Perilaku Pasar Market Conduct

21 Q pt = Jumlah komoditi yang diperjual-belikan di tingkat petani Q’ pt = Jumlah komoditi yang diperjual-belikan di tingkat petani setelah perubahan permintaan MC pt = Biaya marjinal usahatani milik petani AC pt = Biaya rata-rata usahatani milik petani MC pp = Biaya marjinal usaha pedagang AC pp = Biaya rata-rata usaha pedagang Berdasarkan Gambar 8C terlihat bahwa pedagang akan menetapkan harga sama dengan biaya rata-rata usahatani P pt =AC pt . Penetapan harga tersebut lebih rendah dari harga di pasar produk pertanian. Hal yang sama juga terjadi saat kurva permintaan DD di pasar industri bergeser kekanan D ’D’ dan kurva penawaran S tetap. Maka harga akan berubah dari P ps menjadi P’ ps , perubahan harga ini ditransfer ke tingkat pedagang denga n harga yang sama P’ ps = P’ pp yang ditunjukkan pada Gambar 8B. Namun berbeda kondisinya untuk harga di tingkat petani. Walaupun terjadi kenaikan harga di pasar produk pertanian, kenaikan harga tersebut lebih terserap kepada keuntungan pedagang dibandingkan dengan penyerapan untuk kenaikan pendapatan petani. Kondisi ini menggambarkan kinerja pasar yang terjadi belum efisien, terlihat bahwa dalam struktur pasar monopsoni keterbatasan alternatif penyaluran produk oleh petani dan rendahkan tingkat informasi pasar yang diterima menyebabkan petani hanya sebagai penerima harga price taker yang dikendalikan oleh pedagang. Di sisi lain, petani tidak mengetahui dan tidak dapat menentukan jumlah produk dan harga yang sesuai bagi petani dalam mencapai tingkat keuntungan maksimum MC pt = P pt . Selain melalui teori ekonomi, proses penentuan harga dapat dilakukan melalui mekanisme atau penetapan harga secara operasional mechanism of price discovery . Menurut Dahl dan Hammond 1977 serta Kohls dan Uhl 2002 proses penentuan harga secara operasional dapat dilakukan melalui 4 cara, yaitu : 1 Negosiasi individu individual negotiation, proses penentuan harga berdasarkan kekuatan tawar menawar dimana transaksi yang terjadi berlangsung secara sederhana. Pada transaksi ini kondisi pasar bersaing competitive market. 2 Pasar terorganisir organized markets, contoh pasar ini adalah bursa komoditi, pasar sentral dan pasar lelang. 3 Harga terkelola administered prices, dapat digunakan untuk produk-produk yang diferensiasinya tinggi. Biasanya ditentukan oleh penjual, agen atau pemerintah. Termasuk kedalam penentuan harga ini adalah formula pricing, mark-up pricing, floor and ceiling price untuk penentuan harga beras. 4 Penentuan harga secara kolektif atau kelompok collective bargaining approaches to pricing . Penentuan ini bertujuan untuk meningkatkan bargaining power petani. Proses ini dapat dilakukan melalui koperasi dan asosiasi. Konsep penentuan harga dapat bersifat statis dan dinamis. Statis yang dimaksud adalah mengabaikan perbedaan waktu antara supply dan demand di produksi pertanian. Dengan demikian, waktu antara penawaran dan permintaan diasumsikan sama. Bersifat dinamis yaitu ada perbedaan waktu antara harga t-1 yang mempengaruhi supply t, sedangkan pada demand t dipengaruhi harga pada saat yang sama t. 22

3. Kinerja Pasar Market Performance

Kinerja pasar menurut Dahl dan Hammond 1977 merupakan keadaan sebagai akibat dari struktur dan perilaku pasar. Kondisi ini yang akhirnya menunjukkan penilaian baik atau tidaknya suatu sistem pemasaran. Menurut Teguh 2008 kinerja pasar merupakan hasil-hasil atau prestasi yang muncul didalam pasar sebagai reaksi akibat terjadinya tindakan-tindakan para pesaing pasar yang menjalankan berbagai strategi dan menguasai kondisi pasar. Kinerja pasar dapat muncul dalam berbagai bentuk seperti harga, keuntungan dan efisiensi. Hal ini sejalan dengan pendapat Carlton dan Perloff 2000 yang menyatakan bahwa kinerja pada akhirnya akan menggambarkan hasil dari perilaku pasar yang dimungkinkan oleh struktur pasar yang terbentuk. Keterkaitan struktur pasar yang terbentuk akan mempengaruhi proses penentuan harga yang terjadi. Tekanan pokok efisiensi pemasaran terletak pada faktor-faktor yang mempengaruhi harga. Harga yang efisien menurut Kohls dan Uhl 2002 ditekankan kepada kemampuan keterkaitan harga dalam mengalokasikan komoditi dari produsen ke konsumen yang disebabkan oleh perubahan tempat, bentuk dan waktu yang melibatkan fungsi-fungsi pemasaran. Di sisi lain, harga dapat dipengaruhi oleh struktur pasar yang terjadi. Pada struktur pasar monopoli, perusahaan besar atau lembaga pemasaran yang memiliki market power lebih mudah menentukan harga dibandingkan perusahaan kecil. Pada struktur pasar oligopoli, keputusan perusahaan dalam menentukan harga dan jumlah output akan mempengaruhi perusahaan lainnya., baik yang sudah ada existing firms maupun yang berada di luar pasar potential firms. Oleh karenanya, guna menahan perusahaan potensial untuk masuk dalam pasar, perusahaan yang sudah ada menempuh strategi menetapkan harga jual terbatas limiting prices yang membuat perusahaan menikmati laba super normal di bawah tingkat maksimum Rahardja dan Manurung 2008 Pada pasar persaingan sempurna, produsen akan menerima keuntungan normal normal profit. Produsen umumnya berproduksi pada situasi harga sama dengan biaya marjinal dan biaya rata-rata. Sebaliknya pada pasar monopoli, keuntunganyang diterima adalah super normal extra profit karena produsen berproduksi pada tingkat harga diatas biaya rata-rata pada rentangan kurva biaya rata-rata yang sedang menurun. Dengan kata lain, monopolis sengaja berproduksi pada situasi kapasitas produksi yang rendah sehingga keuntungan yang diperoleh menjadi lebih tinggi. Akibat dari penentuan keuntungan ini akan mempengaruhi efisiensi ekonomi. Secara normatif, pemasaran yang efisien adalah struktur pasar persaingan sempurna perfect competition. Tetapi struktur pasar ini secara realita tidak dapat ditemukan. Dimana pada pasar ini semua konsumen, produsen dan lembaga- lembaga yang terlibat memiliki kepuasan yang sama. Ukuran untuk mengukur tingkat kepuasan tersebut adalah sulit dan sangat relatif Kohls dan Uhl 2002. Oleh sebab itu, banyak pakar yang mempergunakan indikator ukuran efisiensi operasional dan efisiensi harga sebagai ukuran efisiensi dalam pemasaran Dahl dan Hammond 1977; Kohls dan Uhl 2002. Analisis yang sering digunakan dalam kajian efisiensi operasional adalah analisis marjin pemasaran dan farmer’s share. Efisiensi harga menekankan kepada kemampuan sistem pemasaran dalam menentukan alokasi sumberdaya 23 yang tersedia secara efisien apa yang diproduksi produsen dengan apa yang diinginkan konsumen. Tingkat efisiensi harga dapat tercapai apabila masing- masing pihak yang terlibat puas atau responsif terhadap harga price signals yang berlaku dan terjadi keterpaduan atau integrasi antara pasar acuan dengan pasar ditingkat petani. Alat analisis yang sering dipergunakan adalah korelasi harga antar pelaku pemasaran dan tingkat keterpaduan integrasi antar tingkat pasar Ravallion 1968.

a. Marjin Pemasaran

Menurut Tomek dan Robinson 1990 terdapat dua alternatif dalam memahami defenisi marjin pemasaran yaitu 1 perbedaan harga yang dibayarkan konsumen Pr dengan harga yang diterima produsen Pf atau dapat dituliskan � = − dan 2 merupakan harga dari kumpulan jasa-jasa pemasaran sebagai akibat adanya aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam sistem pemasaran. Dengan kata lain, pengertian ini lebih bersifat ekonomis karena menangkap peran nilai tambah added value dari adanya kegiatan pemasaran. Selain itu, juga mengandung konsep derived supply penawaran turunan dan derived demand permintaan turunan. Marjin pemasaran menunjukkan perbedaan harga di tingkat petani Pf dengan harga di tingkat pengecer Pr. Secara matematis, dapat ditulis sebagai berikut : M i = Pr i − Pf i 5 M i = C i − π i 6 dimana : Mi = Marjin pemasaran pada saliran pemasaran tingkat pasar Pr i = Harga jual di pasar ke-i Pf i = Harga beli di tingkat petani ke-i C i = Biaya pemasaran di tingkat pedagang ke-1 π i = Keuntungan pemasaran pada pedagang ke-i i = 1,2,3 …., n Dengan demikian total marjin pemasaran M adalah : M = Mi n i=1 7 Bila marjin pemasaran Pr-Pf dikalikan jumlah produk yang ditawarkan Qr,f maka hasilnya disebut nilai marjin pemasaran the value of the marketing margin atau VMM Kohls dan Uhl 2002. Secara matematik sederhana VMM = Pr – Pf Q. Nilai dari marjin pemasaran VMM dapat dipandang secara agregat atau kedalam dua aspek yang berbeda. Aspek pertama dari VMM adalah penerimaan dari input yang dipergunakan dalam proses pengolahan atau jasa pemasaran dari tingkat petani sampai konsumen marketing costs or returns to factors ; termasuk dalam kelompok ini adalah upah, suku bunga, sewa dan keuntungan. Aspek kedua dari VMM adalah returns toinstitutions or marketing charges yaitu pedagang pengecer, grosir, pengolah dan assemblers. Berdasarkan Gambar 9 terlihat bahwa marjin pemasaran merupakan selisih harga yang dibayarkan konsumen Pr dengan harga yang diterima oleh petani Pf dan juga 24 merupakan kumpulan jasa-jasa pemasaran sebagai akibat adanya aktivitas bisnis yang dilakukan. Gambar 9 Marjin pemasaran Sumber : Dahl dan Hammond 1977 Keterangan : Pf = Harga di tingkat petani Pr = Harga di tingkat pedagang Sf = Kurva penawaran petani Sr = Kurva penawaran pedagang Df = Kurva permintaan petani Dr= Kurva permintaan pedagang Qr, f = Jumlah keseimbangan ditingkat petani dan pedagang Faktor-faktor yang mempengaruhi marjin pemasaran komoditas pertanian adalah biaya angkut, perlakuan baru, biaya penyusutankerusakan, tingkat harga beli, besar keuntungan, modal kerja dan kapasitas penjualan Kohls dan Uhl 2002. Secara umum, suatu sistem pemasaran dikatakan efisien bila komoditi yang dipasarkan memiliki marjin pemasaran yang rendah dengan tingkat harga yang tinggi. Namun hal ini tidak berlaku mutlak, karena marjin pemasaran yang besar dapat diakibatkan adanya perubahan nilai tambah produk yang dihasilkan sehingga mampu meningkatkan kepuasan konsumen. Pada kondisi ini dapat saja dikatakan pasar lebih efisien. Menurut Tomek dan Robinson 1990 marjin pemasaran komoditas pertanian umumnya tinggi, yang disebabkan karena komoditas pertanian bersifat musiman, bentuk besar voluminous dan mudah busuk perishable, sehingga menyebabkan tingginya biaya penyimpanan dan pengangkutan. b. Farmer’s Share Konsep marjin pemasaran sangat erat kaitannya dengan bagian harga yang diterima petani farmer’s share. Menurut Kohls dan Uhl 2002 farmer’s share merupakan persentase harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen dalam bentuk persentase . Secara umum, besaran farmer share dan marjin pemasaran bervariasi antar komoditi tergantung biaya relatif pemasaran yang dikeluarkan sehubungan dengan nilai tambah the value- added utilities waktu, bentuk, kepemilikan dan tempat berdasarkan aktifitasbisnis atau fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan Kohls dan Uhl 2002. Oleh Marjin Pemasaran Pf Jumlah Produk Q Qr,f Df Dr Sf Sr Harga P Pr 25 karenanya, marjin yang tinggi dan farmer share yang rendah, belum dapat dikategorikan sebagai pemasaran efisien atau tidak. Namun harus memperhitungkan bentuk, fungsi dan atribut-atribut yang melekat pada produk hingga sampai ke konsumen akhir. Farmer’s share merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan efisiensi pemasaran dari sisi pendapatan petani. Secara sederhana farmer’s share dirumuskan sebagai berikut : FS = P f P r × 100 persen 8 dimana : FS = Bagian harga yang diterima petani farmer’s share P f = Harga di tingkat petani P r = Harga di tingkat pedagang c. Integrasi Pasar Vertikal Integrasi pasar adalah seberapa jauh pembentukan harga komoditi pada suatu tingkat lembaga atau pasar dipengaruhi oleh harga di tingkat lembaga lainnya. Dua pasar dikatakan terpadu apabila perubahan harga dari salah satu pasar atau tingkat lembaga disalurkan ke pasar lainnya. Integrasi pasar penting untuk melihat sejauhmana kelancaran informasi dan efisiensi pemasaran. Integrasi pasar terjadi apabila terdapat informasi pasar yang memadai dan informasi tersebut disalurkan dengan cepat. Menurut Breshnahan dan Levin 2012 dalam integrasi pasar terdapat perbedaan antara teori ekonomi organisasi dengan teori organisasi industri. Teori ekonomi industri cenderung menekankan pada masalah kontrak yang mempengaruhi keputusan untuk melakukan integrasi perusahaan, terkait sumber daya atau kemampuan perusahaan dalam melakukan integrasi. Sedangkan teori organisasi industri menekankan hubungan antara keputusan integrasi dan penentuan struktur pasar pada setiap tingkat pasar yang dilewati oleh produk-produk yang dipasarkan. Pada dasarnya integrasi pasar dapat dibedakan menjadi dua bagian berdasarkan hubungan yang dianalisis yaitu integrasi pasar spasial dan integrasi vertikal. Integrasi pasar spasial merupakan tingkat keterkaitan hubungan antara pasar regional dan pasar regional lainnya. Analisis integrasi vertikal bertujuan untuk melihat keeratan hubungan antara lembaga pemasaran yang satu dengan lainnya dalam satu sistem pemasaran. Porter 1980 menambahkan manfaat yang dihasilkan dengan adanya integrasi pasar vertikal antara lain tercapainya penghematan dalam penggabungan operasi perbedaan teknologi, pengendalian dan koordinasi internal komunikasi efektif, pengumpulan informasi pasar, hubungan bisnis yang stabil, kepastian atas pasokan dan permintaan, penghapusan kekuatan tawar menawar yang dominan dan peningkatan kemampuan untuk melakukan diferensiasi produk. Pada kondisi pasar yang terintegrasi, setiap tingkat lembaga pemasaran di bawahnya dapat menentukan posisi tawarnya dalam pembentukan harga Tomek dan Robinson 1977. Pendekatan dalam Analisis Integrasi Pasar Vertikal Pada analisis integrasi pasar, terdapat empat pendekatan yang umum digunakan yaitu 1 analisis korelasi harga, 2 analisis regresi sederhana, 3