V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Konsumsi Beras dan Jagung Sumatera Utara
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, maka dapat dilihat besarnya konsumsi beras dan jagung untuk wilayah Sumatera Utara 1991-2005 pada
tabel-tabel beserta grafik dibawah ini. Untuk konsumsi beras di Sumatera Utara 1991-2005 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3. Konsumsi Beras Sumatera Utara 1991-2005 Tahun
Konsumsi Beras Ton
1991 1.395.700,581
1992 1.414.934,184
1993 1.436.019,520
1994 1.447.308,980
1995 1.456.690,710
1996 1.260.426,324
1997 1.267.049,602
1998 1.287.779,196
1999 1.579.308,340
2000 1.502.573,477
2001 1.511.036,437
2002 1.412.171,340
2003 1.400.689,002
2004 1.411.159,104
2005 1.447.151,997
Total 21.229.998,79
Rataan 1.415.333,253
Sumber : Lampiran 2
Dari Tabel 3 diatas, terlihat bahwa jumlah konsumsi beras Sumatera Utara terbesar di sepanjang tahun 1991-2005 terjadi pada tahun 1999
sebesar 1.579.308,340 Ton dengan jumlah konsumsi terendah di tahun 1996 sebesar 1.260.426,324 Ton. Total konsumsi beras di sepanjang tahun 1991-2005
Universitas Sumatera Utara
adalah sebesar 21.229.998,79 Ton dengan Rataan konsumsi sebesar 1.415.333,253 Ton beras per tahun.
Kondisi konsumsi beras Sumatera Utara diatas untuk lebih jelasnya terlihat pada Gambar 4 berikut.
200000 400000
600000 800000
1000000 1200000
1400000 1600000
1800000
1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Konsumsi Beras Ton
Gambar 4. Konsumsi Beras Sumatera Utara 1991-2005
Pada Gambar 4, dapat dilihat bahwa perkembangan konsumsi beras penduduk Sumatera Utara 1991-2005 mengalami keadaan yang fluktuatif,
dimana terjadi lonjakan konsumsi beras pada tahun 1999 setelah sempat menurun pada tahun 1996 hingga 1998. Sejak tahun 1999, konsumsi beras oleh penduduk
Sumatera Utara pun mengalami kondisi yang naik turun, tidak seperti kondisi seperti dari tahun 1991 hingga 1995 yang terus naik.
Beras masih menjadi penyumbang kalori dan protein terbesar dari konsumsi penduduk Sumatera Utara. Hal ini dapat dilihat dari data Susenas 2005,
bahwa konsumsi energi yang berasal dari beras mencapai 75,57 dan konsumsi protein dari beras mencapai 51,76 dari total keseluruhan konsumsi kalori dan
protein gkapitahari beberapa jenis makanan. Dimana, Rata-Rata Konsumsi
Universitas Sumatera Utara
Kalori dan Protein yang berasal dari beras masing-masingnya adalah sebesar 968,15 gkapitahari dan 22,64 gkapitahari.
Pemilihan bahan pangan merupakan suatu hal yang terikat dengan budaya dan tradisi lokal. Oleh karena itu, meski telah mengalami perkembangan social
serta ekonomi, namun pola makanan bangsa Indonesia termasuk masyarakat Sumatera Utara masih di dominasi oleh nasi yang berasal dari beras. Kenaikan
harga beras dari tahun ke tahun yang disebabkan karena produksi dalam negeri tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan penduduk sehingga menyebabkan
terjadinya impor yang semakin meningkat dari tahun ke tahun pun tak menyurutkan kebutuhan masyarakat akan beras.
Hal tersebut terlihat dari Tabel 3, dimana walau konsumsi beras sempat menurun beberapa tahun 1996-1998, yang diakibatkan menurunnya daya beli
masyarakat akibat terjadinya krisis moneter kemudian di tahun-tahun berikutnya terjadi peningkatan kembali atas konsumsi beras karena jumlah penduduk yang
semakin bertambah dan beras masih mendominasi sebagai bahan pangan pokok konsumsi sebagian besar penduduk tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Untuk konsumsi jagung Sumatera Utara 1991-2005 terlihat pula pada tabel berikut ini.
Tabel 4. Konsumsi Jagung Sumatera Utara 1991-2005 Tahun
Konsumsi Jagung Ton
1991 4.286,421
1992 4.380,932
1993 3.244,020
1994 3.294,330
1995 3.343,590
1996 41.833,310
1997 42.070,678
1998 42.784,924
1999 2.391,080
2000 2.302,794
2001 2.344,509
2002 3.554,122
2003 3.567,119
2004 3.637,008
2005 7.396,006
Total 170.430,846
Rataan 11.362,056
Sumber : Lampiran 3
Dari Tabel 4 diatas, terlihat bahwa jumlah konsumsi jagung Sumatera Utara terbesar di sepanjang tahun 1991-2005 terjadi pada tahun 1998
sebesar 42.784,924 Ton dengan jumlah konsumsi terendah di tahun 2000 sebesar 2.302,794 Ton. Total konsumsi jagung di sepanjang tahun 1991-2005 adalah
sebesar 170.430,846 Ton dengan Rataan konsumsi sebesar 11.362,056 Ton jagung per tahun.
Universitas Sumatera Utara
Kondisi konsumsi jagung Sumatera Utara diatas untuk lebih jelasnya terlihat pada gambar berikut.
5000 10000
15000 20000
25000 30000
35000 40000
45000
1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Konsumsi Jagung Ton
Gambar 5. Konsumsi Jagung Sumatera Utara 1991-2005
Pada Gambar 5, tampak kondisi konsumsi jagung Sumatera Utara cenderung meningkat namun tidak signifikan. Pada beberapa tahun, yakni 1996-
1999 terjadi lonjakan konsumsi jagung setelah sempat beberapa tahun konsumsi jagung menurun 1992-1995. Lonjakan tersebut tidak bertahan lama karena
konsumsi jagung merosot secara dratis di tahun 1999, walau demikian pada tahun- tahun selanjutnya kembali terjadi peningkatan konsumsi akan jagung.
Dari pemaparan diatas, maka hipotesis 1 dapat diterima karena konsumsi beras dan jagung 1991- 2005 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun,
kenaikan setiap tahun untuk konsumsi jagung oleh penduduk jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan konsumsi beras.
Jagung merupakan salah satu bahan pangan sumber karbohidrat selain beras. Namun pemanfaatannya belum maksimal karena konsumsi masyarakat
Indonesia, termasuk Sumatera Utara, masih didominasi oleh beras. Hal ini dapat
Universitas Sumatera Utara
dilihat dari data Susenas 2005, konsumsi energi yang berasal dari jagung hanya mencapai 1,76 dan konsumsi protein dari jagung hanya mencapai 1,35 dari
total keseluruhan konsumsi kalori dan protein gkapitahari beberapa jenis makanan. Dimana Rata-Rata Konsumsi Kalori dan Protein yang berasal dari
jagung masing-masingnya adalah hanya sebesar 22,60 gkapitahari dan 0,59 gkapitahari.
Konsumsi jagung oleh masyarakat Sumatera Utara berkaitan dengan konsumsi beras, dimana bila konsumsi beras meningkat maka akan terjadi
penurunan konsumsi atas jagung, dan sebaliknya. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan Tabel 3 dan 4 atau Gambar 5 dan 6. Yakni disepanjang tahun
1991-2005, ketika konsumsi beras yang terendah pada tahun 1991, namun konsumsi jagung cukup bagus pada tahun tersebut. Pada tahun 1992-1995 terjadi
peningkatan konsumsi beras dan walau angka konsumsi jagung dapat bertahan pada tahun 1992, namun tahun 1993-1995 konsumsi akan jagung menurun.
Kemudian, menurunnya konsumsi beras pada tahun 1996-1998 merupakan keadaan yang berbanding terbalik dengan konsumsi jagung yang mengalami
lonjakan yang sangat besar pada tahun-tahun tersebut. Kemudian pada tahun selanjutnya yakni tahun 1999, ketika meningkatnya konsumsi beras , namun
konsumsi jagung menurun dratis pada tahun tersebut. Begitu halnya untuk tahun- tahun selanjutnya.
Harga beras yang tetap mengalami kenaikan tak kunjung menggugah mayoritas masyarakat Indonesia, termasuk Sumatera Utara untuk mulai
melakukan diversifikasi pangan. Mengingat, daerah-daerah seperti Madura, Nusa Tenggara yang menggunakan jagung sebagai makanan pokok. Serta seperti
Universitas Sumatera Utara
Gorontalo yang sejak tahun 2001 telah menjadikan jagung sebagai komoditi unggulan yang dibudidayakan dan memilih jagung sebagai makanan pokok selain
beras. Padahal, seperti halnya jagung yang dikenal sebagai sumber bahan pangan kedua setelah beras terus meningkat produksinya setiap tahun, namun alokasi
terbesarnya hanya untuk kebutuhan pakan ternak dalam negeri dan untuk ekspor karena meningkatnya permintaan pasar internasional.
5.2. Produksi serta Produktivitas Beras dan Jagung Sumatera Utara