Kualitas Air HASIL DAN PEMBAHASAN

48 Nilai sisa harian paling tinggi terjadi pada perlakuan P4 pada hari ke- 42 yaitu 12,27, sedangkan yang paling rendah pada perlakuan P3 hari ke-13 yaitu 9,53. Rata-rata sisa tersisa dari perlakuan P3 sebesar 10,16 dan P4 sebesar 11,73. Volume air laut sebanyak 8 liter dan injeksi sebanyak 2x100 ccmenit memengaruhi kesetimbangan karbondioksida dalam air laut. Hal ini sesuai dengan Teori Boyd 1988 yang mengategorikan kelarutan di perairan bahwa pada temperatur 25-27 °C berkisar antara 0,45-0,48 mgL. Besarnya nilai temperatur berkebalikan dengan nilai kelarutan karbondioksida.

4.4 Kualitas Air

Penelitian ini melakukan pengukuran beberapa kualitas air, yaitu temperatur, salinitas, dan derajat keasaman pH. Nilai temperatur air selama kultivasi Gelidium latifolium tersaji pada Gambar 18. Gambar 18. Parameter temperatur air selama kultivasi Gelidium latifolium Selama 6 minggu pemeliharaan, temperatur air bervariasi antara 25-27 ⁰C. Perubahan temperatur disebabkan oleh redup terangnya penyinaran matahari. 49 Pada hari yang sama nilai temperatur pun sama, karena penempatan posisi akuarium berada di posisi yang terpapar cahaya matahari, namun besarnya tidak fluktuatif karena temperatur ruangan terkontrol oleh AC. Menurut Luning 1990 makroalga mempunyai kisaran temperatur spesifik karena adanya enzim pada tubuhnya. Makroalga dapat tumbuh di daerah tropis pada kisaran temperatur 20- 30 ⁰C dan hidup optimal pada temperatur 28 ⁰C. Gelidium latifolium tidak dapat tumbuh dengan baik jika rentang temperaturnya luas. Tunas thallus mengalami pemberhentian pertumbuhan dikarenakan perubahan temperatur yang fluktuatif. Temperatur juga memengaruhi kelembaban udara di sekitar lingkungan tempat kultivasi. Kelembaban yang tinggi juga tidak begitu bagus untuk pertumbuhan Gelidium latifolium saat kultivasi. Parameter kualitas air yang diukur selanjutnya adalah salinitas. Nilai salinitas semua perlakuan besarnya sama di setiap pengukuran. Nilai salinitas air selama kultivasi Gelidium latifolium tersaji pada Gambar 19. Gambar 19. Parameter salinitas air selama kultivasi Gelidium latifolium 50 Salinitas yang dianjurkan untuk makroalga adalah salinitas pada kisaran 28-34 ppt Zatnika dan Angkasa, 1994. Menurut Dawes 1981 kisaran salinitas yang baik untuk budidaya makroalga berkisar 30-35 ppt. Soegiarto et al. 1978 pun berpendapat bahwa salinitas yang cocok untuk budidaya makroalga adalah 32-35 ppt. Salinitas air pada penelitian yang dilakukan berkisar antara 32-34 ‰. Nilai ini masih berada dalam kisaran salinitas yang dianjurkan. Nilai salinitas tersebut relatif tinggi disebabkan oleh tingkat penguapan air dalam akuarium yang cukup tinggi, sehingga dilakukan penambahan air tawar. Penguapan ditandai adanya butiran garam pada dinding akuarium. Menurut Aslan 1998 Gelidium yang hidup di perairan Indonesia adalah jenis yang yang menyukai salinitas tinggi yaitu 33 ‰. Parameter kualitas air yang diukur adalah derajat keasaman pH. Derajat keasaman yang ideal untuk pertumbuhan makroalga yaitu 8-9. Apabila perairan terlalu asam ataupun terlalu basa maka akan menghambat pertumbuhan makroalga Puslitbangkan, 1991. Menurut Zatnika dan Angkasa 1994 derajat derajat keasaman yang baik untuk pertumbuhan makroalga yaitu antara 7-9 dengan kisaran derajat derajat keasaman optimum sebesar 7,3-8,2. Nilai derajat keasaman air laut pada setiap perlakuan bervariasi mulai dari yang terendah yaitu 6,3 sampai tertinggi 8,8. Nilai derajat keasaman air selama kultivasi Gelidium latifolium tersaji pada Gambar 20. 51 Gambar 20. Parameter derajat keasaman air selama kultivasi Gelidium latifolium Perlakuan berpengaruh terhadap nilai pH, semakin lama injeksi semakin asam air laut. Selain itu, faktor aerasi pun memberikan pengaruh pada perubahan derajat keasaman. Aerasi bisa mengembalikan derajat keasaman air karena adanya penambahan udara dari luar akuarium terutama oksigen yang bisa menurunkan kandungan asam di dalam air. Menurut Mackereth et al. 1989, derajat keasaman sangat berkaitan erat dengan , semakin tinggi kadar maka semakin tinggi derajat keasamannya dan hal ini juga berlaku sebaliknya semakin rendah maka semakin rendah derajat keasamannya. Pada kondisi asam, jumlah dalam air tinggi disebabkan adanya reaksi dan air menghasilkan asam karbonat sedangkan pada konsidi basa bentuk berubah menjadi ion bikarbonat ataupun karbonat. Selama kultivasi kontrol memiliki pH tertinggi 8,77 dan terendah 8,30. Perlakuan P1 memiliki pH tertinggi 7,50 dan terendah 7,33. Perlakuan P2 memiliki pH tertinggi 7,30 dan terendah 7,07. Perlakuan P3 memiliki pH tertinggi 7,13 dan terendah 6,63. Perlakuan P4 memiliki pH tertinggi 6,63 dan terendah 6,20. 52

4.5 Isolasi Fungi Penghambat Pertumbuhan