Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

agropolitik yang dominan untuk menunjang program ketahanan pangan berbudaya tepung. Sadjad, 2007 Kebijakan pangan mendatang tidak saja harus mampu mengatasi berbagai kendala yang dapat memperlemah ketahanan pangan, akan tetapi harus juga berpijak pada tujuan jangka panjang. Untuk menuju ke tingkat ketahanan pangan yang berkelanjutan adalah amat bergantung pada kemampuan kita untuk mengelola potensi pangan kita secara lestari. Apabila kendala-kendala itu tidak dapat diatasi dengan baik maka negara akan menanggung beban ekonomi dan politik yang besar. Sasaran jangka panjang kita adalah swasembada pangan dan lalu menjadi pengekspor pangan untuk negara-negara lain. Peluang pengembangan pangan alternative melalui penganekaragaman pangan non beras terbuka lebar , mengingat potensi sumberdaya alam berupa lahan yang kita miliki masih cukup luas dan belum diolah dan belum didayagunakan secara optimal, disamping masyarakat sudah mengenal berbagai alternative pangan yang ada. Husodo, 2004

2.2. Landasan Teori

Keadaan di suatu pasar dikatakan dalam keseimbangan atau ekuilibrium apabila jumlah yang ditawarkan para penjual pada suatu harga tertentu adalah sama dengan jumlah yang diminta oleh para pembeli pada harga tersebut. Sukirno, 2005 Universitas Sumatera Utara Gambar 1. Keseimbangan Pasar Dari Gambar 2., dapat dilihat bahwa keseimbangan pasar market ekuilibrium terjadi pada titik dimana kurva permintaan dan kurva penawaran berpotongan E. Pada titik E tercapai harga keseimbangan P E . Dimana pada tingkat harga tersebut, tercapai pula jumlahkuantitas output keseimbangan Q E , yakni jumlah yang diminta Q D sama dengan jumlah yang ditawarkan Q S . Rosyidi, 1999 Salah satu faktor yang dapat meningkatkan permintaan suatu produk, pada tingkat harga tertentu adalah Jumlah Penduduk. Jumlah penduduk yang bertambah besar menuntun ke arah meningkatnya permintaan beberapa jenis barang. Jumlah penduduk sebanyak 150 juta orang misalnya, mempunyai permintaan pangan, sandang, sepatu, mobil, popok bayi dan sebagainya lebih banyak daripada penduduk yang berjumlah 50 juta orang, dengan asumsi hal-hal lainnya tetap ceteris paribus. Sicat, 1991 P E Q E Q P E S D Output H a r g a Universitas Sumatera Utara Teori Malthus 1709 menyebutkan bahwa penduduk cenderung bertambah dengan cepat menurut deret ukur, sedangkan persediaan pangan bertambah menurut deret hitung. Artinya, bila pada suatu saat terjadi kelebihan jumlah penduduk, maka penduduk akan memperebutkan jumlah pangan yang sedikit tersebut. Implikasinya adalah kesejahteraan masyarakat akan menurun, status kesehatan memburuk, dan lingkungan menjadi rusak. Akibatnya angka kematian meningkat dan angka kelahiran menurun. Bertambahnya jumlah penduduk bersamaan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat akan meningkatkan permintaan terhadap produk-produk pertanian, baik dalam jumlah maupun kualitas. Dari segi jumlah, total permintaan merupakan perkalian antara jumlah penduduk dengan tingkat konsumsi per kapita. Husodo, 2004 Gambar 2. Kekurangan PenawaranKelebihan Permintaan O D P A F C G B Shortage D E S Output H a r g a Universitas Sumatera Utara Jika penjualpenawar hanya mampu menawarkan output sejumlah OB saja, sudah tentu bahwa dengan demikian akan terjadi kekurangan output shortage di pasar pada tingkat harga setinggi OA. Pada tingkat harga OA tersebut yakni tingkat harga di bawah harga keseimbangan, jumlah output yang ditawarkan OB lebih kecil daripada jumlah output yang diminta OC. Gejala ini disebut kekurangan penawaran supply shortage atau kelebihan permintaan demand excess sebesar BC. Rosyidi, 1999 Perlu disadari bahwa pada waktu ini sedang terjadi berbagai perubahan mendasar dalam pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia. Perubahan- perubahan tersebut antara lain :  Menurun secara pesat untuk tingkat konsumsi umbi-umbian ubi kayu dan ubi rambat untuk konsumsi langsung manusia, karena umbi-umbian menjadi pangan yang dianggap inferior menurun tingkat konsumsinya dengan meningkatnya pendapatan masyarakat. Namun demikian permintaan umbi- umbian untuk bahan baku industri terus meningkat.  Peningkatan konsumsi beras dan jagung dalam laju yang lambat, terutama dipengaruhi oleh pertambahan penduduk daripada oleh peningkatan pendapatan.  Meningkatnya konsumsi pangan yang berasal dari gandum seiring dengan peningkatan pendapatan penduduk, terutama kelompok berpendapatan tinggi, juga oleh modernisasi dan globalisasi. Konsumsi roti dan mie meningkat tinggi, sedangkan kita tidak bisa memproduksi gandum tersebut, sehingga menjadikan impor gandum kita cenderung terus meningkat setiap tahunnya.  Meningkatnya konsumsi jagung dan kedelai untuk pakan ternak. Universitas Sumatera Utara  Meningkat dengan cepat makanan yang mengandung protein, seperti daging, ayam dan telur, sehingga mendorong terjadinya peningkatan permintaan akan pakan ternak. Serta perlu disadari semua pihak, bahwa :  Kemampuan Indonesia di bidang pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangannya sendiri relative telah dan sedang menurun dengan sangat besar.  Pada waktu ini, Indonesia berada dalam keadaan Rawan Pangan bukan karena tidak adanya pangan, tetapi karena pangan untuk rakyat sudah sangat tergantung dari suplai luar negeri yang tidak menginginkan Indonesia memiliki kemandirian dalam bidang pangan.  Banyak negara menawarkan kredit ke Indonesia untuk membeli produk- produk pertanian negaranya.  Di dalam negeri sendiri, juga banyak pihak yang memperoleh keuntungan yang tidak sedikit dari impor pangan. Kondisi inilah yang membuat banyak pihak tidak ingin melihat Indonesia memiliki kemandirian di bidang pangan dan menjadi penyebab merosotnya produk-produk pertanian kita. Tanpa perencanaan yang matang dan langkah-langkah strategis yang konsisten untuk meningkatkan produksi pangan, Indonesia sebagai negara agraris akan terus menjadi net importer pangan yang sangat besar yang akan terus semakin membesar dan pada gilirannya dapat mengancam ketahanan nasional kita. Husodo, 2004 Kebijakan diversifikasi pangan dan perbaikan menu makanan rakyat, dalam upaya memperbaiki mutu gizi masyarakat sudah ditetapkan sejak 1974 dan Universitas Sumatera Utara disempurnakan dengan Inpres 201979. Namun secara operasional, diversifikasi pangan belum dapat terlaksana secara efektif. Program diversifikasi ini telah mengubah peranan komoditas pangan non beras terhadap perekonomian nasional dalam dua sisi, yaitu sisi produksi dan konsumsi. Perubahan penawaran dan permintaan tanaman pangan non beras ini merupakan unsur-unsur yang harus dipertimbangkan ke dalam pembuatan kebijakan diversifikasi pertanian. Berdasarkan pada pandangan dua sisi ; produksi dan konsumsi yaitu i implikasi terhadap diversifikasi produksi tanaman pangan, dan ii implikasi terhadap diversifikasi konsumsi tanaman pangan. Amang dan Sawit, 1999 Dari sisi permintaan, dua hal terpenting adalah : Pertama, pengembangan konsumsi pangan beragam, bergizi dan berimbang, dilaksanakan dengan i pemberdayaan masyarakat dan keluarga agar memahami konsumsi pangan dengan gizi seimbang; ii Pengembangan dan peningkatan daya tarik pangan dengan teknologi pengolahan pangan yang dapat meningkatkan cita rasa dan citra pangan khas nusantara, termasuk bahan pangan karbohidrat non-beras; iii Pengembangan produk dan mutu produk-produk pangan bergizi tinggi; iv Peningkatan pengawasan mutu, keamanan dan kehalalan pangan untuk melindungi konsumen. Kedua, peningkatan penghasilan dan daya beli masyarakat, melalui i Pemberdayaan kemampuan ekonomi kelompok masyarakat dalam mengembangkan diversifikasi usaha di pedesaan, baik vertikal bidang hulu dan hilir pertanian maupun horizontal jenis komoditas dan jenis bidang usaha, termasuk usaha non pertanian; ii Pengembangan prasarana dan Universitas Sumatera Utara sarana distribusi untuk meningkatkan keterjangkauan masyarakat rawan pangan terhadap pangan. Suryana, 2003

2.3. Kerangka Pemikiran