mempunyai prospek untuk dikembangkan dan belum mempunyai jaminan yang cukup untuk memperoleh kredit bank serta memiliki omset di bawah Rp
200.000.000. Program Bina Lingkungan yaitu program pemberdayaan kondisi masyarakat dan lingkungan yang berada di sekitar lokasi perusahaan,
melalui pemanfaatan dana sebesar maksimal 2 dari laba bersih perusahaan. Program Bina Lingkungan diberikan dalam bentuk hibah khusus bagi
masyarakat kurang mampu dalam bentuk bantuan pendidikan, bantuan kesehatan, bantuan bencana alam, bantuan sarana dan prasarana umum, serta
bantuan sarana ibadah. Berbagai program ini dimaksudkan untuk mendorong peningkatan kesempatan kerja dan mengurangi tingkat kemiskinan dengan
prioritas sektor-sektor yang memiliki daya tampung tenaga kerja yang tinggi seperti pada sektor pertanian, industri padat karya, perdagangan dll.
PT Sucofindo Persero ikut berperan aktif dalam mensukseskan program Pemerintah tersebut, melalui PKBL diharapkan mitra binaan dapat
berkembang pesat
baik dari
sisi omset
penjualan, pemasaran,
manajemenpengelolaan keuangan dan pertumbuhan usaha. Melalui program kemitraan antara Perusahaan BUMN dengan mitra binaan yang dilakukan
secara terus menerus mitra binaan akan mampu mencetak pertumbuhan laba usaha secara signifikan, hal inilah yang mendorong suatu penelitian perlu
dilakukan untuk mendapatkan jawaban, apakah pinjaman program kemitraan dapat meningkatkan kinerja profit margin, return on total assets ROTA,
Return On Equity ROE, Perputaran Modal Kerja, Omset Penjualan dan jumlah pegawai mitra binaan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka ditentukan suatu rumusan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah pinjaman program kemitraan PT Sucofindo Persero
berpengaruh pada peningkatan kinerja profit margin, return on total assets ROTA, Return On Equity ROE, dan perputaran modal kerja?
2. Apakah pinjaman program kemitraan PT Sucofindo Persero
berpengaruh pada peningkatan omset penjualan dan jumlah pegawai mitra binaan ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian dilakukan untuk menjawab permasalahan di atas dengan tujuan menganalisa pengaruh pinjaman program kemitraan terhadap
peningkatan kinerja mitra binaan sedangkan tujuan penelitian secara khusus adalah:
1. Menganalisis rasio keuangan profit margin, ROTA, ROE, perputaran
modal kerja sebelum dan setelah adanya pinjaman program kemitraan kepada usaha kecil.
2. Menganalisis omset penjualan dan jumlah pegawai sebelum dan setelah
adanya pinjaman program kemitraan kepada usaha kecil.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kategori Usaha Kecil
Menurut Hubeis 2009 usaha kecil secara kriteria dapat dikelompokkan atas dua pemahaman sebagai berikut :
1. Ukuran dari usaha atau jenis kewirausahaanyatahap pengembangan
usaha. Dalam hal ini usaha kecil diklasifikasikan atas 1 Self-employment
perorangan; 2 Self-employment kelompok; dan 3 industri rumah tangga yang berdasarkan jumlah tenaga kerja dan modal usaha.
Tahap pengembangan usahanya dapat dilihat dari aspek pertumbuhan menurut pendekatan efisiensi dan produktivitas, yaitu 1 tingkat
survival menurut ukurannya Self-employment perorangan hingga industri rumah tangga; 2 tingkat konsolidasi menurut penggunaan
teknologi tradisional yang diikuti dengan kemampuan mengadopsi teknologi modern; serta 3 tingkat akumulasi menurut penggunaan
teknologi modern yang diikuti dengan keterkaitannya dengan struktur ekonomi maupun industri.
2. Tingkat penggunaan teknologi.
Dalam hal ini usaha kecil terdiri atas 1 usaha kecil yang menggunakan teknologi tradisional yang nantinya meningkat menjadi modern dan 2
usaha kecil yang menggunakan teknologi modern dengan kecenderungan semakin menguat keterkaitannya dengan struktur ekonomi secara umum
dan struktur industri secara khusus. Usaha kecil yang benar-benar kecil dan mikro dapat dikelompokkan atas
pengertian : a.
Usaha kecil mandiri, yaitu tanpa menggunakan tenaga kerja lain; b.
Usaha kecil yang menggunakan tenaga kerja anggota keluarga sendiri;
c. Usaha kecil yang memiliki tenaga kerja upahan secara bertahap.
Usaha dengan kategori yang dimaksud di atas adalah yang sering dipandang sebagai usaha yang banyak menghadapai kesulitan, terutama
yang terkait dengan lemahnya kemampuan manajerial, teknologi dan permodalan yang terbatas, SDM, pemasaran dan mutu produk serta
faktor eksternal merupakan hambatan yang sulit diatasi, yaitu struktur pasar yang kurang sehat dan berkembangnya perusahaan
– perusahaan asing yang menghasilkan produk sejenis untuk segmen pasar yang sama.
Dalam perkembangannya menurut Hubeis 2009 UKM dapat dikelompokkan atas faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu :
1. Lokasi
a. UKM yang memperoleh bahan baku pangan secara meyebar seperti
mentega, keju dan susu bubuk pada umumnya melakukan proses yang ditandai dengan pengurangan berat dan pembuatan dimensi
menjadi kecil sehingga biaya pengiriman produk dapat ditekan lebih murah dibandingkan dengan biaya angkut bahan baku.
b. Produk hanya mempunyai pasar lokal terbatas dan biaya transport
relatif tinggi. Sebagai contoh es krim, kasur dan batu bata. Proses yang dilakukan ditandai dengan produk besar, berat, sulit dipegang
dan mudah rusak, kombinasi dari sumber yang terpisah, biaya pemindahan produk jadi lebih tinggi dari biaya pemindahan bahan
baku, maka lokasi perlu dekat dengan pasar dan proses produksi memakai biaya cukup besar, tetapi terdiri atas operasiteknik
pencampuran sederhana atau proses sederhana lainnya yang memberikan keuntungan relatif kecil untuk perusahaan besar atau
lebih menguntungkan bila dibuat oleh UKM. c.
UKM jasa, seperti percetakan, pelapisan logam dan pengerjaan panas logam dengan proses yang ditandai oleh permintaan bervariasi
akibat pesanan individual, mempunyai kontak langsung yang erat dengan konsumen dan memerlukan ketrampilan khusus sehingga
biaya tenaga kerja menjadi lebih besar, lokasi perusahaan dekat dengan lokasi konsumen dan tidak cocok untuk indusri perusahaan
besar karena jumlah konsumennya terbatas.
2. Proses
a. UKM dengan proses pabrikasi yang dapat dipisahkan. Dalam hal ini
produk yang dihasilkan menuntut adanya operasi pengerjaan yang dapat dipisahkan seperti produk yang dikerjakan dengan mesin
perkakas. Sebagai contoh mur baut dan piston. Proses biasanya ditandai oleh tuntutan adanya spesialisasi keahlihan tinggi inovasi
dan pembagian tugas dalam melaksanakan proses; memerlukan alat- alat khusus dan alat bantu dalam melaksanakan proses operasi;
adanya integrasi maupun pemisahan berbagai proses; baik dalam satu pabrik atau beberapa pabrik dan lokasi perusahaan dekat dengan
konsumen sehingga memudahkan komunikasi untuk pesanan- pesanan khusus. Hal lainnya potensi pasarnya terbatas.
b. UKM memerlukan presisi, seperti baju dan perhiasan intanbatu-
batuan. Proses produksinya biasanya ditandai dengan lebih banyak pekerjaan menggunakan tangan dan dengan tingkat ketrampilan
tinggi; biaya transportas rendah dibandingkan dengan harga produk; dapat memilih lokasi di pusat-pusat distribusi, dengan harga harus
mendekati sumber-sumber bahan baku atau konsumen, tetapi untuk jenis produk yang nilainya lebih rendah misalnya usaha kap lampu,
bunga plastik dengan transportasi produk relatif tinggi; maka lebih baik memilih lokasi lebih dekat dengan konsumen agar mengurangi
persaingan. c.
Perakitan sederhana, seperti proses pencampuran dan proses finishing. Sebagai contoh pabrik lem, penjilitan buku dan pabrik tinta
cetak. Proses ditandai dengan adanya operasi fisik relatif sederhana sehingga pabrik berukuran kecil, proses tidak rumit dan jumlah tidak
banyak serta memerlukan peralatan mesin-mesin sederhana yng tidak menuntut skala ekonomi tinggi.
3. Pasar.
a. Rendah, seperti peralatan jadi, tas dan dompet. Proses ditandai
dengan pembuatan dalam jumlah besar massal, tetapi tidak dalam waktu lama sehingga terdapat keragaman produk. Keberagaman
produk mendorong produk berorientasi pada proses perakitan yang tidak menuntut peralatan mahal, tetapi biaya bahan merupakan unsur
relatif tinggi prosentasenya bila dibandingkan dengan biaya pembuatan sehingga membatasi aspek penggunaan dan dimensi
konsumen produk tersebut. b.
UKM yang melayani pasar berukuran kecil. Sebagai contoh pembuatan tenda dan jok mobil. Proses ditandai dengan kecilnya
permintaan untuk setiap jenis produk dan pemasukan pendapatan yang kecil sehingga tidak menguntungkan bagi usaha dengan
investasi besar. Kecilnya produk yang dihasilkan akibat sifatnya yang bervariasi dan selalu berbeda demi memenuhi selera konsumen serta
potensi pasar terbatas.
B. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM