Kerangka Berfikir PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3 dalam proses pertumbuhan kawasan pinggiran kota ini, antara lain : berkurangnya lahan pertanian produktif, persoalan pengembangan dan pengelolaan lahan perkotaan Kombaitan 1992. Konversi lahan yang terjadi di pusat Kota Palu yaitu dari aktitifitas permukiman menjadi komersial dan jasa. Kawasan-kawasan terbuka seperti daerah pesisir pantai atau kawasan konservasi dikonversi untuk aktifitas yang secara ekonomi jauh lebih menguntungkan, yaitu aktifitas komersial dan jasa berupa pembangunan perumahan dan ruko. Akibatnya dalam penggunaan ruang, kawasan-kawasan ini berorientasi pada maksimalisasi keuntungan finansial. Orientasi pembangunan untuk mengejar maksimalisasi keuntungan ekonomi menyebabkan pembangunan yang dilaksanakan cenderung mengutamakan pembangunan fisik dan kurang memperhatikan aspek lingkungan Dai et al. 2001. Dari beberapa uraian diatas, rumusan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah pola pemanfaatan ruang yang ada sudah sesuai dengan arahan RTRW Kota Palu? 2. Mengevaluasi faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan dan konsistensi pola pemanfaatan ruang.

1.3 Kerangka Berfikir

Menurut UU 26 Tahun 2007, penataan ruang didefinisikan sebagai suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Penataan ruang merupakan acuan dalam menentukan peluang dan batasan dalam pembangunan Wahyuni 2006. Tujuan dari penataan ruang wilayah adalah terwujudnya pemanfaatan ruang yang berkualitas, berdaya guna dan berhasil guna untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan melalui upaya-upaya optimalisasi dan efisiensi dalam penggunaan ruang, kenyamanan bagi penghuninya, peningkatan produktivitas kota, sehingga mampu mendorong sektor perekonomian wilayah dengan tetap memperhatikan aspek kesinergian, keberkelanjutan dan berwawasan lingkungan. 4 Salah satu tahapan dari penataan ruang Kota Palu adalah perencanaan, yang menghasilkan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kota Palu Gambar 1. Dokumen ini merupakan acuan yang sah dalam melaksanakan pembangunanpemanfaatan ruang. Namun, dalam penerapannya terjadi penyimpangan, yang dapat terjadi karena kurang akomodatifnya RTRW maupun partisipasi masyarakat yang rendah. Inkonsistensi tata ruang tentu bukan kesalahan masyarakat semata sebagai pelaku utama pengguna lahan. Tentu hal ini didukung oleh faktor-faktor lain sehingga membentuk masyarakat mengambil sikap sendiri terhadap jenis pemanfaatan lahan yang mereka miliki. Oleh karena itu, menurut Bintarto 2007 ”.....Supaya RTRW bagus dan diterima semua pihak, maka dalam penetapan RTRW harus melibatkan masyarakat”. Gambar 1. Diagram alir kerangka pikir penelitian Penataan Ruang Kota Palu Pengendalian Pemanfaatan Persepsi masyarakat Perencanaan Konsistensi penggunaan lahan : - Sangat konsisten - Konsisten sengaja - Inkonsisten tanpa sengaja - Inkonsisten sengaja - Sangat tidak konsisten KESIMPULAN Aktifitas pembangunan Dokumen RTRW Tahun 1998 Tahun 2006 5 Kondisi diatas merupakan salah satu faktor pendorong perubahan fungsi lahan yang dapat berakibat pada penurunan kualitas lingkungan Savitri 2007. Berdasarkan RTRW, Penggunaan lahan tahun 1998, dan penggunaan lahan tahun 2006, bentuktingkat konsistensi penggunaan lahan dapat dibagi dalam lima bagian yaitu : Sangat Konsisten, konsisten sengaja, inkonsisten tanpa sengaja, inkonsisten sengaja, dan sangat tidak konsisten. Kelima kategori ini disusun berdasarkan kategori yang paling konsisten dan yang paling tidak konsisten Gambar 1. Sehingga identifikasi penyebab maupun akar permasalahan terjadinya konsistensi penggunaan lahan yang terjadi di kota Palu akan ditinjau dari sisi perencanaan, pemanfaatan, maupun dari sisi pengendalian. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan

Dokumen yang terkait

Fungsi Ruang Terbuka Dalam Tata Ruang Kota Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Pemerintah Kota Medan)

3 73 96

Model Sistem Dinamis Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Berdasarkan Faktor - Faktor Lingkungan (Studi Kasus Di Kecamatan Medan Polonia Dan Medan Area)

11 86 135

Penerapan Rencana Umum Tata Ruang Kota Berkaitan Dengan Pemberian Izin Lokasi Permukiman

0 19 2

Analisis konsistensi pola pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang (studi kasus kota Palu)

26 88 216

Analisis pola perubahan pemanfaatan ruang dan implikasinya terhadap pelaksanaan rencana tata ruang wilayah kabupaten Sumedang

2 11 140

Konsistensi Rencana Tata Ruang di Kawasan JABODETABEK

0 4 140

ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN RUANG TAHUN 2015 TERHADAP RENCANA DETIL TATA RUANG KOTA Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Tahun 2015 Terhadap Rencana Detil Tata Ruang Kota (RDTRK) Kecamatan Klaten Selatan Tahun 2013-2018.

0 2 12

ANALISIS DEVIASI PEMANFAATAN RUANG AKTUALTERHADAP RENCANA DETIL TATA RUANG KOTA Analisis Deviasi Pemanfaatan Ruang Aktual Terhadap Rencana Detil Tata Ruang Kota (RDTRK) Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Tahun 2009-2018.

0 3 14

ANALISIS DEVIASI PEMANFAATAN RUANG AKTUAL TERHADAPRENCANA DETIL TATA RUANG KOTA (RDTRK) KECAMATAN Analisis Deviasi Pemanfaatan Ruang Aktual Terhadap Rencana Detil Tata Ruang Kota (RDTRK) Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Tahun 2009-2018.

0 1 17

TUGAS AKHIR KINERJA RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) DALAM PEMANFAATAN RUANG DI KOTA SURAKARTA

0 1 159