BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengembangan Wilayah
Pengertian wilayah tidak dapat dilepaskan dengan penggunaannya dalam berbagai tujuan. Yang dimaksud wilayah disini adalah suatu area geografis yang
memiliki ciri tertentu dan merupakan media bagi segala sesuatu untuk berlokasi dan berinteraksi. Secara umum dikenal tiga tipe wilayah, meliputi wilayah fungsional,
wilayah homogen, dan wilayah administrasi.
Pertama, wilayah fungsional yang merupakan wilayah geografik dengan
memperlihatkan suatu koherensi fungsional tertentu, suatu interdependensi dari bagian-bagian, apabila didasarkan pada kriteriakriteria tertentu. Wilayah tipe ini
dicirikan oleh adanya derajat integrasi antara komponen-komponen di dalamnya yang berinteraksi kedalam wilayah. Hubungan fungsional biasanya ditunjukkan dengan
arus yang berupa kriteria sosial dan ekonomi. Perbedaan batas antar wilayah diperlihatkan dengan adanya pengaruh pusat terhadap daerah pelayananhinterland.
Salah satu wujud wilayah fungsional yang paling umum adalah wilayah nodal. Wilayah nodal didasarkan pada susunan sistem yang berhirarki dari suatu hubungan
di antara simpul-simpul perdagangan. Suatu pusat atau simpul perdagangan kecil diikat tergantung oleh pusat
perdagangan yang lebih besar dan keduanya diikat oleh perdagangan yang lebih
Universitas Sumatera Utara
besar. Konsep ini berimplikasi bahwa ada wilayah di dalam wilayah yang lebih besar, atau kota-kota menengah memiliki kota-kota kecil sebagai wilayah
pinggiran dari suatu kota besar sebagai inti. Dengan demikian wilayah nodal lebih dibatasi dari aspek kekuatan interaksi dan hubungan ekonomi, bukan dari aspek
wilayah dalam arti geografi.
Kedua, wilayah homogen merupakan wilayah geografi yang seragam menurut
kriteria-kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan seperti kriteria fisik, kriteria sosial, dan ekonomi. Namun demikian penggunaan
kriteria fisik lebih menjadi perhatian karena lebih bersifat tetap dibandingkan dengan kriteria-kriteria lain. Wilayah homogen dicirikan oleh adanya kemiripan relatif dalam
wilayah. Kemiripan dari ciri tersebut dapat dilihat dari sumber daya alam, sosial dan ekonomi.
Ketiga, wilayah administratif. Wilayah ini dibentuk untuk kepentingan
pengelolaan atau organisasi oleh pemerintah maupun pihak-pihak lain. Batas wilayahnya secara geografis sangat jelas dilandasi keputusan politik dan hukum.
Wilayah administratif sering dianggap lebih penting dari dua tipe lainnya karena sering digunakan sebagai dasar perumusan kebijakan. Pembagian tersebut dapat
berupa propinsi, kabupaten, kecamatan bahkan desa. Pengertian ini lebih banyak digunakan dalam perencanaan pembangunan mengingat badan-badan yang telah
tersusun dan data-data yang dikumpulkan sering berdasarkan administrasi Nugroho, Iwan dan Rokhmin Dahuri, Pembangunan Wilayah, LP3ES, Jakarta, 2004.
Menurut MT Zen dalam buku Tiga Pilar Pengembangan Wilayah 1999 bahwa pada dasarnya pengembangan merupakan proses belajar learning process.
Universitas Sumatera Utara
Hasil yang diperoleh dari proses tersebut, yaitu kualitas hidup meningkat, akan dipengaruhi oleh instrument yang digunakan. Mengacu pada filosofi dasar tersebut
maka pengembangan wilayah merupakan upaya memberdayakan stakeholders masyarakat, Pemerintah, Pengusaha di suatu wilayah, terutama dalam
memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan di wilayah tersebut dengan instrument yang dimiliki atau dikuasai, yaitu teknologi. Dengan lebih tegas MT Zen
menyebutkan bahwa pengembangan wilayah merupakan upaya mengawinkan secara harmonis sumber daya alam, sumber daya manusia dan teknologi, dengan
memperhitungkan daya tampung lingkungan itu sendiri. Sebagaimana yang terlihat pada gambar berikut ini:
Gambar 2.1 Hubungan Tiga Pilar Pengembangan Wilayah
2.2 Pengembangan Sumber Daya Manusia