Analysis of Partnership Program on Trained Partners in Improving Performance of PT Sucofindo (Persero) in Jabotabek

(1)

PT SUCOFINDO (PERSERO) DI JABOTABEK

HERI SUPRAYITNO

S E K O L A H P A S C A S A R J A N A

I N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R

B O G O R

2012


(2)

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam Laporan Tugas Akhir yang berjudul :

Analis a Pinja man Prog ra m Kemi traan pada Pe n i n g k a t a n K i n e r j a M i t r a B i n a a n

PT Sucofindo (Persero) di Jabotabek

merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri, dengan bimbingan dari komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tugas akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lainnya.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Laporan ini.

Bogor, April 2012

Heri Suprayitno P054090025


(3)

Heri Suprayitno. Analysis of Partnership Program on Trained Partners in Improving Performance of PT Sucofindo (Persero) in Jabotabek. Supervised by Hartrisari Hardjomidjojo as chairwoman and Ma’mun Sarma as member.

Partnership program is a program aimed to increase the ability of small businesses to be resilient and self-sufficient through the use of funds less than 1-2% of net profit. Partnership program has targeted in small business in the company’s region area which has been doing the business activities for at least 1 year, owning prospects to be developed and not yet having sufficient collateral to obtain bank credit and and has turnover below 200 million. PT Sucofindo (Persero) is a State-owned Business which gives loans to small and medium business (SME) through the Program of Partnership and Environment Management. The aim of this study was to analyze: 1) financial profit margin ratio, ROTA, ROE, the circulation of work capital, 2) the changes of turnover and 3) the changes of labours before and after the partnership loan program to the UMK. The study was conducted from April to July 2011 in Jabotabek. Primary data was collected from questioner, interviews and observation, secondary data was collected from literature such as journals, magazines and books. The object was SME that has received the loan from Program of Partnership and Environment Management within 1 to 3 years. The results showed that there was an increase in the measures of SME financial performance, namely: (1) Profit Margin (PM), (2) Return on Total Assets (ROTA), (3) The Return On Equity (ROE), (4) Working Capital Turnover (WCT), (5) Sales and (6) Labours. The conclusion of this study was that PT Sucofindo (Persero) should socialize the procedure to reach the facility of the credit of work capital to the SME.

Keywords: Small and Medium Enterprise, Program of Partnership and Environment Management, loan, Profit Margin, Return on Total Assets, Return On Equity, Working Capital Turnover


(4)

Heri Suprayitno. Analisa Pi njam an Program Kemit raan pada P e n i n gk a t a n K i n e r j a M i t r a B i n a a n PT Sucofindo (Persero) di Jabotabek. Di bawah bimbingan Hartrisari Hardjomidjojo sebagai Ketua dan Ma’mun Sarma sebagai anggota.

Pemerintah melalui Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor : Per-05/MBU/2007 mengeluarkan ketentuan Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Program Kemitraan merupakan suatu program yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari 1% - 3% dari laba bersih perusahaan. Program Kemitraan memiliki sasaran yaitu usaha kecil di wilayah regional perusahaan yang telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 tahun, mempunyai prospek untuk dikembangkan dan belum mempunyai jaminan yang cukup untuk memperoleh kredit bank serta memiliki omset di bawah Rp. 200 juta. Program Bina Lingkungan yaitu program pemberdayaan kondisi masyarakat dan lingkungan yang berada di sekitar lokasi perusahaan, melalui pemanfaatan dana sebesar maksimal 2 % dari laba bersih perusahaan. Program Bina Lingkungan diberikan dalam bentuk hibah khusus bagi masyarakat kurang mampu dalam bentuk bantuan pendidikan, bantuan kesehatan, bantuan bencana alam, bantuan sarana dan prasarana umum, serta bantuan sarana ibadah. PT Sucofindo (Persero) ikut berperan aktif dalam mensukseskan program Pemerintah tersebut, melalui program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) diharapkan mitra binaan dapat berkembang pesat baik dari sisi omset penjualan, pemasaran, manajemen/pengelolaan keuangan dan pertumbuhan usaha. PT Sucofindo (Persero) menyalurkan pinjaman program kemitraan kepada mitra binaan. Hal inilah yang mendorong suatu penelitian perlu dilakukan untuk mendapatkan jawaban, apakah pinjaman program kemitraan dapat meningkatkan kinerja (profit margin, return on total assets (ROTA), Return On Equity (ROE), Perputaran Modal Kerja, Omset Penjualan dan jumlah pegawai) mitra binaan.

Tujuan penelitian adalah : 1) Menganalisa rasio keuangan profit margin, ROTA, ROE, perputaran modal kerja sebelum dan setelah adanya pinjaman program kemitraan kepada usaha kecil. 2).Menganalisa omset penjualan dan jumlah pegawai sebelum dan setelah adanya pinjaman program kemitraan kepada usaha kecil. Data yang dibutuhkan berasal dari data primer dan sekunder, baik kuantitatif maupun kualitatif, untuk mendapatkan data tersebut digunakan teknik pengumpulan data, wawancara terstruktur untuk mendapatkan data primer langsung dari mitra binaan dengan menggunakan suatu instrumen penelitian kuesioner, teknik observasi digunakan untuk melakukan pencatatan secara teliti dan sistematis terhadap obyek penelitian dalam melengkapi teknik wawancara.

Penelitian ini mencakup populasi UKM penerima bantuan dari PT Sucofindo (Persero) yang mencakup 375 UKM atau mitra binaan di wilayah Jabotabek. Sedangkan mitra binaan yang dijadikan obyek penelitian sebanyak 37 mitra binaan yang telah menerima pinjaman program kemitraan di atas 1 tahun sampai dengan 3 tahun. Kinerja UKM setelah menerima bantuan dibandingkan


(5)

Pegawai, berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : Hasil analisis rasio keuangan profit margin, ROTA, ROE, perputaran modal kerja, omset penjualan dan jumlah pegawai mitra binaan sebelum dan setelah adanya pinjaman program kemitraan kepada usaha kecil sebagai berikut : (a) Terjadi peningkatan pada semua ukuran kinerja, yaitu (1) Profit Margin (PM), (2) Return on Total Asset

(ROTA), (3) Return on Equity (ROE) dan (4) Perputaran Modal Kerja (PMK), omset penjualan dan jumlah pegawai mitra binaan yang mendapat bantuan dari keadaan sebelum mendapat bantuan dan setelah mendapat bantuan, (b) Sektor industri dan perdagangan menunjukkan perubahan nilai ROTA lebih tinggi dibandingkan dengan sektor jasa, Total aset kurang dari 100 juta rupiah memberikan perubahan ROTA yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan dengan total aset lebih dari atau sama dengan 100 juta rupiah. Jangka waktu kredit 24 bulan menunjukkan perubahan nilai PMK yang lebih tinggi daripada jangka waktu kredit 12 bulan, dan usaha -usaha dengan total aset kurang dari 100 juta rupiah memberikan perubahan PMK yang lebih tinggi dibandingkan dengan usaha-usaha dengan total aset lebih dari atau sama dengan 100 juta rupiah, (c) Mitra binaan yang bergerak di bidang jasa dengan total aset lebih dari atau sama dengan 100 juta rupiah memiliki rata-rata peningkatan PM yang lebih tinggi daripada usaha dengan total aset kurang dari 100 juta rupiah. Jangka waktu kredit 24 bulan memiliki rata-rata peningkatan ROE lebih tinggi dibandingkan jangka waktu kredit 12 bulan, (d) Omset penjualan, dan jumlah pekerja, masing-masing faktor menunjukkan adanya pengaruh rata peningkatan penjualan, dan rata-rata peningkatan jumlah pekerja lebih tinggi untuk jangka waktu kredit 24 bulan dibanding jangka waktu kredit 12 bulan.


(6)

© Hak Cipta IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan yang wajar IPB

2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis


(7)

PT SUCOFINDO (PERSERO) DI JABOTABEK

HERI SUPRAYITNO

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

S E K O L A H P A S C A S A R J A N A

I N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R

B O G O R

2012


(8)

Peningkatan K i n e r j a M i t r a B i n a a n PT Sucofindo (Persero) di Jabotabek

Nama : Heri Suprayitno

Nomor Pokok : P054090025

Program : Industri Kecil Menengah

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA.

Ketua

Dr.Ir. Ma’mun Sarma, MS,M.Ec

Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Industri Kecil dan Menengah

Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing, DEA

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr


(9)

Penulis lahir di Ponorogo, Jawa Timur pada tanggal 25 Nopember 1966 sebagai putra kedua dari pasangan Bapak Soewaris (Alm.) dan Ibu Esty Mumpuni Lestari.

Tahun 1978, penulis lulus Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Purwosari-Babadan Ponorogo, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah I Ponorogo dan lulus tahun 1984. Selanjutnya penulis diterima di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri II Ponorogo dan lulus tahun 1987. Gelar sarjana diperoleh penulis tahun 1992 dari Program Studi Ekonomi Akuntansi, Universitas Merdeka Malang.

Setelah memperoleh gelar kesarjanaan, penulis pada tahun 1993 diterima bekerja sebagai staf auditor Keuangan Akuntansi di Satuan Pengawasan Intern (SPI) PT. Sucofindo (Persero).

Penulis menikah dengan Diyah Utami pada tahun 1995 dan dikaruniai 2 (dua) orang putra yaitu Gerry Anggasta Dhaneswara (15 tahun) dan Farrel Fachrucio Alfares (10 tahun). Dalam usaha meningkatkan kualitas individu dan mengembangkan wawasan untuk lingkungan kantor maupun lingkungan diluar kantor, penulis melanjutkan pendidikan Pascasarjana pada Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 angkatan 12.


(10)

i

Segala puji dipanjatkan bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang karena atas berkat dan rahmat-Nya tugas akhir ini dapat diselesaikan. Tugas akhir yang berjudul Analisa Pinjaman Program Kemitraan Pada Peningkatan Kinerja Mitra Binaan PT Sucofindo (Persero) di Jabotabek ini merupakan salah satu syarat untuk penyelesaian studi pada Program Studi Magister Profesional Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih disampaikan atas bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak sehingga Tugas Akhir ini bisa terselesaikan. Untuk itu, disampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA selaku pembimbing utama yang telah memberikan arahan, bimbingan dan dorongan selama kegiatan kajian dan penulisan tugas akhir ini.

2. Dr. Ir. Ma’mun Sarma, M.Ec selaku pembimbing anggota yang juga telah memberikan pengarahan dan bimbingannya.

3. Seluruh dosen pengajar PS MPI IPB yang telah memberikan dukungan kepada mahasiswa agar dapat menyelesaikan kuliahnya dalam kesempatan pertama dan seluruh staf administrasi PS MPI IPB yang telah turut memberi bantuan dan dukungan.

4. Senior Manager, para manager dan seluruh staf Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT Sucofindo (Persero) yang selalu mendorong dan memudahkan kami dalam memperoleh data.

5. Istriku dan anak-anakku tersayang atas dukungan, serta dorongan semangat yang luar biasa dan memberikan inspirasi bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan ini.

6. Teman-teman MPI angkatan ke-12 yang sudah ikut memberikan dorongan dan bantuan moril dalam penulisan karya akhir ini.

7. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian tulisan ini.


(11)

ii

masih jauh dari sempurna, sehingga saran dan kritik sangat diharapkan untuk kesempurnaannya. Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Bogor, April 2012


(12)

iii

Halaman

PRAKATA ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Kategori Usaha Kecil... 6

B. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ... 9

C. Pembinaan dan Pengembangan UKM ... 12

D. Pengertian Laporan Keuangan ... 19

E. Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan ... 20

F. Pengertian Rasio Keuangan ... 22

III. METODE KAJIAN ... 28

A. Lokasi ... 28

B. Waktu ... 28

C. Teknik Pengumpulan Data... 28

D. Populasi dan sampel ... 28

E. Informasi Yang Dikumpulkan ... 29

F. Analisis Data ... 30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Sejarah dan Perkembangan PT Sucofindo (Persero) ... 32

B. Produk PT Sucofindo (Persero) ... 33

C. Kondisi Lingkungan ... 34

D. Perkembangan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT Sucofindo (Persero) ... 36

E. Karakteristik Responden ... 47

F. Analisis Deskriptif ... 48


(13)

iv

DAFTAR PUSTAKA ... 71 LAMPIRAN ... 73


(14)

v

Tabel Halaman

1. Profil Usaha di Indonesia ... 1

2. Kriteria UMKM Menurut UU No. 20 Tahun 2008 ... 10

3. Anggaran dan Realisasi Penyaluran Pinjaman PKBL 2010 ... 44

4. Anggaran dan Realisasi Program Bina Lingkungan 2010 ... 45

5. Akumulasi Penyaluran Pinjaman PKBL PT Sucofindo (Persero) ... 45

6. Klasifikasi Pinjaman PKBL Mitra Binaan per 31 Des 2010 ... 46

7. Klasifikasi Pinjaman PKBL Mitra Binaan per 31 Des 2009 ... 46

8. Karakteristik Responden Mitra Binaan PT Sucofindo (Persero) ... 47

9. Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan profit margin (PM) ... 50

10. Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan ROTA ... 52

11. Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan ROE ... 53

12. Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan PMK ... 55

13. Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan omset penjualan ... 57

14. Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan jumlah pegawai ... 59

15. Hasil uji t atas hipotesis tentang perubahan kinerja ... 60

16. Hasil Uji-F model Analisis Ragam Perubahan Kinerja Pada Lima Peubah Faktor ... 61


(15)

vi

Gambar Halaman

1. Struktur Organisasi PKBL PT Sucofindo (Persero)... 38

2. Rata-rata perubahan ROTA pada sektor usaha yang berbeda ... 62

3. Rata-rata perubahan ROTA pada total aset yang berbeda ... 63

4. Rata-rata perubahan PMK pada jangka waktu kredit yang berbeda ... 64

5. Rata-rata perubahan PMK pada total aset yang berbeda ... 64

6. Rata-rata perubahan PM pada pemberian kredit yang berbeda ... 65

7. Rata-rata perubahan PM pada total aset yang berbeda ... 66

8. Rata-rata perubahan ROE pada jangka waktu kredit yang berbeda ... 67

9. Rata-rata perubahan penjualan pada jangka waktu kredit yang berbeda . 67 10.Rata-rata perubahan jumlah tenaga kerja pada jangka waktu kredit yang berbeda ... 68


(16)

vii

Lampiran Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 73 2. Profil Mitra Binaan PT Sucofindo (Persero) ... 79 3. Perbandingan Profitabilitas Usaha Mitra Binaan PT Sucofindo (Persero) 80 4. Sektor Usaha Mitra Binaan PT Sucofindo (Persero) ... 81 5. Mitra Usaha Binaan Berdasarakan Jangka Waktu Kredit ... 83 6. Mitra Usaha Binaan Berdasarkan Lama Usaha ... 85 7. Kinerja Mitra Binaan PT Sucofindo (Persero) Berdasarkan Total Asset .. 87 8. Kinerja Mitra Binaan PT Sucofindo (Persero) Berdasarkan Tahun

Pencairan Kredit ... 89 9. Kinerja Mitra Binaan PT Sucofindo (Persero) Berdasarkan Plafon

(besaran) Kredit ... 91 10. Hasil Uji F ... 93


(17)

A. Latar Belakang

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi bagian penting dari sistem perekonomian Nasional yaitu mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan lapangan usaha dan lapangan kerja, peningkatan pendapat masyarakat serta ikut berperan dalam meningkatkan perolehan pendapatan devisa dan memperkokoh struktur ekonomi nasional (Hubeis, 2009).

Seperti diketahui bahwa pelaku ekonomi di Indonesia dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu Usaha Besar (UB), Usaha Menengah (UM) dan Usaha Kecil (UK), dari ketiga pelaku ekonomi tersebut jumlah yang paling banyak adalah sektor usaha kecil (UK) yang berjumlah 41,3 juta unit atau 99,13 % usaha menengah 361.052 unit usaha atau 0,87 % dan usaha besar (UB) 2.158 unit usaha atau 0,01 %, namun kenyataan UKM belum dapat mewujudkan kemampuan dan perannya secara optimal dalam perekonomian nasional. Hal ini disebabkan UKM masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala, baik yang bersifat eksternal maupun internal, dalam bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia dan teknologi, serta iklim usaha yang belum mendukung bagi perkembangan UKM, padahal UKM memberikan kesempatan kerja terbesar dibandingkan usaha menengah maupun besar, seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Profil Usaha di Indonesia

Parameter Skala Usaha

UK UM UB

Jumlah (Unit/%) 41.301.263/99,13 361.052/0,86 2.158/0,01

Kesempatan kerja (%) 88,92 10,54 0,54

Nilai tambah

(% terhadap ekonomi)

43,42 15,42 44,9

Produktivitas Kecil Menengah Besar

Sumber : Hubeis, 2009

Berdasarkan pengalaman terjadinya krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1997, di mana banyak usaha berskala menengah dan besar yang mengalami kebangkrutan, pabrik-pabrik besar mulai melakukan pengurangan


(18)

pegawai, penghentian kegiatan atau operasi, bahkan sampai terjadi pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran, kejadian tersebut sangat mempengaruhi perekonomian Indonesia, namun disisi lainnya sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut. UKM tetap bertahan bahkan cenderung menunjukan tingkat pertumbuhan yang lebih bagus, hal ini merupakan suatu solusi bagi peningkatan perekonomian suatu negara. Dalam krisis tersebut UKM sebagai contoh nyata, sebagai salah satu sektor industri yang sedikit bahkan tidak sama sekali terkena dampak krisis global tersebut. Dari pengalaman tersebut, kiranya tidak berlebihan apabila pemerintah dalam pengembangan sektor swasta lebih difokuskan pada UKM, terlebih lagi unit usaha ini seringkali terabaikan hanya karena hasil produksinya dalam skala kecil, kualitas produk belum memenuhi standar dan belum mampu bersaing dengan unit usaha lainnya. Pengembangan UKM perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari pemerintah maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi lainnya. Kebijakan pemerintah ke depan perlu diupayakan lebih kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan UKM. Pemerintah harus lebih meningkatkan perannya dalam pemberdayaan UKM, mengembangkan pola kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil, mengeluarkan kebijakan yang mendorong pertumbuhan dan peningkatan UKM, meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusianya, peningkatan akses pasar, mendorong dan memfasilitasi UKM untuk dapat melakukan kegiatan ekspor.

Peran UKM sangat penting dalam pengembangan usaha dan peningkatan perekonomian di Indonesia. UKM merupakan cikal bakal dari tumbuhnya usaha besar. Hampir semua usaha besar berawal dari UKM, UKM harus terus ditingkatkan agar dapat maju dan bersaing dengan perusahaan besar. Jika tidak, UKM di Indonesia yang merupakan pengerak perekonomian Indonesia tidak akan bisa maju dan berkembang. Satu hal yang perlu diingat dalam pengembangan UKM adalah bahwa langkah ini bukan semata-mata merupakan langkah yang harus diambil oleh Pemerintah dan hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah, pihak UKM sendiri sebagai


(19)

pihak yang dikembangkan harus ikut berperan aktif bersama-sama dengan Pemerintah untuk mencapai kemajuan UKM, setelah UKM sudah tumbuh dan berkembang dengan baik maka UKM tersebut harus membantu usaha kecil lainnya agar dapat menjadi UKM yang tangguh dan mandiri. Selain Pemerintah dan UKM, peran sektor Perbankan juga sangat penting dalam pemberian pinjaman/kredit lunak perbankan untuk membantu permodalan UKM sehingga mampu meningkatkan skala usaha maupun untuk menambah investasi yang diperlukan agar mampu bersaing dengan usaha lainnya, pemberian pinjaman/kredit tersebut bukan hanya tanggung jawab sektor perbankan namun peran para investor baik itu dari dalam maupun luar negeri, tidak dapat di kesampingkan untuk membantu ketersediaan dana atau modal yang cukup bagi pengembangan dan peningkatan UKM.

Dalam rangka pembinaan dan peningkatan sektor UKM Pemerintah Indonesia sebenarnya telah memberikan kemudahan kepada pengusaha kecil dalam rangka memperoleh bantuan kredit, salah satunya adalah kebijakan yang mengharusnya Badan Usaha Milik Negara (BUMN), melalui Menteri Keuangan menerbitkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 1232/KMK.013/1989 yang mewajibkan semua BUMN menyisihkan laba sebesar 1% - 3% untuk pembinaan pengusaha golongan ekonomi lemah dan Koperasi (Pegelkop). Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 316/KMK.016/1994 program ini berganti nama menjadi program Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK), terakhir melalui Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: Per-05/MBU/2007 nama program diganti menjadi Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, yang dinamakan sebagai program kemitraan dan bina lingkungan atau PKBL.

Program PKBL terdiri dari Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan. Program Kemitraan merupakan suatu program yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari 1% - 3% dari laba bersih perusahaan. Program Kemitraan memiliki sasaran yaitu usaha kecil di wilayah regional perusahaan yang telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 tahun,


(20)

mempunyai prospek untuk dikembangkan dan belum mempunyai jaminan yang cukup untuk memperoleh kredit bank serta memiliki omset di bawah Rp 200.000.000. Program Bina Lingkungan yaitu program pemberdayaan kondisi masyarakat dan lingkungan yang berada di sekitar lokasi perusahaan, melalui pemanfaatan dana sebesar maksimal 2% dari laba bersih perusahaan. Program Bina Lingkungan diberikan dalam bentuk hibah khusus bagi masyarakat kurang mampu dalam bentuk bantuan pendidikan, bantuan kesehatan, bantuan bencana alam, bantuan sarana dan prasarana umum, serta bantuan sarana ibadah. Berbagai program ini dimaksudkan untuk mendorong peningkatan kesempatan kerja dan mengurangi tingkat kemiskinan dengan prioritas sektor-sektor yang memiliki daya tampung tenaga kerja yang tinggi seperti pada sektor pertanian, industri padat karya, perdagangan dll.

PT Sucofindo (Persero) ikut berperan aktif dalam mensukseskan program Pemerintah tersebut, melalui PKBL diharapkan mitra binaan dapat berkembang pesat baik dari sisi omset penjualan, pemasaran, manajemen/pengelolaan keuangan dan pertumbuhan usaha. Melalui program kemitraan antara Perusahaan BUMN dengan mitra binaan yang dilakukan secara terus menerus mitra binaan akan mampu mencetak pertumbuhan laba usaha secara signifikan, hal inilah yang mendorong suatu penelitian perlu dilakukan untuk mendapatkan jawaban, apakah pinjaman program kemitraan dapat meningkatkan kinerja (profit margin, return on total assets (ROTA),

Return On Equity (ROE), Perputaran Modal Kerja, Omset Penjualan dan jumlah pegawai) mitra binaan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka ditentukan suatu rumusan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah pinjaman program kemitraan PT Sucofindo (Persero) berpengaruh pada peningkatan kinerja (profit margin, return on total assets (ROTA), Return On Equity (ROE), dan perputaran modal kerja?


(21)

2. Apakah pinjaman program kemitraan PT Sucofindo (Persero) berpengaruh pada peningkatan omset penjualan dan jumlah pegawai mitra binaan ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian dilakukan untuk menjawab permasalahan di atas dengan tujuan menganalisa pengaruh pinjaman program kemitraan terhadap peningkatan kinerja mitra binaan sedangkan tujuan penelitian secara khusus adalah:

1. Menganalisis rasio keuangan profit margin, ROTA, ROE, perputaran modal kerja sebelum dan setelah adanya pinjaman program kemitraan kepada usaha kecil.

2. Menganalisis omset penjualan dan jumlah pegawai sebelum dan setelah adanya pinjaman program kemitraan kepada usaha kecil.


(22)

A. Kategori Usaha Kecil

Menurut Hubeis (2009) usaha kecil secara kriteria dapat dikelompokkan atas dua pemahaman sebagai berikut :

1. Ukuran dari usaha atau jenis kewirausahaanya/tahap pengembangan usaha.

Dalam hal ini usaha kecil diklasifikasikan atas (1) Self-employment

perorangan; (2) Self-employment kelompok; dan (3) industri rumah tangga yang berdasarkan jumlah tenaga kerja dan modal usaha.

Tahap pengembangan usahanya dapat dilihat dari aspek pertumbuhan menurut pendekatan efisiensi dan produktivitas, yaitu (1) tingkat

survival menurut ukurannya (Self-employment perorangan hingga

industri rumah tangga); (2) tingkat konsolidasi menurut penggunaan teknologi tradisional yang diikuti dengan kemampuan mengadopsi teknologi modern; serta (3) tingkat akumulasi menurut penggunaan teknologi modern yang diikuti dengan keterkaitannya dengan struktur ekonomi maupun industri.

2. Tingkat penggunaan teknologi.

Dalam hal ini usaha kecil terdiri atas (1) usaha kecil yang menggunakan teknologi tradisional yang nantinya meningkat menjadi modern dan (2) usaha kecil yang menggunakan teknologi modern dengan kecenderungan semakin menguat keterkaitannya dengan struktur ekonomi secara umum dan struktur industri secara khusus.

Usaha kecil yang benar-benar kecil dan mikro dapat dikelompokkan atas pengertian :

a. Usaha kecil mandiri, yaitu tanpa menggunakan tenaga kerja lain; b. Usaha kecil yang menggunakan tenaga kerja anggota keluarga

sendiri;

c. Usaha kecil yang memiliki tenaga kerja upahan secara bertahap. Usaha dengan kategori yang dimaksud di atas adalah yang sering dipandang sebagai usaha yang banyak menghadapai kesulitan, terutama


(23)

yang terkait dengan lemahnya kemampuan manajerial, teknologi dan permodalan yang terbatas, SDM, pemasaran dan mutu produk serta faktor eksternal merupakan hambatan yang sulit diatasi, yaitu struktur pasar yang kurang sehat dan berkembangnya perusahaan – perusahaan asing yang menghasilkan produk sejenis untuk segmen pasar yang sama. Dalam perkembangannya menurut Hubeis (2009) UKM dapat dikelompokkan atas faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu :

1. Lokasi

a. UKM yang memperoleh bahan baku (pangan) secara meyebar seperti mentega, keju dan susu bubuk pada umumnya melakukan proses yang ditandai dengan pengurangan berat dan pembuatan dimensi menjadi kecil sehingga biaya pengiriman produk dapat ditekan lebih murah dibandingkan dengan biaya angkut bahan baku.

b. Produk hanya mempunyai pasar lokal terbatas dan biaya transport relatif tinggi. Sebagai contoh es krim, kasur dan batu bata. Proses yang dilakukan ditandai dengan produk besar, berat, sulit dipegang dan mudah rusak, kombinasi dari sumber yang terpisah, biaya pemindahan produk jadi lebih tinggi dari biaya pemindahan bahan baku, maka lokasi perlu dekat dengan pasar dan proses produksi memakai biaya cukup besar, tetapi terdiri atas operasi(teknik) pencampuran sederhana atau proses sederhana lainnya yang memberikan keuntungan relatif kecil untuk perusahaan besar atau lebih menguntungkan bila dibuat oleh UKM.

c. UKM jasa, seperti percetakan, pelapisan logam dan pengerjaan panas logam dengan proses yang ditandai oleh permintaan bervariasi akibat pesanan individual, mempunyai kontak langsung yang erat dengan konsumen dan memerlukan ketrampilan khusus sehingga biaya tenaga kerja menjadi lebih besar, lokasi perusahaan dekat dengan lokasi konsumen dan tidak cocok untuk indusri perusahaan besar karena jumlah konsumennya terbatas.


(24)

2. Proses

a. UKM dengan proses pabrikasi yang dapat dipisahkan. Dalam hal ini produk yang dihasilkan menuntut adanya operasi pengerjaan yang dapat dipisahkan seperti produk yang dikerjakan dengan mesin perkakas. Sebagai contoh mur baut dan piston. Proses biasanya ditandai oleh tuntutan adanya spesialisasi keahlihan tinggi (inovasi) dan pembagian tugas dalam melaksanakan proses; memerlukan alat-alat khusus dan alat-alat bantu dalam melaksanakan proses operasi; adanya integrasi maupun pemisahan berbagai proses; baik dalam satu pabrik atau beberapa pabrik dan lokasi perusahaan dekat dengan konsumen sehingga memudahkan komunikasi untuk pesanan-pesanan khusus. Hal lainnya potensi pasarnya terbatas.

b. UKM memerlukan presisi, seperti baju dan perhiasan (intan/batu-batuan). Proses produksinya biasanya ditandai dengan lebih banyak pekerjaan menggunakan tangan dan dengan tingkat ketrampilan tinggi; biaya transportas rendah dibandingkan dengan harga produk; dapat memilih lokasi di pusat-pusat distribusi, dengan harga harus mendekati sumber-sumber bahan baku atau konsumen, tetapi untuk jenis produk yang nilainya lebih rendah (misalnya usaha kap lampu, bunga plastik) dengan transportasi produk relatif tinggi; maka lebih baik memilih lokasi lebih dekat dengan konsumen agar mengurangi persaingan.

c. Perakitan sederhana, seperti proses pencampuran dan proses

finishing. Sebagai contoh pabrik lem, penjilitan buku dan pabrik tinta cetak. Proses ditandai dengan adanya operasi fisik relatif sederhana sehingga pabrik berukuran kecil, proses tidak rumit dan jumlah tidak banyak serta memerlukan peralatan mesin-mesin sederhana yng tidak menuntut skala ekonomi tinggi.

3. Pasar.

a. Rendah, seperti peralatan jadi, tas dan dompet. Proses ditandai dengan pembuatan dalam jumlah besar (massal), tetapi tidak dalam waktu lama sehingga terdapat keragaman produk. Keberagaman


(25)

produk mendorong produk berorientasi pada proses perakitan yang tidak menuntut peralatan mahal, tetapi biaya bahan merupakan unsur relatif tinggi prosentasenya bila dibandingkan dengan biaya pembuatan sehingga membatasi aspek penggunaan dan dimensi konsumen produk tersebut.

b. UKM yang melayani pasar berukuran kecil. Sebagai contoh pembuatan tenda dan jok mobil. Proses ditandai dengan kecilnya permintaan untuk setiap jenis produk dan pemasukan pendapatan yang kecil sehingga tidak menguntungkan bagi usaha dengan investasi besar. Kecilnya produk yang dihasilkan akibat sifatnya yang bervariasi dan selalu berbeda demi memenuhi selera konsumen serta potensi pasar terbatas.

B. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Upaya-upaya penanggulangan kemiskinan salah satunya adalah memperkuat peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Selama ini UMKM diakui keberadaanya sebagi penopang perekonomian masyarakat. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 memberikan pelajaran bahwa UMKM sanggup memberi kontribusi terhadap perekonomian nasional, khususnya dalam menyediakan kesempatan kerja, Pramono Dian, dkk (2009)

Sesuai Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyebutkan bahwa, yang dimaksud dengan UMKM adalah :

1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perseorangan dan/atau badan usaha perseorangan yang memenuhi usaha mikro dengan kriteria memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau


(26)

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar dengan kriteria memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 ( dua milyar lima ratus juta rupiah).

3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan kriteria memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Tabel 2 Kriteria UMKM Menurut UU 20 Tahun 2008

Jenis Usaha Aset

(dlm juta rupiah)

Omset (dlm juta rupiah)

- Mikro ≤ 50 ≤ 300

- Kecil 50 – 500 300 – 2.500

- Menengah 500 – 10.000 2.500 -50.000

Sumber: Iwantoro,2006

Sesuai data tahun 2003 Kantor Kementerian Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yang dikutip oleh Hubeis (2004) bahwa jumlah UK menduduki peringkat terbanyak yaitu 41,3 juta unit atau sekitar 99,13 % dari skala usaha yang ada di Indonesia. Sedangkan Usaha Menengah dan Besar (UMB) masing-masing 361.052 unit (0,87%) dan 2.158 unit (0,01%). Kontribusi UKM terhadap perekonomian Nasional masih dibawah Usaha Besar (UB) yaitu 43,42% sedangkan UB 44,9%. Akan tetapi UKM memiliki angka kesempatan kerja paling besar yaitu 88,92%, hal ini berarti skala usaha


(27)

ini dapat menyerap 88,92% dari seluruh angkatan kerja yang telah bekerja pada 9 sektor kegiatan ekonomi.

UKM di Indonesia merupakan salah satu pilar pembangunan ekonomi kerakyatan dan ikut berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia, UKM sudah teruji bahwa mereka memiliki ketahanan hidup yang tinggi disaat krisis ekonomi, maka UKM perlu diberdayakan dengan pendekatan partisipatif dari UKM itu sendiri dalam mengembangkan usahanya.

Menurut Hubeis, (2004) bahwa UKM mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :

a. Kelebihan

Organisasi internal sederhana terutama pada usaha mikro dan kecil, sedangkan pada usaha menengah cukup terstruktur.

Mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan atau padat karya dan berpeluang untuk mengisi pasar ekspor dan mensubtitusi impor. Relatif aman bagi perbankan dalam pemberian kredit.

Bergerak dibidang usaha yang cepat menghasilkan. Mampu memperpendek rantai distribusi.

Fleksibilitas dalam pengembangan usaha. b. Kekurangan

Lemah dalam kewirausahaan dan manajerial. Keterbatasan ketersediaan keuangan.

Ketidak mampuan pemenuhan aspek pasar. Keterbatasan pengetahuan produksi dan teknologi Ketidakmampuan informasi.

Tidak didukung kebijakan dan regulasi memadai. Tidak terorganisasi dalam jaringan dan kerjasama Sering tidak memenuhi standar.

Menurut Hubeis (2009) selain faktor kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh UKM, maka dapat ditemui empat (4) faktor umum yang dapat mempengaruhi kegagalan dan keberhasilan sektor usaha UKM. Empat (4) faktor yang mempengaruhi kegagalan usaha kecil yaitu (1) Manajerial yang


(28)

tidak kompeten, (2) Kurang memberi perhatian, (3) Sistem kontrol yang lemah dan (4) Kurangnya modal. Sedangkan faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha kecil adalah (1) Kerja keras, motivasi, dan dedikasi, (2) Permintaan pasar akan produk atau jasa yang disediakan, (3) Kompetensi manajerial dan (4) Keberuntungan.

Secara umum UKM mempunyai tantangan internal dan eksternal, tantangan internal usaha kecil melekat pada dirinya yaitu kelemahan manajerial dan skala ekonomi terbatas. Sedangkan tantangan eksternal sebagian berasal dari kemitraan yang dibangun dengan usaha besar. Program penyelenggaraan PKBL dilaksanakan melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN, dimana tiap BUMN diwajibkan menyisihkan 1-3% dari laba bersihnya untuk program kemitraan yaitu meningkatkan kemampuan usaha kecil menjadi tangguh, mandiri dan unggul sehingga peranannya dalam penyerapan tenaga kerja, ekspor dan pembentukan produk domestik bruto semakin meningkat (Kementrian BUMN, 2003).

C. Pembinaan dan Pengembangan UKM

Upaya pembinaan dan pengembangan UMKM adalah yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha (swasta) dan masyarakat melalui bimbingan dan bantuan perkuatan guna peningkatan kemampuan UMKM agar menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Lingkup pembinaan yang dilakukan adalah bidang produksi, pemasaran, keuangan, tenaga kerja dan teknologi.

Menurut Ahmad Sulaeman (2010) pembinaan di lapangan yang dilakukan pemerintah belum semua berjalan efektif, karena :

(1) Pembangunan UMKM masih bersifat Top down walaupun sudah otonomi. Pemerintah Pusat belum rela untuk berbagi tugas dengan Pemerintah Daerah.

(2) Kurang koordinasi masing-masing pembina sehingga di lapangan ada beberapa kegiatan yang tumpang tindih.

(3) Program Pemerintah masih berjalan secara parsial, kurang memberikan arti bagi pembangunan.


(29)

(4)Antara program instansi terkait, satu program dengan program lain ada yang tumpang tindih, tidak konsisten dan berkesinambungan

(5)Lembaga pendukung pelayanan jasa seperti Business Development Service

(BDS) masih belum profesional untuk membangun UMKM.

Dalam rangka pembinaan dan pengembangan UKM pemerintah sebenarnya telah banyak memberikan kemudahan kepada pengusaha kecil dalam rangka memperoleh bantuan berbagai fasilitas untuk mendorong peningkatan UKM, bahkan jauh-jauh sebelumnya, para pendiri Republik Indonesia telah memberikan dukungan berdasarkan perundang undangan yang jelas dan tegas kepada koperasi, sebagaimana tercantum dalam pasal 33 UUD 1945 dan penjelasannya. MPR RI juga secara tegas selalu mencantumkan perlunya pemberdayaan UKM pada setiap GBHN yang ditetapkan dan selanjutnya diperkuat dengan adanya UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Kebijakan pada tataran makro akan menentukan kondusif atau tidaknya sistem dan kondisi perekonomian dengan pembangunan UKM. Kebijakan pada tataran makro akan menentukkan struktur dan tingkat persaingan pasar yang dihadapi oleh pelaku usaha termasuk UKM. Tugas Pemerintah (baik pusat maupun daerah) untuk menumbuh kembangkan iklim yang kondusif bagi UKM, dalam arti UKM memiliki kesempatan berusaha yang sama dan menanggung beban yang sama dibandingkan pelaku usaha lainnya secara proporsional.

UU No. 9 tahun 1995 tentang usaha kecil pasal 14 merumuskan bahwa pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melakukan pembinaan dan pengembangan usaha kecil dalam bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, SDM, ketenagakerjaan/kewirausahaan, teknologi dan pelayanan. Pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi (UMKM) tergantung pada beberapa faktor, yaitu :

a. Kemampuan UKMK dijadikan kekuatan utama pengembangan ekonomi berbasis lokal yang mengandalkan sumber daya lokal.

b. Kemampuan UKMK dalam peningkatan produktivitas, efisiensi dan daya saing.


(30)

c. Menghasilkan produk yang bermutu dan berorientasi pasar (domestik maupun ekspor)

d. Berbasis bahan baku lokal. e. Subtitusi impor.

Dalam pengembangan UKM ke depan, perlu diperhatikan kelebihannya yaitu organisasi internal sederhana; mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan yang bersifat padat karya, disamping berorientasi ekspor dan substitusi impor, aman bagi perbankan dalam memberikan kredit (0,01% pada tahun 2004 dari total kredit Rp. 119,5 trilyun dari total pinjaman bank yang diberikan ke seluruh pihak sebesar Rp. 510,6 trilyun) bergerak dibidang usaha yang cepat menghasilkan; mampu memperpendek rantai distribusi; fleksibilitas dalam pengembangan usahanya (Hubeis,2004). Walaupun demikian, juga perlu dipertimbangkan kekurangan dari UKM, yaitu lemah dalam kewirausahaan dan manajerial (terutama pemasaran), keterbatasan keuangan, ketidakmampuan informasi pasar, tidak didukung kebijakan dan regulasi memadai, tidak terorganisasi dalam menjaring dan kerjasama, serta sering tidak memenuhi standar (Hubeis, 2005).

Menghadapi perkembangan ekonomi nasional yang tidak lepas dari pengaruh ekonomi regional dan global dengan segala bentuk peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan diperlukan penciptaan iklim usaha yang kondusif dan paket program khusus yang dirancang secara terpadu dengan pendekatan baik untuk perorangan maupun kolektif, yang sesuai dengan tahapan perkembangan permasalahan yang dihadapi UKMK. Pengembangan usaha erat kaitannya dengan proses, seperti pendefinisian masalah (kekuatan-kelemahan dan peluangan-ancaman), pemecahan masalah (kreativitas) seleksi gagasan (kriteria dan uji yang sesuai aspek) dan pengayaan gagasan yang terkait dengan fungsi perusahaan (pemasaran, keuangan, produksi, administrasi dan personalia, penelitian dan pengembangan) dan fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengontrolan). Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007 program PKBL terdiri dari Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan. Program Kemitraan merupakan suatu program yang ditujukan


(31)

untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari 1% - 3% dari laba bersih BUMN. Usaha kecil yang dapat ikut serta dalam program kemitraan adalah sebagai berikut (1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha (2) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000 (satu milyar rupiah) (3) Milik Warga Negara Indonesia (4) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar (5) Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi (6) Mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan (7) Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun (8) Belum memenuhi persyaratan perbankan (non bankable). Adapun dana program kemitraan diberikan dalam bentuk : (1) Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan atau pembelian aktiva tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan, (2) Pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha Mitra Binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha Mitra Binaan, (3) Beban Pembinaan :

a) Untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi, dan hal hal lain yang menyangkut peningkatan produktivitas Mitra Binaan serta untuk pengkajian/penelitian yang berkaitan dengan Program Kemitraan;

b) Beban pembinaan bersifat hibah dan besarnya maksimal 20% (dua puluh persen) dari dana Program Kemitraan yang disalurkan pada tahun berjalan;

c) Beban Pembinaan hanya dapat diberikan kepada atau untuk kepentingan Mitra Binaan.

Menurut Undang – Undang RI Nomor 9 tahun 1995 tentang usaha kecil yang dimaksud kemitraan adalah kerja sama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan


(32)

pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan.

Prinsip kemitraan sesuai pasal 26 UU RI Nomor 9 tentang usaha kecil adalah :

1) Usaha Menengah dan Usaha Besar melaksanakan hubungan kemitraan dengan Usaha Kecil, baik yang memiliki maupun yang tidak memiliki keterkaitan usaha.

2) Pelaksanaan hubungan kemitraan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diupayakan ke arah terwujudnya keterkaitan usaha.

3) Kemitraan dilaksanakan dengan disertai pembinaan dan pengembangan dalam salah satu atau lebih bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia, dan teknologi.

4) Dalam melakukan hubungan kemitraan kedua belah pihak mempunyai kedudukan hukum yang setara.

Tujuan kemitraan menurut Lubis, (2007) adalah untuk meningkatkan kesempatan berusaha dan kemampuan manajemen dalam satu atau lebih aspek:

a) Bidang produksi dan pengolahan b) Bidang pemasaran

c) Bidang sumber daya manusia (SDM) d) Bidang teknologi

e) Penyediaan bahan baku

f) Pengolahan Usaha dan pendanaan.

Kemitraan dilaksanakan dengan berbagai pola, Hubeis (2009) adalah : a) Pola Inti Plasma : merupakan pola hubungan kemitraan antara

kelompok mitra usaha sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra. Perusahaan inti menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis dan manajemen serta menampung, mengolah dan memasarkan hasil produksi disamping memproduksi kebutuhan perusahaan. Kelompok mitra usaha memenuhi kebutuhan perusahaan sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati.


(33)

b) Pola Subkontrak : pemberian seluruh/sebagian proses produksi atau pembuatan lahan perusahaan besar kepada perusahaan kecil. Ciri khas dari bentuk subkontrak adalah membuat kontrak bersama yang mencantumkan volume, harga dan waktu. Pola ini mempunyai keuntungan yang dapat mendorong terciptanya alih teknologi, modal dan keterampilan serta menjamin produk kelompok mitra usahanya. c) Pola Dagang Umum (vendor) : pembelian produk industri kecil untuk

memenuhi operasional industri besar/menengah atau untuk di ekspor (dipasarkan oleh perusahaan besar) atau hubungan kemitraan dalam memasarkan hasil usaha kelompok usaha yang dibutuhkan perusahaan. Beberapa kegiatan agribisnis holtikultura menerapkan pola ini dan kelompok tani bermitra dengan toko swalayan atau mitra usaha dagang lainnya. Pola yang sama adalah contract farming pada komoditas holtikultura yang dikembangkan oleh para pengusaha. Kiat tersebut secara nyata dipraktikkan dalam membina petani produsen mitra. d) Pola Waralaba : salah bentuk hubungan kemitraan antara kelompok

mitra dengan perusahaan pemberi hak lisensi, merek dagang, saluran distribusi perusahaanya kepada kelompok mitra usaha sebagai penerima waralaba yang disertai dengan bantuan manajemen. Pemilik waralaba bertanggung jawab terhadap sistem operasi, pelatihan, program pemasaran, merek dagang, dan hal lainnya kepada mitra pemegang usaha. Pemegang waralaba hanya mengikuti pola yang ditetapkan pemilik serta memberikan sebagian pendapatan berupa royalti dan biaya yang terkait dengan kegiatan usaha tersebut.

e) Pola Keagenan : salah satu hubungan kemitraan dimana usaha kecil diberi hak khusus untuk memasarkan barang atau jasa dari usaha menengah atau usaha besar sebagai mitranya yang bertanggung jawab terhadap produk yang dihasilkan, sedangkan usaha kecil kewajiban untuk memasarkan barang atau jasa tersebut, bahkan disertai dengan target yang harus dipenuhi sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati.


(34)

f) Sistem Kerjasama “Bapak Angkat“ yang meliputi orientasi pasar, hal yang jelas dan berulang, didukung bahan bakuyang tersedia serta telah teruji dan mudah dialihkan.

g) Pembinaan oleh BUMN berupa program kemitraan : meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN; dan program bina lingkungan; pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN di wilayah usaha BUMN tersebut melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.

h) Kontrak bisnis : adanya interaksi yang pasif.

i) Kontrak bisnis : adanya bentuk ini membuat hubungan lebih bersifat aktif.

j) Kerja Sama Bisnis : pada bentuk ini hubungan bisnis di samping bersifat aktif juga bervariasi sampai kepada penanganan manajemen misalnya dalam bentuk joint operation (bidang pemasaran), joint venture (bidang keuangan , produksi, dan lain-lain).

k) Keterkaitan bisnis (linkages) : bebas dalam usaha tetapi sepakat melakukan engineering subcontract (bukan subkontrak yang bersifat komersial) dalam proses produksi. Dalam hal ini tidak mengedepankan perjanjian bisnis murni, tetapi azas saling membutuhkan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.

Program Bina Lingkungan yaitu program pemberdayaan kondisi masyarakat dan lingkungan yang berada di sekitar lokasi perusahaan, melalui pemanfaatan dana sebesar maksimal 2 % dari laba bersih BUMN. Program Bina Lingkungan diberikan dalam bentuk hibah khusus bagi masyarakat kurang mampu dalam bentuk bantuan pendidikan, bantuan kesehatan, bantuan bencana alam, bantuan sarana dan prasarana umum, serta bantuan sarana ibadah. Berbagai program ini dimaksudkan untuk mendorong peningkatan kesempatan kerja dan mengurangi tingkat kemiskinan dengan prioritas sektor sektor yang memiliki daya tampung tenaga kerja yang tinggi seperti pada sektor pertanian, industri padat karya, perdagangan dll.


(35)

D. Pengertian Laporan Keuangan

Pengertian organisasi bisnis usaha kecil menurut Hubeis, (2009) organisasi adalah suatu entitas (sistem) sosial yang dikoordinasikan secara sadar pada batasan yang dapat diidentifikasi (misalnya perkembangan ekonomi) dalam mencapai suatu tujuan bersama atau serangkaian tujuan. Dalam konteks bisnis yang didasarkan pada karakteristik seperti skala usaha, kepemilikan, permodalan, tanggung jawab, kekuatan dan kelemahannya. Sebagai ilustrasi organisasi bisnis usaha kecil dapat dikategorikan atas (1) Perusahaan perorangan, misalnya firma, (2) Persekutuan, misalnya CV, (3) Perseroan (badan hukum), misalnya PT dan (4) Koperasi.

Dalam prakteknya laporan keuangan oleh perusahaan maupun UKM tidak dibuat secara sesukanya atau sesuai keinginan pemilik akan tetapi harus dibuat dan disusun sesuai dengan aturan atau standar yang berlaku, hal ini perlu dilakukan agar laporan keuangan mudah dibaca dan dimengerti. Dalam pengertian yang sederhana laporan keuangan adalah : laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu, Kasmir (2010). Laporan keuangan yang dibuat pasti mempunyai tujuan tertentu, dalam prakteknya terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai terutama bagi pemilik usaha dan manajemen perusahaan, disamping itu tujuan laporan keuangan disusun guna memenuhi kepentingan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Menurut Kasmir 2010, tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan yaitu :

1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan pada saat ini;

2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini;

3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu;

4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu;

5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva dan modal perusahaan;


(36)

6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode;

7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan; 8. Informasi keuangan lainnya.

Laporan keuangan tidak hanya sekedar cukup dibaca saja, tetapi juga harus dimengerti dan dipahami tentang posisi keuangan perusahaan saat ini, caranya dengan melakukan analisa keuangan melalui berbagai rasio keuangan yang lazim dilakukan.

E. Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan perlu dilakukan secara cermat dengan menggunakan metode dan teknik analisis yang tepat sehingga hasil yang diharapkan benar-benar tepat pula, kesalahan dalam memasukkan angka atau rumus akan berakibat pada tidak akuratnya hasil yang hendak dicapai.

Analisis laporan keuangan dilakukan dengan cara menentukan dan mengukur pos-pos yang ada dalam satu laporan keuangan atau dapat pula dilakukan analisis laporan keuangan dalam satu periode atau beberapa periode (misalnya tiga tahun).

Analisis laporan keuangan yang dilakukan untuk beberapa periode adalah menganalisis antara pos-pos yang ada dalam satu laporan. Atau dapat pula dilakukan antara satu laporan keuangan dengan laporan yang lainnya, hal ini dilakukan agar lebih tepat dalam menilai kemajuan atau kinerja manajemen dari periode ke periode berikutnya.

Analisa laporan keuangan terdiri dari penelahan atau mempelajari dari pada hubungan-hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan. Metode dan teknik analisa digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan sehingga dapat diketahui perubahan dari masing-masing pos bila dibandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk satu perusahaan tertentu, atau diperbandingkan dengan alat-alat pembanding lainnya, misalnya diperbandingkan dengan laporan keuangan yang


(37)

dianggarkan dengan realisasi atau dengan laporan keuangan perusahaan sejenis lainnya. Tujuan dari setiap metode dan teknik analisa adalah untuk menyederhanakan data sehingga dapat lebih dimengerti, hal-hal yang harus dilakukan dalam menganalisa harus mengorganisir atau mengumpulkan data yang diperlukan, mengukur dan menganalisa kemudian mengintepretasikan sehingga data menjadi lebih berarti.

Menurut Munawir (1992) ada dua metode analisa yang digunakan oleh setiap penganalisa laporan keuangan yaitu analisa horisontal dan analisa vertikal. (1) Analisa horisontal adalah analisa dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat sehingga akan diketahui perkembangannya. Metode horisontal disebut pula sebagai metode analisa dinamis. (2) Analisa vertikal yaitu apabila laporan keuangan yang dianalisa hanya meliputi satu periode atau satu saat saja yaitu dengan memperbandingkan antara pos yang satu dengan pos liannya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu. Analisa vertikal disebut juga sebagai metode analisa yag statis karena kesimpulan yang dapat diperoleh hanya untuk periode itu saja tanpa mengetahui perkembangannya.

Menurut Kasmir (2010) Tujuan dan manfaat bagi berbagai pihak dengan adanya analisis laporan keuangan adalah :

1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu baik harta, kewajiban, modal maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode;

2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan;

3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimikili;

4. Untuk mengetahui langkah – langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini;

5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal;


(38)

6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.

F. Pengertian Rasio Keuangan

Laporan keuangan yang telah disusun oleh bagian keuangan perusahaan atau UKM akan menyampaikan aktivitas usaha yang sudah dilakukan dalam satu periode, angka-angka dalam laporan keuangan menjadi kurang berarti jika hanya dilihat dari satu sisi saja, angka-angka tersebut akan menjadi lebih berarti apabila kita bandingkan antara satu komponen dengan komponen lainnya. Caranya adalah dengan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan atau antar laporan keuangan, setelah melakukan perbandingan dapat disimpulkan posisi keuangan dalam suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu dan kita dapat menilai kinerja manajemen dalam periode tersebut. Perbandingan ini kita kenal dengan nama analisis rasio keuangan.

Pengertian rasio keuangan menurut James C Van Home, 1997 :

merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Analisa rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari laporan tersebut, Munawir (1992). Dengan menggunakan laporan yang diperbandingkan termasuk data tentang perubahan yang terjadi dalam rupiah, prosentase serta trendnya analisa rasio akan membantu dalam menganalisa dan mengintepretasikan posisi keuangan suatu perusahaan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dengan menggunakan analisa rasio dapat memberikan gambaran tentang baik atau buruknya pengelolaan kinerja manajemen perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standard.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 1999), kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi yang ada pada laporan keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu


(39)

seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa mendatang dan hal-hal lainnya yang menarik perhatian pemakai laporan keuangan seperti pemilik, karyawan, pemasok atau rekanan dan pihak luar lainnya. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber daya yang ada untuk mencapai target atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Hasil rasio keuangan digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam satu periode apakah mencapai target atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, disamping itu juga dapat digunakan untuk menilai kemampuan manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan secara efektif. Kinerja yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai dasar evaluasi hal-hal yang perlu dilakukan ke depan agar kinerja manajemen dapat ditingkatkan atau dipertahankan sesuai dengan target atau sasaran yang telah ditetapkan.

Setiap rasio keuangan memiliki tujuan, kegunaan dan arti tertentu sehingga hasil rasio yang diukur diimplementasikan sehingga menjadi berarti bagi pengambilan keputusan. Berikut disampaikan beberapa rasio keuangan yang terkait dalam penelitian ini.

1. Pengertian Rasio Profitabilitas

Tujuan akhir dari suatu perusahaan atau UKM yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal, pencapaian laba sebagaimana yang telah ditetapkan oleh perusahaan atau UKM maka unit perusahaan atau UKM tersebut dapat berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik, pegawai, peningkatan mutu produk, jumlah produk dan melakukan investasi lainnya. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan, Kasmir (2010), sedangkan menurut Munawir, (1992) kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabiltas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif dengan demikian profitabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh


(40)

dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan dalam memperoleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Hasil pengukuran rasio ini dapat dijadikan alat evaluasi kerja manajemen perusahaan, apakah telah bekerja secara efektif atau belum.

Apabila berhasil bekerja sesuai target yang telah ditetapkan sebelumnya maka dikatakan berhasil mencapai target pada periode tersebut atau beberapa periode, namun apabila tidak bisa mencapai target akan menjadi pelajaran bagi manajemen untuk periode ke depan.

Menurut Kasmir (2010) tujuan dan manfaat Rasio Profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan adalah :

a) Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan untuk satu periode tertentu;

b) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang;

c) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu;

d) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. e) Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan

baik modal pinjaman maupun modal sendiri;

f) Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri;

Sementara itu manfaat yang diperoleh adalah :

a. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode;

b. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang;

c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu;

d. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri; e. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan

baik modal pinjaman maupun modal sendiri.


(41)

a) Profit margin ( profit margin on sales ).

Profit margin on sale atau rasio profit margin atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur laba atas penjualan.

Untuk menghitung margin laba kotor digunakan rumus :

Untuk menghitung margin laba bersih digunakan rumus :

b) Hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan nama Return on Investment (ROI) atau return on total assets (ROTA) adalah hasil pengembalian investasi atau Return on Investment (ROI) merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas sejumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektifitas manajemen dalam mengelola investasinya.

Hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Dalam analisa rasio ini semakin kecil (rendah) rasionya menandakan semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya.

Rumus untuk mencari ROI atau ROTA adalah :

c) Hasil pengembalian ekuitas atau Return on equity (ROE)

Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity (ROE) merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri, semakin tinggi rasio ini semakin baik.

Profit Margin = Penjualan bersih – Harga Pokok Penjualan

Penjualan

Profit Margin= Earning After Interest and Tax

Sales

(ROI)atau (ROTA) = Earning After Interest and Tax


(42)

Rumus untuk mencari ROE adalah :

2. Pengertian Rasio Aktivitas (acticity ratio)

Rasio aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur aktivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki atau dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan efiktivitas pemanfaatan atau penggunaan sumber daya perusahaan. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Hasil pengukuran ini akan diketahui apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam mengelola aset yang dimiliki atau mungkin justru terjadi sebaliknya.

Hasil pengukuran ini akan dapat diketahui berbagai hal yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan sehingga manajemen dapat mengukur kinerja perusahaan selama periode berjalan. Pengukuran ini difokuskan pada perputaran modal kerja (working capital turn over) karena keterkaitan dengan pinjaman program kemitraan untuk mengetahui kinerja mitra binaan setelah mendapatkan pinjaman modal kerja dari program kemitraan. Tujuan dalam bidang modal kerja dan penjualan untuk mengetahui berapa kali dana yang ditamankan dalam modal kerja berputar dalam satu periode atau berapa penjualan yang dapat dicapai oleh setiap modal kerja yang digunakan.

Perputaran modal kerja (working capital turn over) merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Artinya seberapa banyak modal kerja berputar selama satu periode, untuk mengukur rasio ini dengan membandingkan antara penjualan dengan modal kerja atau dengan modal kerja rata-rata. Hasil penelitian apabila modal kerja menunjukkan angka yang rendah dapat diartikan bahwa perusahaan sedang kelebihan modal kerja, hal ini mungkin disebabkan karena rendahnya perputaran persediaan, saldo kas atau piutang yang terlalu besar, demikian

Return On Equity (ROE)= Earning After Interest and Tax


(43)

sebaliknya jika perputaran modal kerja menunjukkan angka yang tinggi mungkin disebabkan tingginya perputaran persediaan atau piutang atau saldo kas yang terlalu kecil.

Rumus yang digunakan untuk mencari perputaran modal kerja adalah sebagai berikut :

Perputaran modal kerja = Penjualan bersih


(44)

A. Lokasi

Lokasi pelaksanaan penelitian tugas akhir ini adalah PT Sucofindo (Persero) di Jakarta Selatan dan mitra binaan PT Sucofindo (Persero) di Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi (Jabotabek).

B. Waktu

Waktu penelitian dilaksanakan selama kurang lebih empat bulan, dari tahap persiapan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 20I1.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam membahas dan menganalis masalah tersebut dibutuhkan data primer dan sekunder, baik kuantitatif maupun kualitatif, untuk mendapatkan data tersebut digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Wawancara terstruktur

Wawancara terstruktur dilakukan untuk mendapatkan data primer langsung dari mitra binaan dengan menggunakan suatu instrumen penelitian kuesioner. Lampiran 1, Kuesioner kepada mitra binaan.

2. Observasi

Teknik ini digunakan untuk melakukan pencatatan secara teliti dan sistematis terhadap obyek penelitian dalam melengkapi teknik wawancara.

D. Populasi dan Sampel

Penelitian ini mencakup populasi UMKM telah menerima bantuan dari PT Sucofindo (Persero) yang mencakup 375 UMKM atau mitra binaan di wilayah Jabotabek. Sedangkan mitra binaan yang akan dijadikan obyek penelitian (sampel) sebanyak 37 mitra binaan yang telah menerima pinjaman program kemitraan di atas 1 tahun sampai dengan 3 tahun. Dalam penelitian ini kinerja UMKM setelah menerima bantuan dibandingkan dengan sebelum


(45)

menerima bantuan. Kinerja UMKM dalam hal ini dicerminkan oleh beberapa ukuran keuangan yang meliputi:

1. Profit Margin: Rasio laba bersih pada penjualan perusahaan, dinyatakan

dalam persen;

2. Return on Total Asset (ROTA): rasio laba bersih pada total aset

perusahaan, dinyatakan dalam persen;

3. Return on Equity (ROE): Rasio laba bersih pada total modal

perusahaan, dinyatakan dalam persen;

4. Perputaran modal kerja : Rasio yang mengukur berapa kali dana yang ditamankan dalam modal kerja berputar dalam satu periode atau berapa penjualan yang diperoleh oleh setiap modal kerja yang digunakan.

5. Penjualan: nilai penjualan produk atau jasa perusahaan dalam satu tahun, dinyatakan dalam rupiah; dan

6. Tenaga Kerja atau Pegawai : Jumlah tenaga kerja yang bekerja di UMKM dalam satu tahun.

Perusahaan-perusahaan tersebut dipilih diantaranya yang telah menjalankan usahanya minimal satu tahun semenjak menerima bantuan. Perusahaan-perusahaan ini selanjutnya dapat dipandang sebagai contoh acak dari populasi hipotetik UMKM yang menerima bantuan dari PT Sucofindo (Persero).

E. Informasi yang Dikumpulkan

Beberapa faktor diperkirakan berkaitan dengan besarnya perubahan kinerja. Faktor tersebut dapat berupa perbedaan keadaan UMKM, atau perbedaan perlakuan bantuan, yaitu:

1. Keadaan UMKM:

a. Sektor usaha: Industri kecil, Agribisnis, Jasa dan Perdagangan. b. Jangka waktu kredit: 12 bulan atau 24 bulan

c. Lama usaha: kurang dari 10 tahun atau 10 tahun lebih d. Total asset: Kurang dari 100 juta atau 100 juta lebih


(46)

2. Perlakuan bantuan:

a. Pemberian kredit: sebelum tahun 2009 atau sejak 2009 b. Plafon kredit: Kurang dari 40 juta atau 40 juta lebih

F. Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan terhadap keenam ukuran kinerja keuangan sebagaimana telah disebutkan, yaitu (1) profit margin (PM), (2) return on total assets (ROTA), (3) return on equity (ROE), (4) Perputaran modal kerja (PMK), (5) penjualan dan (6) tenaga kerja. 2. Analisis Inferensial

Analisis inferensial yang dilakukan adalah analisis statistik uji t dan uji F misalkan nilai masing-masing ukuran kinerja sebelum menerima bantuan sebagai Yi1 (i = 1, 2, 3, 4, 5, 6), dan nilainya setelah menerima bantuan sebagai Yi2 (i = 1, 2, 3, 4, 5, 6). Maka adalah nilai perbedaan yang menggambarkan perubahan kinerja dari sebelum menerima bantuan. Pemberian bantuan dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja UMKM sehingga nilai-harapan perubahan kinerja akan lebih dari nol, . Dalam penelitian ini dilakukan uji atas hipotesis nol dengan hipotesis alternatifnya, sebagai berikut:

Dengan pengamatan dalam jumlah besar, , berdasarkan dalil limit pusat, maka akan bersebaran Normal (Neter, et al. 1990). Hipotesis tentang nilai-harapan perubahan kinerja dengan demikian dapat diuji dengan menggunakan Uji-T. Dengan uji ini, jika nilai statistik uji sama atau lebih titik kritis tertentu pada taraf nyata tertentu, , maka dapat diambil keputusan menolak H0, dan mengambil simpulan bahwa pemberian bantuan telah meningkatkan kinerja UMKM. Statistik uji untuk uji-T adalah:


(47)

Dengan dan masing-masing adalah rataan dan simpangan baku selisih ukuran kinerja,

Titik kritis uji-t, , nilai peubah T-student berderajat bebas

dengan .

Sehubungan dengan faktor-faktor ini dilakukan pula analisis terpisah tentang keterkaitannya dengan besarnya perubahan kinerja. Keterkaitan antara peubah faktor kategori ini dengan besarnya perubahan kinerja masing-masing dibuat dengan menggunakan Model Analisis Ragam (Neter, et al., 1990). Dengan Model ini besarnya perubahan kinerja yang terpapar dengan taraf-k faktor, , dimodelkan sebagai kumulasi dari rataan umum, pengaruh taraf faktor, dan pengaruh acak:

Analisis ragam melibatkan uji-F atas hipotesis

v.s

Dengan uji-F, jika nilai statistik uji sama atau lebih titik kritis tertentu pada taraf nyata tertentu, , maka dapat diambil keputusan menolak H0, dan mengambil simpulan bahwa perbedaan taraf faktor dapat dikaitkan dengan besarnya perubahan kinerja UMKM.


(48)

A. Sejarah dan Perkembangan PT Sucofindo (Persero)

PT Sucofindo (Persero) berdiri pada tanggal 22 Oktober 1956 sebagai perusahaan inspeksi pertama di Indonesia. PT Sucofindo (Persero) didirikan oleh Pemerintah melalui Lembaga Penyelenggara Perusahaan Indonesia (LPPI) bermitra dengan Societe Generale de Surveillance (SGS) SA Holdings

Geneva Swiss. Pada awal pendirian proporsi saham masing-masing 59 %, komposisi kepemilikan saham mengalami beberapa kali perubahan dan saat ini kepemilikan saham dimiliki oleh Negara Republik Indonesia sebesar 95 % dan SGS SA Holdings Geneva sebesar 5%. (PT Sucofindo 2009).

Pada masa awal berdiri hingga tahun 1985 PT Sucofindo (Persero) lebih berfokus pada jasa inspeksi komoditas pertanian, diantaranya beras untuk pengadaan kebutuhan dan cadangan pangan Nasional, pengawasan pemuatan barang ekspor dan pembongkaran barang impor atas permintaan

buyer ataupun shipper. Jasa inspeksi kemudian diperluas pada jasa inspeksi teknik dan supervisi pelaksanaan proyek.

Sesuai tujuan PT Sucofindo (Persero) untuk turut melaksanakan serta menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan Nasional maka PT Sucofindo (Persero) pada tahun 1986 mulai aktif berperan serta dalam menunjang pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah di bidang ekonomi melalui kegiatan pemeriksaan barang ekspor, pemeriksaan verifikasi daftar induk (Masterlist). Verifikasi laporan realisasi ekspor dan verifikasi dalam rangka penetapan tingkat kandungan lokal kendaraan bermotor atau komponen buatan dalam negeri.

PT Sucofindo (Persero) pada tahun 2010 memiliki 2700 pegawai profesional dibidangnya yang tersebar di seluruh Indonesia dengan komposisi 2300 orang pegawai tetap dan 400 orang pegawai tidak tetap. Sumber daya manusia sebagai salah satu aset terpenting oleh karenanya pengembangan sumber daya manusia dilaksanakan secara konsisten di seluruh tingkatan posisi pekerjaan melalui berbagai jenis pelatihan mulai dari kompetensi dasar,


(49)

fungsional hingga kepeminpinan. Program-program pelatihan dilakukan baik secara internal maupun secara eksternal bekerja sama dengan institusi

domestik maupun luar negeri. PT Sucofindo (Persero) percaya bahwa keberadaan sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional yang dilengkapi dengan nilai-nilai perusahaan yang kuat dan unik akan mampu mendukung keberhasilan PT Sucofindo (Persero) di masa mendatang.

Dalam perjalanannya PT Sucofindo (Persero) telah mengalami pasang surut sesuai dengan kondisi perekonomian maupun politik di dalam negeri. Pada tahun 2009 PT Sucofindo (Persero) membukukan total pendapatan sebesar Rp. 1.108,20 milyar atau 101,5% dari anggaran sebesar Rp. 1.092,21 milyar, realisasi total biaya mencapai Rp. 1.041,34 milyar atau 101,6 % dari anggaran sebesar Rp. 1.024,48 milyar, laba bersih setelah pajak sebesar Rp. 42,003 milyar atau 100,2% dari anggaran sebesar Rp. 41,92 milyar (PT Sucofindo, 2009). Upaya peningkatan kinerja selama tahun 2009 dengan menerapkan kebijakan low price & cost yang diikuti dengan intensifikasi pelaksanaan sistem pengelolaan akun pelanggan (Account Management System) yang fokus terhadap Strategic Account (SA) dan Key Acoount (KA) untuk meningkatkan pendapatan.

B. Produk PT Sucofindo (Persero)

PT Sucofindo (Persero) melaksanakan kegiatan usaha dalam jenis dan bidang usaha jasa sebagai berikut:

a. Pemeriksaan, pengawasan, pemantauan, pengujian, pemeriksaan dan pemeliharaan yang berkenaan dan berkaitan dengan perbankan, insdustri, teknologi, komoditas dan perdagangan.

b. Sertifikasi dan audit yang berkenaan dengan sistem manajemen mutu, lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja.

c. Manajemen yang berkaitan dan berkenaan dengan logistik, pergudangan, properti dan sistem informasi.

Sebagai konsekuensi dari perubahan arah bisnis dan portofolio dengan memperhatikan kompetensi perusahaan dan kebutuhan pelanggan maka pada tahun 2002 perusahaan melakukan perubahan pengelompokan jasa-jasa yang


(50)

dilakukan dengan pendekatan sektoral menjadi 10 (sepuluh) sektor usaha, yaitu :

a. Sektor Pertanian

b. Sektor Produk Industri dan Konsumen c. Sektor Rekayasa dan Transportasi d. Sektor Mineral

e. Sektor Minyak dan Gas

f. Sektor Sucofindo Internasional Certification Services

g. Sektor Jasa Pendukung Bisnis Finansial

h. Sektor Kehutanan Kelautan-Perikanan dan Lingkungan i. Sektor Pemerintah dan Institusi Internasional

j. Sektor Jasa Umum

C. Kondisi Lingkungan 1. Lingkungan Internal

Salah satu kekuatan PT Sucofindo (Persero) adalah jaringan pelayanan jasa termasuk laboratorium yang tersebar diseluruh Indonesia yang memungkinkan perusahaan untuk merespon kebutuhan pelanggan dengan cepat. Dalam melaksanakan kegiatan usaha di bentuk unit-unit kerja yang bersifat profit center, yaitu Strategic Business Unit (SBU) dan untuk menangani kegiatan usaha disetiap wilayah yang cukup besar dibentuk 31 Cabang. Disamping itu untuk menangani kegiatan usaha di daerah yang lebih kecil dan berada didaerah terpencil dibentuk 16 liaison Officer (Site) yang berada dibawah koordinasi Cabang setempat (PT Sucofindo, 2009).

Unit kerja operasional yang melaksanakan kegiatan operasi sebagai

profit center adalah semua Cabang, Liaison Officer (Site) dan SBU yang berada di kantor Pusat, yang terdiri dari :

a) Sektor Pertanian

b) Sektor Produk Industri dan Konsumen c) Sektor Rekayasa dan Transportasi d) Sektor Mineral


(51)

f) Sektor Sucofindo Internasional Certification Services

g) Sektor Jasa Pendukung Bisnis Finansial

h) Sektor Kehutanan Kelautan-Perikanan dan Lingkungan i) Sektor Pemerintah dan Institusi Internasional

j) Sektor Jasa Umum

PT Sucofindo (Persero) juga mengembangkan jaringan usaha ditingkat internasional menjalin kemitraan strategis dengan perusahaan inspeksi diluar negeri, antara lain SGS SA Swiss, Nippon Kaiji Kensei Kyokai (NKKK)

Japan Audit and Certification Organization for Environment and Quality ( JACO) Jepang, OMIC Jepang, Vina Control Vietnam, Lioyds Inggris, RWTUV Jerman, PSB Singapura, SIRIM Malaysia, DNV Norwegia, AFAQ Perancis, BVQI Perancis, UL America Serikat, CCIC Republik Rakyat Cina, HKSTC Hongkong, INSPEKTA Republik Cheko, KQMI Korea Selatan, SEMC-TAFE Australia.

Disamping itu PT Sucofindo (Persero) merupakan anggota dari lembaga profesi dan asosiasi bisnis tingkat Nasional dan Internasional diantaranya dengan :

a) International Federation of Inspection Agencies (IFIA), Inggris b) RvA Belanda, akreditasi lembaga sertifikasi sistem mutu (ISO 9000) c) NATA Australia, akreditasi laboratorium penguji tekstil, mainan

anak-anak dan batu bara

d) IRCA Inggris, sertifikasi auditor lembaga sertifikasi sistem mutu (ISO 9000)

e) EARA Inggris, sertifikasi auditor lembaga sertifikasi sistem manajemen lingkungan (ISO 14000)

f) Liverpool Cotton Association (LCA) Inggris

g) Grains and Feed Trade Association (GAFTA), Inggris

h) American Society for Non Destructive Testing (ASNT), USA

i) Asean Vegetable Oil Club (AVOC), Malaysia

j) Ikatan Konsultan Indonesia ( INKINDO) k) Asosiasi Lembaga Sertifikasi Indonesia (ALSI)


(1)

0.00%

0.50%

1.00%

1.50%

2.00%

2.50%

3.00%

3.50%

GE100

LT100

3.43%


(2)

Dependent Variable: ROTADift ROTADift

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 6 0.00669598 0.00111600 2.64 0.0357 Error 30 0.01270012 0.00042334

Corrected Total 36 0.01939611

R-Square Coeff Var Root MSE ROTADift Mean 0.345223 44.63950 0.020575 0.046092

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F Sekt 2 0.00367412 0.00183706 4.34 0.0221 JangkaWaktu 1 0.00114822 0.00114822 2.71 0.1100 Kredit 1 0.00005714 0.00005714 0.13 0.7159 Flavon 1 0.00052870 0.00052870 1.25 0.2726 TOTAset 1 0.00128781 0.00128781 3.04 0.0914

0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

Dagang

Industri

Jasa

5.26%

5.07%

2.86%

0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

GE100

LT100

2.60%


(3)

Dependent Variable: ROEDift ROEDift

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 6 0.00522249 0.00087042 1.09 0.3897 Error 30 0.02390957 0.00079699

Corrected Total 36 0.02913206

R-Square Coeff Var Root MSE ROEDift Mean 0.179270 47.36806 0.028231 0.059599

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F Sekt 2 0.00015251 0.00007626 0.10 0.9090 JangkaWaktu 1 0.00226741 0.00226741 2.84 0.1020 Kredit 1 0.00203426 0.00203426 2.55 0.1206 Flavon 1 0.00017060 0.00017060 0.21 0.6469 TOTAset 1 0.00059772 0.00059772 0.75 0.3934

0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

12 bln

24 bln

5.32%

6.80%

0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

Bef09

Til09

5.14%


(4)

Dependent Variable: PMKDift PMKDift

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 6 53.8081664 8.9680277 2.83 0.0264 Error 30 95.0211099 3.1673703

Corrected Total 36 148.8292763

R-Square Coeff Var Root MSE PMKDift Mean 0.361543 67.77102 1.779711 2.626065

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F Sekt 2 0.81830253 0.40915127 0.13 0.8793 JangkaWaktu 1 25.17010579 25.17010579 7.95 0.0085 Kredit 1 0.18560536 0.18560536 0.06 0.8104 Flavon 1 1.30732052 1.30732052 0.41 0.5255 TOTAset 1 26.32683221 26.32683221 8.31 0.0072

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

12 bln

24 bln

2.10

3.31

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

GE100

LT100

2.19


(5)

Dependent Variable: SaleDift SaleDift

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 6 0.05632729 0.00938788 1.35 0.2651 Error 30 0.20807534 0.00693584

Corrected Total 36 0.26440263

R-Square Coeff Var Root MSE SaleDift Mean 0.213036 38.28693 0.083282 0.217520

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F Sekt 2 0.00073483 0.00036741 0.05 0.9485 JangkaWaktu 1 0.05036075 0.05036075 7.26 0.0114 Kredit 1 0.00001114 0.00001114 0.00 0.9683 Flavon 1 0.00310159 0.00310159 0.45 0.5088 TOTAset 1 0.00211898 0.00211898 0.31 0.5845

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

12 bln

24 bln

19.09%


(6)

Dependent Variable: WorkDift WorkDift

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 6 0.45983684 0.07663947 1.36 0.2624 Error 30 1.69016067 0.05633869

Corrected Total 36 2.14999752

R-Square Coeff Var Root MSE WorkDift Mean 0.213878 119.9995 0.237358 0.197799

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F Sekt 2 0.11857237 0.05928619 1.05 0.3617 JangkaWaktu 1 0.17657399 0.17657399 3.13 0.0868 Kredit 1 0.12682350 0.12682350 2.25 0.1440 Flavon 1 0.02526508 0.02526508 0.45 0.5082 TOTAset 1 0.01260190 0.01260190 0.22 0.6397

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

12 bln

24 bln

15.99%