Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM

produk mendorong produk berorientasi pada proses perakitan yang tidak menuntut peralatan mahal, tetapi biaya bahan merupakan unsur relatif tinggi prosentasenya bila dibandingkan dengan biaya pembuatan sehingga membatasi aspek penggunaan dan dimensi konsumen produk tersebut. b. UKM yang melayani pasar berukuran kecil. Sebagai contoh pembuatan tenda dan jok mobil. Proses ditandai dengan kecilnya permintaan untuk setiap jenis produk dan pemasukan pendapatan yang kecil sehingga tidak menguntungkan bagi usaha dengan investasi besar. Kecilnya produk yang dihasilkan akibat sifatnya yang bervariasi dan selalu berbeda demi memenuhi selera konsumen serta potensi pasar terbatas.

B. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM

Upaya-upaya penanggulangan kemiskinan salah satunya adalah memperkuat peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM. Selama ini UMKM diakui keberadaanya sebagi penopang perekonomian masyarakat. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 memberikan pelajaran bahwa UMKM sanggup memberi kontribusi terhadap perekonomian nasional, khususnya dalam menyediakan kesempatan kerja, Pramono Dian, dkk 2009 Sesuai Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyebutkan bahwa, yang dimaksud dengan UMKM adalah : 1 Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perseorangan danatau badan usaha perseorangan yang memenuhi usaha mikro dengan kriteria memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah. 2 Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar dengan kriteria memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 dua milyar lima ratus juta rupiah. 3 Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan kriteria memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 sepuluh milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.2.500.000.000,00 dua milyar lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 lima puluh milyar rupiah. Tabel 2 Kriteria UMKM Menurut UU 20 Tahun 2008 Jenis Usaha Aset dlm juta rupiah Omset dlm juta rupiah - Mikro ≤ 50 ≤ 300 - Kecil 50 – 500 300 – 2.500 - Menengah 500 – 10.000 2.500 -50.000 Sumber: Iwantoro,2006 Sesuai data tahun 2003 Kantor Kementerian Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yang dikutip oleh Hubeis 2004 bahwa jumlah UK menduduki peringkat terbanyak yaitu 41,3 juta unit atau sekitar 99,13 dari skala usaha yang ada di Indonesia. Sedangkan Usaha Menengah dan Besar UMB masing-masing 361.052 unit 0,87 dan 2.158 unit 0,01. Kontribusi UKM terhadap perekonomian Nasional masih dibawah Usaha Besar UB yaitu 43,42 sedangkan UB 44,9. Akan tetapi UKM memiliki angka kesempatan kerja paling besar yaitu 88,92, hal ini berarti skala usaha ini dapat menyerap 88,92 dari seluruh angkatan kerja yang telah bekerja pada 9 sektor kegiatan ekonomi. UKM di Indonesia merupakan salah satu pilar pembangunan ekonomi kerakyatan dan ikut berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia, UKM sudah teruji bahwa mereka memiliki ketahanan hidup yang tinggi disaat krisis ekonomi, maka UKM perlu diberdayakan dengan pendekatan partisipatif dari UKM itu sendiri dalam mengembangkan usahanya. Menurut Hubeis, 2004 bahwa UKM mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut : a. Kelebihan Organisasi internal sederhana terutama pada usaha mikro dan kecil, sedangkan pada usaha menengah cukup terstruktur. Mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan atau padat karya dan berpeluang untuk mengisi pasar ekspor dan mensubtitusi impor. Relatif aman bagi perbankan dalam pemberian kredit. Bergerak dibidang usaha yang cepat menghasilkan. Mampu memperpendek rantai distribusi. Fleksibilitas dalam pengembangan usaha. b. Kekurangan Lemah dalam kewirausahaan dan manajerial. Keterbatasan ketersediaan keuangan. Ketidak mampuan pemenuhan aspek pasar. Keterbatasan pengetahuan produksi dan teknologi Ketidakmampuan informasi. Tidak didukung kebijakan dan regulasi memadai. Tidak terorganisasi dalam jaringan dan kerjasama Sering tidak memenuhi standar. Menurut Hubeis 2009 selain faktor kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh UKM, maka dapat ditemui empat 4 faktor umum yang dapat mempengaruhi kegagalan dan keberhasilan sektor usaha UKM. Empat 4 faktor yang mempengaruhi kegagalan usaha kecil yaitu 1 Manajerial yang tidak kompeten, 2 Kurang memberi perhatian, 3 Sistem kontrol yang lemah dan 4 Kurangnya modal. Sedangkan faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha kecil adalah 1 Kerja keras, motivasi, dan dedikasi, 2 Permintaan pasar akan produk atau jasa yang disediakan, 3 Kompetensi manajerial dan 4 Keberuntungan. Secara umum UKM mempunyai tantangan internal dan eksternal, tantangan internal usaha kecil melekat pada dirinya yaitu kelemahan manajerial dan skala ekonomi terbatas. Sedangkan tantangan eksternal sebagian berasal dari kemitraan yang dibangun dengan usaha besar. Program penyelenggaraan PKBL dilaksanakan melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN, dimana tiap BUMN diwajibkan menyisihkan 1-3 dari laba bersihnya untuk program kemitraan yaitu meningkatkan kemampuan usaha kecil menjadi tangguh, mandiri dan unggul sehingga peranannya dalam penyerapan tenaga kerja, ekspor dan pembentukan produk domestik bruto semakin meningkat Kementrian BUMN, 2003.

C. Pembinaan dan Pengembangan UKM