Uji Kadar Karbohidrat Analisis Data

31

3.4 Uji Kadar Karbohidrat

Uji kadar karbohidrat dilakukan dengan menggunakan proses hidrolisis asam. Berikut adalah tahapan proses uji kadar pati Gelidium latifolium dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Proses uji kadar karbohidrat Gelidium latifolium Gelidium latifolium kering 5 gram Hidrolisis dengan HCL 3 selama 3 jam Biarkan sampai dingin Penetralan dengan NaOH 4N sampai berwarna merah muda Didihkan 10 menit endapan merah bata Penambahan indikator PP Menambahkan kanji 2 biru tua Setelah dingin + KI 30 10 mL dan 25 25 mL Titrasi menggunakan Na-tiosulfat 0,1 N Pengenceran sampai 500 mL Menyaring sampai 10 mL + Luff schrool 25 mL + aquades 15 mL Titrasi sampai berwarna putih susu 32 Uji karbohidrat di atas adalah metode yang resmi ditetapkan oleh BSN dalam SNI 01-2891-1992 yaitu analisis total karbohidrat dengan menggunakan metode Luff Schrool.

3.5 Analisis Data

Penelitian ini menggunakan model Rancangan Acak Lengkap dengan lima perlakuan dan enam kelompok. Data dianalisis secara statistik menggunakan Analisis Ragam ANOVA pada selang kepercayaan 95. ANOVA adalah teknik analisis statistik yang dapat memberikan jawaban atas ada tidaknya skor pada masing-masing kelompok, dengan suatu resiko kesalahan sekecil mungkin Irianto, 2004. Menurut Mattjik dan Sumertajaya 2002 persamaan Rancangan Acak Kelompok adalah sebagai berikut : μ + + + …………………. 10 Keterangan: = perlakuan injeksi ke-i dan kelompok minggu ke-j μ = nilai tengah umum = pengaruh akibat perlakuan injeksi ke-i = pengaruh kelompok minggu ke-j = kesalahan perlakuan percobaan pada perlakuan jenis bahan organik ke-i dan ulangan ke-j Untuk melihat pengaruh perbedaan perlakuan terhadap laju pertumbuhan Gelidium latifolium , dilakukan analisis ragam dengan uji F. Setelah didapatkan hasil beda nyata, dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan untuk membandingkan semua pasangan perlakuan yang ada Boer, 2008. Uji Duncan didasarkan pada 33 sekumpulan nilai beda nyata yang ukurannya semakin besar tergantung pada jarak pada pangkat-pangkat dari dua nilai tengah yang dibandingkan. Selain itu, dilakukan uji regresi agar bida mengetahui pola pertumbuhan pada hari tertentu dengan variabel x sebagai periode kultivasi dan variabel y sebagai besar laju pertumbuhan biomassa harian Gelidium latifolium. 34

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Bobot Basah Gelidium latifolium

Penelitian menunjukkan bahwa pertambahan bobot basah rata-rata setiap ulangan pada kultivasi Gelidium latifolium dari perlakuan yang berbeda memiliki hasil beragam. Pertambahan bobot basah paling tinggi ditunjukkan oleh kultivasi P2 yaitu injeksi sebanyak 3.000 cc 200 cc x 15 menit per 3 hari dan aerasi, sedangkan yang paling rendah adalah kultivasi P4 yaitu injeksi sebanyak 3.000 cc 200 cc x 15 menit per 3 hari tanpa aerasi Lampiran 1. Pertambahan bobot basah rata-rata memengaruhi bobot basah pada akhir periode kultivasi. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Bobot basah rata-rata dan simpangan baku pada akhir kultivasi Gelidium latifolium Keterangan : K = kontrol yaitu dengan hanya diberikan aerasi terus-menerus. P1 = injeksi 2.000 cc 200 cc x 10 menit per 3 hari dan aerasi. P2 = injeksi 3.000 cc 200 cc x 15 menit per 3 hari dan aerasi. P3 = injeksi 2.000 cc 200 cc x 10 menit per 3 hari tanpa aerasi. P4 = injeksi 3.000 cc 200 cc x 15 menit per 3 hari tanpa aerasi.