Marjin Pemasaran Kinerja Pasar Market Performance

26 metode VAR vector autoregression dan 4 metode distributed lag autoregression . Kesamaan pendekatan 1 dan 2 adalah menggunakan data cross section , sedangkan kesamaan pada pendekatan 3 dan 4 adalah menggunakan harga komoditi dalam deret waktu time series sebagai input data untuk melakukan analisis. Pendekatan pertama, melalui metode korelasi dengan menghitung total sum square correlation antara harga-harga yang bergerak bersamaan pada pasar yang diuji. Kelemahan metode ini adalah dapat memberikan kesimpulan yang keliru, karena pergerakan harga yang terjadi bisa saja dikarenakan pasar memiliki kesamaan faktor yang mempengaruhi harga. Misalnya suatu perdagangan antar pasar dengan biaya yang sangat tinggi, tetapi pada kedua pasar terjadi perubahan yang sama terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi harga, maka harga yang berlaku dapat bergerak secara bersama-sama. Hal di atas menyebabkan harga dikedua pasar tersebut dapat menunjukkan korelasi yang tinggi meskipun pasarnya tidak terintegerasi. Pendekatan kedua dengan menggunakan metode regresi sederhana. Model ini menjelaskan bahwa harga di suatu pasar merupakan fungsi dari harga pada pasar lainnya. Kelemahan dari model ini adalah model ini tidak dapat memisahkan harga sebagai variabel independen dan variabel dependen karena model dari regresi sederhana ini memiliki sifat inverse. Namun pendekatan dengan menggunakan metode ini relatif lebih unggul karena dapat menunjukkan nilai keeratan hubungan antar pasar-pasar yang terintegrasi. Pendekatan ketiga melalui model deret waktu yang diuji stasioner dengan menggunakan Augmented Dicky-Fuller ADF test kemudian menggunakan model Vector Autoregression VAR. Keunggulan pendekatan ini adalah menghindari data yang tidak stasioner dan hasil yang palsu spurious. Namun, dalam melakukan analisisnya memerlukan tahapan-tahapan yang relatif kompleks. Diawali dari uji unit root untuk mengetahui kestasioneran data dan menghindari terjadinya spurious regression , penentuan lag ordo optimal model VAR, analisis volatilitas harga, analisis korelasi, uji kointegrasi, estimasi VECM yang merupakan model yang diturunkan dari VAR yang menggunakan prinsip pengolahan error correction model, Granger Causality test, Impuls Response Function IRF dan terakhir analisis Variance Decomposition VD. Pendekatan keempat melalui pendekatan distributed lag autoregression. Pendekatan ini dapat menunjukkan pasar yang bertindak sebagai pemimpin pasar dan pasar yang bertindak sebagai pengikut harga. Metode ini juga dapat menentukan nilai keterkaitan antara pasar-pasar yang diuji. Metode ini menguji integrasi pasar dengan memasukkan nilai-nilai masa lalu lag dari variabel dependen dan variabel lain ke dalam variabel independen. Asumsi dari model ini adalah bahwa tidak ada respon bersifat seketika, sehingga fungsi dari kejadian ekonomi sekarang merupakan reaksi dari fungsi masa lalu. Pendekatan ini telah diterapkan dalam Model Ravallion. Model Ravallion Ravallion 1986 mengembangkan suatu metode analisis keterpaduan autoregresi untuk mengukur bagaimana harga di pasar lokal dipengaruhi oleh pasar lain acuan dengan mempertimbangkan harga di masa lalu dan harga pada saat ini. Model ini juga dikembangkan dengan dasar bahwa harga di suatu pasar dipengaruhi oleh harga di masa yang lalu, karena reaksi dari perubahan arus 27 barang terhadap harga ini membutuhkan waktu untuk terjadi. Keunggulan model analisis ini adalah mampu mengungkapkan dengan mendetail tentang peran pasar acuan, arah transmisi harga, kecepatan transmisi harga, tingkat keterisolasian, dan tingkat keterpaduan pasar. Model Ravallion juga dapat menunjukkan besarnya pengaruh perubahan harga yang terjadi di suatu pasar akibat faktor musiman dan faktor lain yang relevan yang terjadi di pasar tersebut Limbong 1999. Firdaus dan Gunawan 2012 menunjukkan bahwa pengembangan model Ravallion diawali dari persamaan berikut : R = f P 1, P 2, P 3, ……,P n, X 9 P i = f i R, X i , i = 1,2,3,…,n 10 Dimana n merupakan pasar lokal dengan harga sebesar P; R merupakan harga di tingkat pasar acuan. X i merupakan vektor yang menunjukkan faktor- faktor lain yang mungkin mempengaruhi harga di pasar i termasuk pasar acuan dan pasar lokal. Karena persamaan 9 dan 10 harga pada saat ini, pengaruh jeda waktu lag dimasukkan dalam harga sehingga membentuk struktur yang lebih dinamis. Tetapi, jika periode lag terlalu panjang model ini akan menjadi lebih rumit. Sehingga, harga di setiap pasar diasumsikan hanya memiliki satu fase lag, yaitu : P t = a i P t-1 +b i0 R t-1 +c i X t + ɛ t 11 Untuk i = 1,2, ….., n Persamaan 11 sensitif terhadap terjadinya multikoliniaritas ketika harga di pasar lokal dan pasar acuan berkorelasi kuat. Menjadikannya ke dalam bentuk turunan pertama akan mengurangi pengaruh dari multokolinearitas dimana R t - R t-1 dan P t - P t-1 biasanya memiliki hubungan yang lemah dibandingkan R t dan P t. Transformasi ini menghasilkan : P t - P t-1 = a i P t-1 - P t-1 +b i0 R t-1 +c i X t + ɛ t 12 Selanjutnya, b i0 R t-1 ditambahkan ke sisi kanan persamaan 12, menjadi : P t - P t-1 = a i – 1P t-1 - R t-1 +b i0 R t - R t-1 +a i +b i0 +b i1 -1R t-1 +c i X t + ɛ t 13 Persamaan 13 dapat disederhanakan menjadi : P t - P t-1 = β 1 P t-1 - R t-1 +β 2 R t - R t-1 + β 3 R t-1 +β 4 X t + ɛ t 14 dimana: a i – 1 = β 1 b i0 = β 2 a i +b i0 +b i1 -1 = β 3 c i = β 4 Secara lebih spesifik, model Ravallion dapat diformulasikan sebagai berikut : P t - P t-1 = β 1 P t-1 - R t-1 +β 2 R t - R t-1 +β 3 R t-1 + β 4 X t + β 5 X t-1 + ɛ t 15 28 Sebagai upaya mencapai interpretasi yang jelas, persamaan 15 dapat dituliskan kembali menjadi : P t = 1+β 1 P t-1 +β 2 R t - R t-1 +β 3 - β 1 R t-1 +β 4 X t +β 5 X t-1 + ɛ t 16 dimana : b 1 = 1+β 1 b 2 = β 2 b 3 = β 3 - β 1 b 4 = β 4 b 5 = β 5 Sehingga, persamaan 16 dapat dituliskan sebagai berikut : P t = b 1 P t-1 +b 2 R t - R t-1 +b 3 R t-1 +b 4 X t +b 5 X t-1 + ɛ t 17 Untuk menunjukkan pengaruh harga sebelumnya dipasar lokal terhadap pembentukan harga di pasar lokal pada saat ini. Digunakan Index of Market Connection IMC atau Indeks Keterpaduan Pasar IKP. IMC yang didefenisikan sebagai rasio koefisien pasar lokal terhadap koefisien pasar acuan, yaitu : IMC = b 1 b 3 18 Jika nilai IMC lebih kecil dari satu mengindikasikan terjadi integrasi jangka pendek. Koefisien b 2 merupakan pengukuran terhadap tingkat perubahan harga di pasar acuan yang ditransmisikan ke pasar lokal. Parameter ini mengukur integrasi jangka panjang. Nilai yang dihasilkan adalah satu atau mendekati satu. Apabila nilai koefisien b 2 adalah 1 b 2 = 1, kedua pasar terintegrasi dalam jangka panjang. Perbedaan antara dua indikator ini adalah b 2 menunjukkan persentase perubahan harga yang terjadi pasar acuan ditransmisikan ke pasar lokal. Nilai IMC menunjukkan bahwa persentase relatif harga produsen di pasar lokal saat ini dipengaruhi oleh perubahan harga produsen di pasar lokal dan pasar acuan di waktu sebelumnya. Hubungan antara Struktur, Perilaku dan Kinerja Pasar Produk Pertanian dalam Proses Pembentukan Harga di Tingkat Petani Pada sistem pemasaran komoditas pertanian, produsen petani merupakan lembaga pemasaran yang menjadi perhatian utama dalam melakukan analisis efisiensi pemasaran. Hal ini terlihat dari indikator farmer share sebagai salah satu ukuran dalam efisiensi operasional Kohls dan Uhl 2002. Perubahan harga yang terjadi di setiap lembaga pemasaran apakah diteruskan ke tingkat petani dan apakah terjadi integrasi pasar vertikal antar lembaga pemasaran. Analisis integrasi pasar dijadikan ukuran dalam menilai efisiensi harga. Selain itu, permasalahan umum yang terjadi pada sistem pemasaran adalah posisi tawar bargaining position petani lemah dalam proses penentuan harga. Sehingga, hal ini menjadi salah satu kendala dalam usaha meningkatkan pendapatan petani. Analisis sistem pemasaran dilakukan untuk mengetahui efisiensi suatu pasar. Pada pendekatan SCP structure, conduct, performance, struktur pasar akan mempengaruhi perilaku pasar dan kinerja pasar, hubungan ini dapat berlaku 29 HARGA DI TINGKAT PETANI S T RU K T U R P A S A R K IN E RJ A P A S A R PERILAKU PASAR Pangsa pasar Marjin Pemasaran Farmer share Jumlah pembeli dan penjual Hambatan masuk pasar Fungsi pertukaran Fungsi fisik Fungsi Fasilitas Saluran Pemasaran Sistem pembayaran Mekanisme penentuan harga Aktivitas pemasaran Aktivitas pemasaran Integrasi pasar vertikal Aktivitas pemasaran Konsentrasi pasar sebaliknya Waldman dan Jensen 2007. Secara sederhana Gambar 9 menunjukkan hipotesis hubungan antara struktur, perilaku dan kinerja pasar terhadap pembentukan harga di tingkat petani. Gambar 10 Hipotesis hubungan antara struktur, perilaku dan kinerja pasar dalam proses pembentukan harga di tingkat petani Menurut teori beberapa indikator yang digunakan untuk menentukan struktur pasar adalah jumlah penjual dan pembeli, hambatan keluar masuk pasar, diferensiasi dan diversifikasi produk Carlton dan Perloff 2000; Waldman dan Jensen 2007; Baye 2010. Jumlah penjual dan pembeli biasanya diukur dengan konsentrasi penjual baik menggunakan rasio konsentrasi maupun indeks Herfindahl-Hirchman. Pangsa pasar merupakan bagian terpenting dalam mengukur tingkat konsentrasi pasar. Menurut Baye 2010 semakin besar pangsa pasar yang dimiliki oleh beberapa perusahaan maka semakin tinggi tingkat konsentrasi pasar yang terjadi. Kondisi ini dapat tergambar dari penggabungan 4 perusahaan terkemuka yang memiliki pangsa pasar 60 sampai 100 persen, dengan tingkat konsentrasi mencapai 85 persen. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk melakukan kesepakatan dalam menetapkan harga. Menurut Tomek dan Robinson 1990 hubungan antar lembaga-lembaga pemasaran dapat mempengaruhi proses penentuan harga. Hal ini terlihat dari perilaku pasar yang terjadi. Menurut Waldman dan Jensen 2007 perilaku pasar terjadi disebabkan karena struktur pasar yang berlaku. Jika produsen memiliki market power maka dengan mudah dapat mempengaruhi harga pasar. Pada Keterangan : Hubungan antar elemen penyusun pada masing-masing struktur, perilaku dan kinerja pasar Hubungan antar struktur, perilaku dan kinerja pasar Hubungan struktur, perilaku dan kinerja terhadap harga di tingkat petani 30 pendekatan SCP Stucture, Conduct, Performance, perilaku pasar akan menggambarkan aktivitas-aktivitas pelaku pemasaran seperti aktivitas pemasaran fungsi pertukaran, fungsi fisik, fungsi fasilitas, saluran pemasaran, sistem penentuan harga serta sistem kelembagaan pasar. Seluruh aktivitas ini memiliki keterkaitan satu dengan lainnya Kohls dan Uhl 2002. Secara teori, efisiensi pemasaran tercipta ketika pihak-pihak yang telibat baik produsen, lembaga-lembaga pemasaran maupun konsumen memperoleh kepuasan Purcell 1979. Sejalan dengan ini, produk yang sampai ke tangan konsumen dengan harga kompetitif dan adanya pembagian yang adil bagi produsen dan lembaga-lembaga pemasaran dari keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen merupakan kegiatan pemasaran yang dilakukan secara efisien. Menurut Kohls dan Uhl 2002 biaya pemasaran yang tinggi akan membuat sistem pemasaran menjadi tidak efisien apabila tidak ada peningkatan kepuasan begitu pula sebaliknya apabila terjadi perubahan produk yang menyebabkan peningkatan biaya dan tidak mengurangi kepuasaan konsumen maka dapat dikatakan sebagai peningkatan efisiensi. Jika terjadi perubahan yang menyebabkan adanya penurunan biaya input tetapi tidak dipertahankan atau tidak diikuti dengan peningkatan kepuasan konsumen maka dikatakan terjadi penurunan efisiensi. Namun, pengukuran efisiensi melalui tingkat kepuasaan sulit dilakukan. Sehingga, pakar pemasaran menggunakan konsep efisiensi operasional dan harga sebagai indikator pengukurannya Hammond dan Dahl 1977; Kohls dan Uhl 2002. Efisiensi operasional atau teknis berhubungan dengan pelaksanaan aktivitas pemasaran yang dapat meningkatkan rasio output-input pemasaran. Ukuran efisiensi operasional biasanya dianalisis melalui marjin pemasaran dan farmer share . Sedangkan efisiensi harga menekankan kepada kemampuan sistem pemasaran dalam mengalokasikan sumberdaya dan mengkoordinasikan seluruh produksi pertanian dan proses pemasaran sehingga efisien sesuai dengan keinginan konsumen. Menurut Purcel 1979 serta Kohls dan Uhl 2002, indikator efisiensi harga dapat terlihat dari kondisi dimana konsumen dan produsen puas atau respondif terhadap harga yang berlaku, terdapat alternatif pemasaran bagi konsumen maupun produsen, selain itu price tags yang terjadi merupakan refleksi dari biaya- biaya yang terjadi akibat adanya perubahan nilai tambah produk yang dilakukan baik bentuk, waktu, tempat maupun kepemilikan. 31 Kerangka Pemikiran Operasional Kopi Arabika Gayo merupakan komoditas unggulan di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah. Struktur ekonomi daerah sebagian besar 50.74 bertumpu pada sektor pertanian. Namun, pertumbuhan ekonomi di sektor tersebut relatif rendah yakni 2.35 persen per tahun BPS Provinsi Aceh 2012. Ketimpangan terjadi dikarenakan bargaining position petani lemah dalam proses penentuan harga. Pola pergerakan harga kopi Arabika Gayo di tingkat petani tidak mengikuti pola pergerakan harga kopi Arabika Gayo di tingkat eksportir. Berdasarkan kondisi tersebut hipotesis penelitian menyatakan bahwa pasar kopi Arabika Gayo di tingkat petani dan di tingkat eksportir tidak terintegrasi. Kondisi pasar yang tidak terintegrasi menunjukkan pasar tidak efisien. Menurut Tomek dan Robinson 1990 salah satu karakteristik pasar yang efisien adalah harga dapat ditransmisikan dari pasar konsumen ke pasar produsen secara terintegrasi ataupun sebaliknya. Idealnya, pasar yang yang efisien berada pada struktur pasar persaingan sempurna market perfect competition. Namun, kondisi pasar persaingan sempurna sulit untuk dicapai. Oleh karenanya, kemampuan setiap pelaku pemasaran dalam sistem pemasaran yang ada sangat ditentukan oleh interaksi yang terjadi antar pelaku-pelaku yang ada, selain itu kondisi supply dan demand untuk komoditi kopi Arabika Gayo baik dipasar dunia maupun pasar lokal merupakan sinyal penting bagi keberlangsungan bisnis kopi Arabika Gayo. Pada dasarnya kondisi permintaan dan penawaran kopi Arabika Gayo di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah akan mempengaruhi struktur pasar yang terjadi. Jika struktur pasar yang berlaku adalah struktur pasar persaingan sempurna maka harga akan ditentukan oleh mekanisme pasar. Pembeli maupun penjual sebagai penerima harga price taker. Indikator yang digunakan untuk menunjukkan struktur pasar yang terjadi yaitu pangsa pasar, konsentrasi pasar dan hambatan masuk pasar. Struktur pasar akan menentukan perilaku pasar. Indikator yang digunakan dalam melakukan analisis perilaku pasar yaitu sistem kelembagaan praktek pembelian dan penjualan, kerjasama lembaga pemasaran dan sistem penentuan harga. Interaksi antara struktur dan perilaku pasar akan menentukan kinerja pasar. Kondisi ini dapat saja terjadi sebaliknya, dimana perilaku pasar dapat menentukan struktur pasar dan kinerja pasar. Analisis kinerja pasar dapat menunjukkan seberapa jauh pengaruh struktur dan perilaku pasar dalam proses pemasaran kopi Arabika Gayo di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah. Adapun elemen kinerja pasar terdiri atas marjin pemasaran, farmer share dan integrasi pasar vertikal. Sehingga, pendekatan SCP yang digunakan dalam penelitian ini dapat menunjukkan bagaimana pola pembentukan harga di tingat petani dan akan muncul rekomendasi kebijakan yang dapat memperbaiki kondisi pemasaran kopi Arabika Gayo di tingkat petani. 32 Alur Pemikiran Peubah yang diteliti Saling Mempengaruhi Pengaruh terhadap harga Gambar 11 Kerangka pemikiran operasional POTENSI KOPI ARABIKA GAYO  Komoditas unggulan daerah  Kopi Spesialti  Memiliki Sertifikasi Produk  Harga Jual Premium  Kesejahteraan petani KONDISI PEMASARAN  Selama tahun 2006-2012 pola pergerakan harga kopi di tingkat petani mengalami penurunan 1.73 sedangkan eksportir mengalami peningkatan 17.18  Posisi tawar petani lemah POLA PEMBENTUKAN HARGA DI TINGKAT PETANI REKOMENDASI KEBIJAKAN Perlu kajian sistem pemasaran kopi Arabika Gayo di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah dengan pendekatan Structure, Conduct, Performance SCP Kondisi Permintaan dan Penawaran Kopi Arabika Gayo Struktur Pasar Market Structure 1. Pangsa Pasar 2. Konsentrasi Pasar 3. Hambatan Masuk Pasar Perilaku Pasar Market Conduct 1. Sistem Kelembagaan 2. Mekanisme Penentuan Harga 3. Sistem Pembayaran Kinerja Pasar Market Performance 1. Marjin pemasaran 2. Farmer share 3. Integrasi Pasar Vertikal 33 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah, Provinsi Aceh. Lokasi dipilih secara purposive, berdasarkan pertimbangan bahwa sekitar 89.92 persen 42 988 ton dari total produksi kopi Arabika Gayo di Provinsi Aceh pada tahun 2012 47 805 ton berasal dari kedua Kabupaten ini. Selanjutnya, dipilih dua Kecamatan dari masing-masing Kabupaten. Setiap Kecamatan dipilih dua Desa. Pemilihan Kecamatan didasarkan pada pertimbangan bahwa lokasi tersebut memiliki tingkat produksi tertinggi atau termasuk tinggi dibandingkan lokasi lainnya lihat Lampiran 1. Pemilihan Desa berdasarkan informasi langsung dari informan yang ditemui di lokasi penelitian. Waktu pengumpulan data dimulai bulan Nopember 2012 sampai Januari 2013. Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pelaku-pelaku pemasaran seperti petani, pedagang pengumpul, kolektor, koperasi dan eksportir yang terlibat dalam sistem pemasaran kopi Arabika Gayo di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah. Data sekunder diperoleh dari Kementerian Pertanian, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Aceh, BPS Provinsi Aceh, Dinas Perindustian dan Perdagangan, Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia AEKI, Kementerian Perdagangan, serta hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dan sumber lainnya. Metode Pengambilan Sampel Metode yang digunakan dalam pengambilan data yaitu berupa pengamatan langsung di lapangan observasi, wawancara dan pengisian kuesioner. Populasi petani kopi Arabika Gayo di Kabupaten Aceh Tengah yang mengikuti program sertifikasi produk mencapai 24 439 rumahtangga petani Disbunhut Kabupaten Aceh Tengah 2013 dan untuk Kabupaten Bener Meriah sebanyak 13 212 rumahtangga petani Disbunhut Kabupaten Bener Meriah 2013. Acuan yang dipertimbangkan dalam pengambilan ukuran sampel yaitu keragaman populasi yang relatif homogen Juanda 2008. Sehingga, pengambilan sampel petani dilakukan dengan metode simple random sampling atau acak sederhana. Jumlah petani responden yang diambil sebanyak 60 orang diantaranya 30 orang di Kabupaten Aceh Tengah dan 30 orang di Kabupaten Bener Meriah. Dimana setiap kecamatan dipilih sebanyak 15 orang. Pengambilan sampel pedagang dilakukan dengan teknik snowball sampling berdasarkan alur pemasaran yang ada di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah. Jumlah pedagang antara lain 14 orang pedagang pengumpul kolektor diantaranya 9 orang di Kabupaten Aceh Tengah dan 5 orang di Kabupaten Bener Meriah, 2 unit 34 koperasi dari kedua Kabupaten dan 3 unit perusahaan ekspor berbadan hukum koperasi dan 2 unit perusahan ekspor non koperasi. Selain cross section data yang dilakukan pada musim panen dan pasca panen, penelitian ini mempergunakan time series data dari bulan Januari 2008 sampai Desember 2012 n=60. Time series data ini terutama mengenai harga kopi Arabika Gayo di tingkat petani, kolektor, koperasi dan eksportir. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Pendekatan yang digunakan dalam menganalisis pemasaran kopi arabika yaitu melalui pendekatan struktur pasar market structure, perilaku pasar market conduct dan kinerja pasar market performance. Analisis yang dilakukan yaitu analisis deskriptif dan kuantitatif. Pengolahan data kuantitatif menggunakan Microsoft Excel 2007 dan Eviews 6. Analisis Struktur Pasar Analisis struktur pasar pada prinsipnya bertujuan untuk mengetahui apakah pasar kopi Arabika dilokasi penelitian cenderung mengarah pada pasar persaingan sempurna atau pasar persaingan tidak sempurna. Komponen struktur pasar yang diteliti meliputi pangsa pasar, konsentrasi pasar dan hambatan keluar masuk pasar Kohls dan Uhl, 2002. a. Analisis Pangsa Pasar Analisis pangsa pasar kopi Arabika Gayo di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah dilakukan dengan menghitung pangsa pasar perusahaan-perusahaan eksportir kopi Arabika Gayo yang melakukan supply kopi dari Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah. Semakin tinggi pangsa pasar menunjukkan kekuatan market power perusahaan dalam pasar kopi Arabika Gayo. Perhitungan pangsa pasar suatu perusahaan eksportir kopi Arabika Gayo menggunakan rasio antara pembelian suatu perusahaan eksportir kopi Arabika Gayo terhadap total kopi Arabika Gayo di Provinsi Aceh. Tujuan perhitungan pangsa pasar adalah untuk mengetahui seberapa besar cakupan suatu perusahaan eksportir terhadap total pembelian kopi Arabika Gayo di Provinsi Aceh. Adapun perhitungan pangsa pasar perusahaan eksportir kopi Arabika Gayo adalah sebagai berikut : Market Share MS n = S n S A × 100 persen Keterangan : Market Share MS = 0-100persen Market Share MS n = Pangsa pasar perusahaan eksportir “n” persen S n = Pembelian kopi Arabika Gayo perusahaan eksportir “n” kgbulan S A = Total kopi Arabika Gayo di Provinsi Aceh kgbulan n = Banyaknya perusahaan eksportir kopi Arabika Gayo

b. Konsentrasi Pasar

Menurut Baye 2010 konsentrasi pasar dapat dihitung dengan mengukur berapa jumlah output yang diproduksi dari empat perusahaan terbesar dalam suatu 35 industri. Pada penelitian ini perusahaan yang dimaksud merupakan eksportir yang terlibat dalam perdagangan kopi Arabika Gayo di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah. Metode analisis yang digunakan adalah Four Firm Concentration Ratio CR4. Nilai CR4 yang mendekati 0 diindikasikan berada pada pasar yang memiliki banyak penjual dan memberikan peningkatan banyaknya persaingan antar produsen untuk menjualnya ke konsumen. Namun, jika nilai CR4 mendekati 1 diindikasikan pasar mengalami sedikit persaingan pasar terkonsentrasi antara produsen untuk menjualnya ke konsumen Baye 2010. Hirschey 2009 menambahkan apabila CR4 ≥ 0.8 menunjukkan industri tersebut sangat terkonsentrasi highly concentrated, 0.5 CR 0.8 pasar terkonsentrasi sedang moderatly concentrated dan ≤ 0.5 pasar terkonsentrasi lemah weakly concentrated . CR4 = S 1 + S 2 + S 3 + S 4 S T CR4 = w 1 + w 2 + w 3 + w 4 Keterangan : CR4 = Konsentrasi rasio w i = S i S T , dimana i = 1,2,3,4 S 1 = Volume pembelian kopi Arabika Gayo oleh eksportir 1 kgbulan S 2 = Volume pembelian kopi Arabika Gayo oleh eksportir 2 kgbulan S 3 = Volume pembelian kopi Arabika Gayo oleh eksportir 3 kgbulan S 4 = Volume pembelian kopi Arabika Gayo oleh eksportir 4 kgbulan S T = Total pembelian seluruh eksportir kopi Arabika Gayo kgbulan

c. Hambatan Keluar Masuk Pasar

Hambatan masuk pasar dapat dianalisis dengan menggunakan Minimum Efficiensy Scale MES selama tahun 2007 sampai 2012. Analisis ini dilakukan untuk melihat banyaknya lembaga pemasaran yang dapat masuk untuk bersaing merebut pangsa pasar. Nilai MES diperoleh dari pembelian kopi Arabika Gayo perusahaan eksportir terbesar terhadap total kopi Arabika Gayo dari Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah. Menurut Jaya 2001, jika nilai MES lebih besar dari 10 persen mengindikasikan bahwa terdapat hambatan masuk pasar pada pemasaran kopi Arabika Gayo di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah. MES = Pembelian kopi arabika gayo perusahaan terbesar Total kopi arabika gayo dari Kab. Aceh Tengah dan Bener Meriah Analisis Perilaku Pasar Analisis perilaku pasar lebih menekankan pada analisis deskriptif dari fenomena lapang terkait dengan beberapa dimensi perilaku diantaranya praktek pembelian dan penjualan, sistem penentuan harga dan kerjasama lembaga pemasaran Dahl dan Hammond 1977. Hal penting yang perlu dipahami bahwa setiap dimensi ini memiliki keterkaitan satu dengan lainnya. Artinya sistem 36 penentuan harga dapat dipengaruhi oleh praktek penjualan dan pembelian serta adanya kerjasama lembaga pemasaran, begitupula sebaliknya. Informasi penting yang akan dikaji dalam sistem penentuan harga terkait bagaimana mekanisme penentuan harga, pada tingkat lembaga manakah yang lebih dominan dalam proses penentuan harga dan sejauhmana peran petani sebagai produsen dalam poses penentuanharga.Pada praktek pembelian dan penjualan akan diperhatikan aktivitas-aktivitas setiap lembaga pemasaran dalam melakukan pembelian dan penjualan. Informasi ini penting untuk dikaji, karena dalam menggambarkan perilaku pasar akan terlihat bagaimana setiap lembaga pemasaran merespon signalharga yang di terjadi. Kerjasama lembaga pemasaran akan digambarkan melaluiaktiviassaluran pemasaran yang terjadi dankegiatan yang dilakukan dalammenjalankan fungsi-fungsi pemasaran. Purcell 1979 membagi fungsi pemasaran menjadi tiga yaitu fungsi pertukaran pembelian dan penjualan, fungsi fisik penyimpanan, transportasi, pengolahan dan fungsi fasilitas standardisasi, keuanganmodal, risiko dan penelitian pasar. Analisis Kinerja Pasar Beberapa ukuran yang digunakan dalam melakukan analisis kinerja pasar antara lain marjin pemasaran, f armer’s share dan integrasi pasar vertikal. a. Marjin Pemasaran Analisis marjin pemasaran didasarkan pada data primer yang dikumpulkan dari setiap lembaga pemasaran mulai dari produsen sampai dengan konsumen. Marjin pemasaran adalah perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen Tomek dan Robinson 1990; Hudson 2007. Semakin tinggi biaya pemasaran menyebabkan semakin tingginya marjin pemasaran. Secara matematis, dapat ditulis sebagai berikut : M = P r − P f dimana : � = Marjin pemasaran kopi Arabika Gayo = Harga kopi Arabika Gayo di tingkat konsumen Rpkg = Harga kopi Arabika Gayo di tingkat petani Rpkg Untuk marjin pada setiap lembaga pemasaran dapat diketahui dengan jalan menghitung selisih antara harga jual dengan harga beli pasar setiap tingkat lembaga pemasaran. Bentuk matematika sederhana dapat dirumuskan sebagai berikut: M m = P s − P b dimana : M m = Marjin pemasaran pada setiap lembaga pemasaran P s = Harga jual kopi pada setiap tingkat lembaga pemasaran Rpkg P b = Harga beli kopi pada setiap tingkat lembaga pemasaran Rpkg Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi besarnya marjin pemasaran adalah biaya pengangkutan, biaya perlakuan baru, biaya penyusutankerusakan, tingkat 37 harga beli untuk setiap komoditas, besarnya keuntungan pedagang, modal kerja dan kapasitas penjualan. b. Farmer Share Farmer share merupakan rasio antara harga di tingkat petani terhadap harga di tingkat pedagang Hudson, 2007. Pada saluran pemasaran yang berbeda maka share harga yang diterima oleh petani akan berbeda pula. Besarnya Farmer’s Share dipengaruhi oleh tingkat pemrosesan, biaya transportasi, keawetan produk dan jumlah produk Kohls dan Uhl2002. Adapun perhitungan farmers share yang digunakan adalah : FS = P f P r × 100 persen dimana : FS = Bagian harga yang diterima petani kopi Arabika Gayo Rpkg P f = Harga kopi Arabika Gayo di tingkat petani Rpkg P r = Harga kopi Arabika Gayo di tingkat eksportir Rpkg

c. Analisis Integrasi Pasar Vertikal

Analisis integrasi pasar merupakan seberapa jauh pembentukan harga suatu komoditi pada satu tingkat lembaga atau pasar dipengaruhi oleh harga ditingkat lembaga lainnya. Analisis integrasi pasar dilakukan pada setiap lembaga pemasaran. Analisis pertama dilakukan untuk petani sebagai pasar lokal sedangkan kolektor, koperasi dan eksportir sebagai pasar acuan. Analisis kedua, kolektor sebagai pasar lokal, sedangkan koperasi dan eksportir sebagai pasar acuan. Analisis terakhir di tingkat koperasi sebagai pasar lokal dan eksportir sebagai pasar acuan. Metode analisis integrasi pasar dalam penelitian ini mengacu pada model Ravallion 1986 yang secara matematis telah di turunkan dalam persamaan 17. P t = b 1 P t-1 +b 2 R t - R t-1 +b 3 R t-1 +b 4 X t + ɛ t dimana : P t = Harga kopi Arabika Gayodi pasar lokal waktu t Rpkg P t-1 = Harga kopi Arabika Gayo di pasar lokal waktu t-1 Rpkg R t = Harga kopi Arabika Gayo di pasar acuan waktu t Rpkg R t-1 = Harga kopi Arabika Gayo di pasar acuan waktu t-1 Rpkg X t = Faktor-faktor lain yang mempengaruhi Koefisien b 2 menunjukkan berapa besar perubahan harga di pasar acuan ditransmisikan ke harga di pasar lokal. Koefisien b 1 dan b 3 mencerminkan seberapa jauh kontribusi relatif harga periode sebelumnya dari pasar lokal dan pasar acuan terhadap tingkat harga yang berlaku sekarang di pasar lokal. Rasio antara keduanya merupakan indeks hubungan pasar Index Of Market Connection atau IMC yang dirumuskan sebagai berikut :