BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah kualitas pendidikan merupakan salah satu masalah krusial di bidang pendidikan yang sedang dihadapi oleh negara-negara berkembang,
termasuk Indonesia, selain masalah-masalah kuantitas, masalah efektivitas, masalah efisiensi, dan masalah relevansi. Berbagai upaya telah dilakukan oleh
pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas, seperti peningkatan kualifikasi guru, perubahan dan perbaikan kurikulum, dan pengadaan sarana dan
prasarana. Namun upaya-upaya tersebut masih bersifat umum dan global, belum menyentuh masalah-masalah yang langsung dihadapi di kelas. Pemerintah dan
masyarakat harus bertanggungjawab dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan, termasuk juga guru. Salah satu usaha dalam meningkatkan kualitas
pendidikan adalah dengan meningkatkan pendidikan matematika. Dalam usaha pemerintah tersebut, pendidikan matematika dijadikan
sebagai salah satu jalan agar kualitas pendidikan dapat lebih baik. Hal ini dikarenakan terdapat suatu dasar pertimbangan yaitu karena matematika berperan
sebagai sarana penataan nalar siswa. Dengan mempelajari matematika, siswa diharapkan dapat bernalar dan berfikir secara logis, analitis, kritis, dan kreatif.
Adapun tujuan pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup
menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang. Di samping itu, siswa diharapkan dapat menggunakan matematika
dan pola pikir matematika dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang penekanannya pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta
keterampilan dalam penerapan matematika. Namun, kenyataan yang ada sampai saat ini di dunia pendidikan masih
menunjukkan rendahnya prestasi belajar matematika siswa. Seperti yang
1
diungkapkan Ponco Suseno 2008: 50 bahwa kendati secara umum angka kelulusan sudah mencapai 90, seperti yang tercermin dalam try out, namun di
beberapa mata pelajaran masih ditemukan nilai perolehan siswa di bawah standar kelulusan. Seperti dikutip dari koran harian Solo Pos, menurut sekretaris
Musyawarah Kerja Kepala Sekolah MKKS SMA Kota Surakarta, Edy Pudiyanto, ketiga mata pelajaran yang dimaksud berupa Fisika kelompok IPA,
Matematika kelompok IPS dan Bahasa, dan Geografi kelompok IPS. Hal ini telah memperlihatkan bahwa mata pelajaran matematika sebagai salah satu
masalah rendahnya prestasi belajar siswa. Selain itu, tingkat kelulusan siswa dalam Ujian Akhir Nasional UAN juga masih rendah khususnya untuk mata
pelajaran matematika. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar siswa-siswa SMP dan
berdasarkan diskusi kecil dengan guru-guru SMP, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan matematika salah satunya adalah
operasi pecahan. Padahal operasi pecahan merupakan salah satu kompetensi yang harus dicapai oleh siswa SMP kelas VII pada semester I. Kesulitan yang dialami
oleh siswa pada umumnya adalah dalam mengoperasikan pecahan dengan penyebut yang berbeda, menyelesaikan soal pecahan dengan 2 operasi hitung
yang berbeda misalnya operasi hitung penjumlahan dengan operasi hitung perkalian, dan siswa kurang teliti dalam menyelesaikan operasi hitung pembagian
pecahan. Kesulitan-kesulitan siswa tersebut mengakibatkan hasil belajar matematika yang berkaitan dengan pecahan juga menjadi rendah. Hal ini akhirnya
juga berakibat pada hasil belajar matematika pada umumnya juga menjadi rendah. Rendahnya prestasi belajar matematika tersebut disebabkan oleh berbagai
faktor. Faktor yang mempengaruhi dari dalam diri siswa antara lain: motivasi, minat, intelegensi, kemandirian belajar, kedisiplinan belajar, kreativitas belajar,
gaya belajar siswa dan sebagainya. Adapun salah satu faktor yang berasal dari luar siswa, antara lain model pembelajaran yang digunakan guru tidak sesuai
dengan materi yang diajarkan. Pada umumnya model pembelajaran yang dilaksanakan adalah guru cenderung lebih mendominasi pembelajaran sehingga
siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar. Hal ini tentunya akan
berdampak pada pencapaian hasil belajar siswa. Pembelajaran yang hanya berpusat kepada guru sampai saat ini masih terlaksana di sekolah-sekolah, seolah-
olah guru yang mendominasi proses belajar mengajar sehingga kesempatan siswa untuk belajar aktif sangat terbatas. Biasanya guru hanya memberikan definisi,
teorema, contoh-contoh dan latihan, sehingga siswa menjadi pasif. Keadaan semacam ini sangat mengurangi tanggungjawab siswa atas tugas belajarnya, siswa
seharusnya dituntut untuk mengkonstruksi, menemukan dan mengembangkan kemampuannya serta dapat mengungkapkan dalam bahasanya sendiri tentang apa
yang diterima dan diolah selama pembelajaran berlangsung. Model pembelajaran yang telah berlangsung selama ini ternyata belum
memberi kontribusi yang baik untuk peningkatan prestasi belajar matematika siswa. Hasil penelitian Suradi 2007: 35 menemukan bahwa model pembelajaran
kooperatif dapat digunakan untuk mengubah pembelajaran matematika yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Hal ini
diharapkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat memberi angin segar dalam upaya peningkatan prestasi belajar matematika siswa. Melalui interaksi saling
membantu antara siswa yang satu dengan yang lainnya, maka pembelajaran kooperatif dapat digunakan sebagai salah satu jalan peningkatan prestasi belajar
matematika siswa. Masih sama seperti yang diungkapkan oleh Suradi bahwa terlihat dari aktivitas siswa di dalam tugas mencapai 85,22 dari waktu yang
disiapkan untuk belajar kooperatif. Pembelajaran kooperatif menekankan kepada aspek interaksi sosial antar siswa dalam satu kelompok yang heterogen. Dalam
pembelajaran kooperatif siswa diberi kesempatan yang luas untuk belajar aktif dengan cara menempatkan siswa belajar dalam kelompok kecil yang heterogen,
saling berbagi ide-ide dan bekerja secara kolaboratif untuk menyelesaikan tugas akademik dalam mencapai tujuan bersama.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar matematika dan mengatasi kesulitan siswa
dalam operasi hitung pecahan adalah model pembelajaran tipe STAD ”Student Teams Achievement Divisions”. Model pembelajaran tipe STAD merupakan
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Model
pembelajaran ini dirancang agar siswa berperan aktif dalam proses belajar dengan bekerja secara berkelompok. Dengan demikian, diharapkan siswa dapat berfikir
kritis dan kreatif sesuai dengan heterogenitas kelompoknya. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam belajar kelompoknya menggunakan ciri tertentu.
Misalnya siswa dalam satu kelompok harus heterogen dalam kemampuan, jenis kelamin atau etnis dan lebih khususnya heterogenitas kemampuan akademik,
siswa yang menguasai bahan pelajaran lebih dulu diharapkan membantu teman kelompoknya yang belum menguasai pelajaran. Dengan hal ini, antara siswa yang
satu dengan yang lain akan berinteraksi untuk saling membantu agar mencapai kompetensi belajar yang diharapkan.
Di samping penggunaan model pembelajaran yang tepat, terdapat faktor- faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan belajar matematika, diantaranya
tingkat kreativitas belajar matematika. Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri. Tingkat kreativitas siswa dalam belajar berperan
penting dalam meraih prestasi belajar. Namun pada kenyataannya, tingkat kreativitas yang ada pada masing-masing siswa masih kurang mendapat perhatian
oleh guru maupun siswa itu sendiri dalam proses belajar mengajar di sekolah- sekolah. Adapun sebagai contoh masih kurangnya perhatian terhadap tingkat
kreativitas siswa adalah anak tidak dirangsang untuk mengajukan pertanyaan, anak tidak terbiasa mengemukakan masalah dan mencoba mengembangkan ilmu
yang diperoleh untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Apabila kreativitas siswa dikembangkan dengan baik maka diharapkan dapat menunjang dalam
berprestasi yang optimal karena sikap kreatif adalah salah satu kemampuan yang ada pada anak yang perlu dikembangkan untuk dapat berprestasi, selain
kemampuan intelektual umum. Bertolak dari uraian di atas, penulis terdorong untuk mengadakan
penelitian dengan
judul ”Eksperimentasi
Pengajaran Matematika
Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ” Student Teams
Achievement Divisions” Pada Sub Pokok Bahasan Operasi Pecahan Ditinjau dari Tingkat Kreativitas Belajar Matematika Siswa Kelas VII Semester I
SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Ajaran 20082009”.
B. Identifikasi Masalah