C. PEMANENAN
Alat pemanenan udang dan ikan hampir sama. Alat yang digunakan untuk memanen udang juga dapat digunakan untuk memanen ikan. Untuk pemanenan udang, seperti udang
windu dilakukan setelah pemeliharaan selama 4 bulan. Alat yang digunakan untuk memanen antara lain waring dan sero daeng. Tetapi 2 dari 3 orang responden pembudidaya biasanya
menggunakan waring sebagai alat untuk memanen. Sebelumnya waring dipasang di dekat pintu tambak, pemasangan waring sebaiknya dilakukan pada malam hari, karena pada malam
hari udang windu aktif bergerak mengelilingi tambak untuk mencari makan. Panen dilakukan dengan mengeringkan tambak dengan cara membuka pintu tambak
yang dibantu dengan menggunakan pompa, kemudian waring ditaruh di dekat pintu tambak, pada saat air terbuang maka, udang akan ikut masuk ke dalam waring. Apabila pada saat
dilakukan panen masih ada udang windu di tambak maka, udang windu tersebut diambil dengan menggunakan tangan. Survival Ratenya adalah 49.95 Agustina 2006, diacu dalam
Manurung 2006. Secara umum, pemanenan udang dapat dilakukan dengan pemanenan sebagian dan
pemanenan total. Pemanenan sebagian biasanya hanya dilakukan pada pemeliharaan ekstensif atau tradisional, atau penangkapan secara selektif. Pada penangkapan selektif, hanya udang
yang sudah besar siap untuk dipanen. Udang yang masih standar ukurannya dikembalikan lagi ke dalam tambak agar dapat tumbuh lebih besar. Alat yang biasa atau yang paling umum
dipergunakan untuk pemanenan sebagian adalah prayang atau bubu. Bentuk alat yang dipergunakan dapat dilihat pada Gambar 2.
Menurut Adisukresno 1978, diacu dalam Karim 2006, pemanenan sebagian mempunyai beberapa permasalahan yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Membutuhkan banyak tenaga kerja musiman untuk menarik jaring.
2. Jika di kolam ini terdapat ikan liar seperti lele, gabu, mujahir, dan sebagainya, maka
mereka tidak bisa dibersihkan dari kolam. 3.
Penguraian bahan organik di dasar kolam berlangsung terus hingga suatu saat dapat membahayakan kehidupan udang.
Pemanenan total adalah pemanenan terhadap semua udang di dalam tambak, banyak dilakukan di tambak semi-intensif atau intensif yang umumnya ukuran udang lebih seragam.
Sebelum pemanenan, biasanya air tambak harus disurutkan sampai ke dalaman tertentu, yaitu 20-50 cm. Penyusutan dapat dilakukan dengan pompa air yang pada bagian ujung
penghisapnya diberi kasa untuk mencegah udang ikut terhisap bersama air atau dengan memanfaatkan pasang surut air laut. Jika kolam memiliki pengeluaran air dengan sistem
monik atau pintu air untuk mengeringkan kolam maka udang dapat dipanen dengan memasang jaring penadah pada bukaan air. Pintu air dibuka dan diatur agar air mengalir perlahan-lahan
agar udang tidak banyak yang tertinggal atau bersembunyi di dalam lumpur. Udang akan keluar bersama dengan air dan tertadah didalam jaring yang terpasang itu. Bentuk alat yang
dipergunakan dapat dilihat pada Gambar 3. Alat pemanen udang yang lebih modern adalah jaring trawl listrik. Jaring itu
berbentuk dua buah kerucut. Badan kantung mempunyai bukaan persegi panjang. Mulut kantung yang posisinya di bawah, dipasang pemberat agar tenggelam lumpur. Bagian atas
mulut jaring diberi pelampung agar dapat mengambang dipermukaan air. Bagian bibir bawah mulut jaring dipasang kawat yang dapat dialiri listrik dari sebuah aki berkekuatan 3-12 Volt.
Aki ditaruh di atas rakit kecil atau waskom plastik yang ringan agar saat digunakan dapat mengapung dan tidak terkena air. Jaring dipegangi 3-4 orang yang berjalan di dalam petakan
tambak Suyanto dan Takarina, 2009. Jaring trawl listrik dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini.
Menurut Adisukresno 1978, diacu dalam Karim 2006, pemanenan secara total mempunyai beberapa kerugian diantaranya :
1. Udang-udang yang masih berukuran kecil akan ikut terpanen. Udang tersebut harganya
lebih murah padahal kalau belum dipanen mereka mempunyai kesempatan untuk tumbuh mencapai ukuran konsumsi yang harganya lebih tinggi.
2. Air yang sudah kaya dengan berbagai jenis mineral dan organisme yang merupakan
makanan alami udang terpaksa harus dibuang. Padahal untuk membuat air menjadi kaya akan mineral dan organisme dibutuhkan waktu berbulan-bulan.
A = lubang atau celah tempat udang masuk dan terjebak; B = lubang yang diberi tutup dari kayu untuk mengeluarkan udang yang telah terperangkap Suyanto dan Takarina, 2009
Gambar 2. Prayang atau bubu udang yang dibuat dari iratan bambu Suyanto dan Takarina, 2009
A B
Gambar 4. Jaring listrik yang dioperasikan oleh seorang operator Suyanto dan Takarina, 2009
D. TINGKAT KELULUSAN HIDUP