991-2005 juga mengalami kenaikan setiap tahunnya. Namun, untuk produksi beras menalami kenaikan dengan laju pertumbuhan yang rendah tidak seperti laju pertumbuhan kenaikan produksi jagung yang cukup tinggi.

5.3. Peramalan Konsumsi serta Produksi Beras dan Jagung Sumatera Utara 2010-2020

 Beras Dari data-data Total Produksi dan Konsumsi Beras Di Sumatera Utara sepanjang tahun 1991-2005 yang telah tersaji sebelumnya, maka dapat diperoleh model trend linier untuk masing-masing item produksi dan konsumsi tersebut. Persamaannya yaitu sebagai berikut Lampiran 9.  Y1 = 2026954 + 27862,056 X Untuk Produksi Beras di Sumatera Utara. Persamaan tersebut berarti bahwa setiap tahun produksi beras akan meningkat sebesar 27862,056 Ton.  Y2 = 1415333 + 3499,630 X Untuk Konsumsi Beras di Sumatera Utara. Persamaan tersebut berarti bahwa setiap tahun konsumsi beras akan meningkat sebesar 3499,630 Ton. . Universitas Sumatera Utara Tabel 9. Angka Ramalan Produksi dan Konsumsi Beras Sumatera Utara 2010-2020 Tahun Produksi Ton Konsumsi Ton 2010 2.361.298,672 1.457.328,236 2011 2.389.160,728 1.460827,839 2012 2.417.022,784 1.464.327,442 2013 2.444.884,840 1.467.827,045 2014 2.472.746,896 1.471.326,648 2015 2.500.608,952 1.474.826,251 2016 2.528.471,008 1.478.325,854 2017 2.556.333,064 1.481.825,457 2018 2.584.195,120 1.485.325,060 2019 2.612.057,176 1.488.824,663 2020 2.639.919,232 1.492.324,266 Sumber : Olahan Lampiran 9 Dari Tabel 9 diatas, dapat dilihat bahwa untuk tahun 2010-2020 baik produksi juga konsumsi atas beras di Sumatera Utara dapat diramalkan bahwa tetap meningkat setiap tahunnya. Walaupun dapat diramalkan bahwa angka produksi padi akan meningkat hingga 2020, namun berkurangnya luas panen padi, kenaikan harga-harga sarana produksi, alih fungsi lahan pertanaman padi menjadi pertanaman komoditas yang lebih menguntungkan petani, dan sebagainya, akan dapat menekan angka produksi tersebut. Sedangkan di lain hal, konsumsi atas beras tersebut akan terus meningkat seiring dengan semakin bertambah pula jumlah penduduk setiap tahun. Universitas Sumatera Utara Kondisi produksi dan konsumsi beras Sumatera Utara untuk tahun 2010- 2020 untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini. 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Produksi Ton Konsumsi Beras Ton Gambar 10. Ramalan Produksi dan Konsumsi Beras Sumatera Utara 2010-2020 Pada Gambar 10 diatas, tampak bahwa dapat diramalkan bahwa hingga tahun 2020 produksi beras Sumatera Utara akan tetap dapat mencukupi kebutuhan dalam Sumatera Utara. Hal ini terlihat karena garis produksi beras masih berada diatas garis konsumsi. Sementara itu, garis konsumsi beras meski perlahan tetapi pasti juga meningkat setiap tahun ke depan hingga 2020 karena pertambahan jumlah penduduk. Namun, dalam hal ini ada beberapa hal dan kondisi yang perlu diperhatikan pula, yakni bahwa produksi beras Sumatera Utara bukan pula mutlak untuk konsumsi Sumatera Utara sendiri tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan wilayah lain di Indonesia ini. Terdapat pula hal-hal yang dapat terus menekan pertumbuhan produksi padi Sumatera Utara, serta mengingat bahwa Indonesia akan menghadapi kondisi pasar bebas. Hal tersebut akan dapat mengganggu Universitas Sumatera Utara konsumsi penduduk Sumatera Utara yang dominan akan beras yang meningkat jumlahnya setiap tahun.  Jagung Dari data-data Total Produksi dan Konsumsi Jagung Di Sumatera Utara sepanjang tahun 1991-2005 yang telah tersaji sebelumnya, maka dapat diperoleh model regresi untuk masing-masing item produksi dan konsumsi tersebut. Persamaannya yaitu sebagai berikut Lampiran 10.  Y1 = 500277,1 + 39902,746 X Untuk Total Produksi Jagung di Sumatera Utara. Persamaan tersebut berarti bahwa setiap tahun produksi jagung akan meningkat sebesar 39902,746 Ton.  Y2 = 11362,056 - 363,499 X Untuk Konsumsi Jagung di Sumatera Utara. Persamaan tersebut berarti bahwa setiap tahun produksi jagung akan turun sebesar 363,499 . Tabel 10. Angka Ramalan Produksi dan Konsumsi Jagung Sumatera Utara 2010-2020 Tahun Produksi Ton Konsumsi Ton 2010 979.110,052 7.000,068 2011 1.019.012,798 6.636,569 2012 1.058.915,544 6.273,070 2013 1.098.818,290 5.909,571 2014 1.138.721,036 5.546,072 2015 1.178.623,782 5.182,573 2016 1.218.526,528 4.819,074 2017 1.258.429,274 4.455,575 2018 1.298.332,020 4.092,076 2019 1.338.234,766 3.728,577 2020 1.378.137,512 3.365,078 Sumber : Lampiran 10 Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 10 diatas, terlihat dapat diramalkan bahwa produksi jagung di Sumatera Utara hingga tahun 2020 akan terus meningkat. Namun hal tersebut berbanding terbalik dengan konsumsi jagung di Sumatera Utara akan menurun hingga 2020 dan mungkin berlanjut hingga tahun-tahun selanjutnya bila dominasi konsumsi atas beras tetap bertahan di Sumatera Utara. Padahal sebenarnya, Indonesia memiliki berbagai jenis sumber bahan pangan karbohidrat, dimana diantaranya jagung merupakan salah satu komoditi pangan yang dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan. Kondisi produksi dan konsumsi jagung Sumatera Utara untuk tahun 2010- 2020 untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini. 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 1400000 1600000 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Produksi Ton Konsumsi Jagung Ton Gambar 11. Ramalan Produksi dan Konsumsi Jagung Sumatera Utara 2010-2020 Pada Gambar 11 diatas, tampak untuk peramalan produksi dan konsumsi jagung di Sumatera Utara hingga tahun 2020 menunjukkan bahwa produksi jagung akan berada diatas konsumsi penduduk Sumatera Utara. Karena seperti yang diketahui, bahwa besarnya alokasi produksi jagung tersebut adalah terhadap Universitas Sumatera Utara kebutuhan ternak. Sementara, penduduk Sumatera Utara juga belum memanfaatkan jagung dengan baik sebagai sumber bahan pangan karena masih menjadikan beras sebagai bahan pangan pokok. Dari analisis diatas, maka hipotesis 3a dapat diterima karena produksi dan konsumsi beras Sumatera Utara 2010-2020 akan mengalami trend yang menaik. Hal tersebut dikarenakan karena semakin bertambahnya jumlah penduduk Sumatera Utara setiap tahunnya, namun konsumsi bahan pangan pokok penduduk tersebut masih mengutamakan beras. Meski produksi akan beras diperkirakan akan menaik, namun ada beberapa hal yang dapat menyebabkan produksi beras malah dapat menurun untuk tahun-tahun mendatang. Sehingga dapat menyulitkan konsumsi pangan penduduk bila masih terkonsentrasi pada beras. Sedangkan, hipotesis 3b tidak dapat diterima karena walaupun produksi jagung Sumatera Utara 2010-2020 akan mengalami trend yang menaik namun tidak sama halnya untuk konsumsi jagung karena bila saat ini sebahagian besar penduduk Sumatera Utara masih menjadikan jagung sebagai bahan makanan selingan, maka untuk konsumsi jagung penduduk untuk tahun-tahun mendatang pun dapat terus turun. Dari hasil peramalan tersebut juga dapat dilihat bahwa, untuk tahun-tahun mendatang, besar pertambahan produksi jagung akan lebih tinggi daripada beras yang dapat dilihat dari koefisien regresi X untuk produksi jagung lebih besar dibandingkan pada produksi beras dengan selisish sebesar 12.040,69 Ton per tahun. Sedangkan besar pertambahan konsumsi beras akan tetap lebih tinggi daripada konsumsi jagung yang dapat dilihat dari koefisien regresi X untuk produksi beras yang lebih besar dibandingkan dengan jagung yakni dengan selisih sebesar 3863,129 Ton per tahun. Universitas Sumatera Utara Bahwa turunnya harga beras di pasar dunia secara drastis setelah tahun 1984 dan 1996, ternyata menekan harga beras dalam negeri yang mengakibatkan turunnya insentif untuk berproduksi padi dalam negeri Setelah tahun 1990, Indonesia kembali menjadi pengimpor beras terbesar dunia. Pada masa yang akan datang upaya peningkatan produksi beras Indonesia semakin sulit, menghadapi pasar dunia yang semakin terbuka. Situasi perberasan internasional yang berdampak terhadap perberasan Indonesia, yakni antara lain :  Jumlah beras yang diperdagangkan masih tipis 6 produksi beras dunia, walaupun produksi beras dunia meningkat selama tiga dasawarsa ini.  Pemberlakuan AFTA dan ketentuan dari WTO.  Harga beras menurun dan dengan fluktuasi yang relative lebih kecil dari sebelum tahun 1980an, dan  Perhatian negara maju untuk mendukung pendanaan bagi lembaga penelitian pertanian internasional mulai menurun, padahal peranan lembaga tersebut sangat penting. Sementara itu, di dalam negeri sendiri terdapat beberapa lingkungan strategis yang mempengaruhi yang mempengaruhi perberasan dalam negeri, diantaranya :  Menurunnya keungggulan komparatif padi di lahan beririgasi. Sementara itu, pengembangan lahan beririgasi di Luar Jawa, termasuk Sumatera Utara, sangat lambat, setelah dihentikannya investasi pemerintah pada pengembangan prasarana irigasi sehingga saingan komoditas lain terhadap padi juga meningkat. Universitas Sumatera Utara Tanaman padi di lahan beririgasi cenderung mulai didesak oleh tanaman jagung hibrida dan hortikultura yang dapat memberikan keuntungan lebih tinggi.  Berlanjutnya konversi lahan pertaian kepada kegiatan non-pertanian, menyebabkan semakin sempitnya basis produksi pertanian. Demikian halnya dengan ketersediaan sumber daya air untuk pertanian yang telah semakin langka.  Kebijakan pengembangan komoditas pangan, termasuk teknologinya yang terfokus pada beras telah mengabaikan potensi sumber-sumber pangan karbohidrat lainnya. Kondisi demikian berpengaruh pada rendahnya keanekaragaman bahan pangan yang tersedia bagi penduduk. Selanjutnya apabila teknologi pengembangan aneka panagn local tidak segera dilakukan, maka bahan pangan local akan tertekan karena membanjirnya berbagai jenis pangan olahan impor.  Lambatnya laju kenaikan produksi disebabkan menurunnya penerimaan petani sebagai akibat peningkatan biaya produksi karena harga pupuk, upah dan sewa mesin pertanian meningkat, sedangkan harga riil padi menurun. Menurut Sombilla et al. 2001, apabila tidak ada perubahan kebijakan yang berlaku saat ini dan tidak adanya terobosan teknologi baru, maka Indonesia akan tetap menjadi net import beras terbesar dunia dengan jumlah 3 juta tontahun. Apabila laju pertumbuhan penduduk bias ditekan ke tingkat 1 tahun menjelang tahun 2010 maka net import dapat ditekan menjadi 1 juta tontahun pada tahun 2025, dan apabila ada terobosan teknologi yang cukup tinggi maka impor dapat ditekan menjadi 0,5 juta ton pada tahun 2025. Akan tetapi apabila pertumbuhan produktivitas hanya sedikit meningkat dari periode 1990-1997, Universitas Sumatera Utara maka impor mencapai 2,5 juta ton tahun 2025. Dengan demikian Indonesia hanya akan mampu mencukupi kebutuhan permintaan beras dalam negeri apabila ada terobosan kebijakan dan terobosan teknologi baru yang cukup berarti. Sehingga dapat dkatakan bahwa Indonesia masih akan tetap menjadi importer beras terbesar dunia menjelang tahun 2020. Kasryno, 2003 Hal tersebut tentunya dapat mengganggu bahkan mengancam kondisi ketahanan pangan nasional dan daerah, karena bila konsumsi sebagian besar penduduk Indonesia masih didominsai oleh beras. Tentunya negara harus lebih banyak menguras devisa dalam hal impor untuk memenuhi permintaan beras dalam negeri yang akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Tentunya diperlukan kebijakan-kebijakan untuk dapat menjaga ketahanan pangan baik nasional maupun daerah.

5.4. Alternatif Kebijakan Pangan