TINGKAT KELULUSAN HIDUP KOMODITAS

Faktor yang menyebabkan komoditas yang berada di tangki hisap hanya sedikit yang turun ke dalam tangki pemanenan yaitu terlalu jauhnya jarak penghubung yang berfungsi sebagai saluran turunnya komoditas antara tangki hisap dengan tangki pemanen, sifat dan tingkah laku dari komoditas itu sendiri yang tidak bergerak ke dasar tangki. Faktor lain adalah kebiasaan komoditas yang hidup berkoloni. Dari perbandingan jumlah komoditas yang pindah dari tangki hisap ke tangki pemanenan terlihat udang lebih banyak turun dari pada ikan mas. Hal ini juga membuktikan hasil dari waktu dan kecepatan turunnya udang dan ikan mas dipembahasan sebelumnya, yang menjelaskan udang memiliki naluri yang lebih tinggi untuk turun ke dasar air daripada ikan mas. Namun dari hasil sedikitnya jumlah salah satu komoditas yang turun dari tangki hisap ke tangki pemanenan dalam hal ini adalah ikan mas, menyebabkan mesin pemanen yang bekerja secara semi kontinyu untuk memanen udangikan ini belum efektif digunakan untuk pemanenan.

F. TINGKAT KELULUSAN HIDUP KOMODITAS

Pengukuran tingkat kelulusan komoditas dipergunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan perancangan mekanisme sistem pemanenan baru pada mesin pemanen udangikan tipe vertikal yang bekerja secara semi kontinyu. Data yang diperoleh dari hasil pengujian berupa jumlah komoditas yang berhasil dipanen dengan kondisi hidup, kondisi mati, dan kondisi cacat. Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali ulangan dengan mempergunakan jumlah sampel komoditas sebanyak 250 ekor. Komoditas yang diujikan adalah udang dan ikan. Udang yang diujikan pada mesin pemanen tipe vertikal ini berukuran panjang 2-3 cm dan lebar 0.5-0.8 cm. Ukuran udang yang diambil disesuaikan dengan diameter saluran penghisapan ¾ inchi atau 1.905 cm. Adapun ukuran udangnya dapat dilihat pada Gambar 31 berikut ini. Gambar 30. Kondisi ikan mas di dalam tangki hisap a dan di dalam tangki pemanenan b a b Gambar 31. Ukuran udang yang diujikan Hasil pengujian menunjukkan bahwa tingkat kelulusan udang dalam kondisi hidup hampir mendekati sempurna yaitu 99.16, komoditas dengan kondisi mati sebesar 0.84, dan komoditas dengan kondisi cacat sebesar 0.08, dengan waktu pemanenan rata-rata 44 detik. Hasil ini juga tidak jauh berbeda dengan hasil tingkat kelulusan hidup komoditas pada mesin pemanen yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Adapun hasil pengujian lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10. Setelah pemanenan dilakukan udang yang dipanen masih dalam kondisi baik. Berikut Gambar 32 kondisi udang yang masih hidup dan masih terlihat segar. Gambar 32. Kondisi udang yang masih hidup setelah pemanenan Faktor yang menyebabkan ketidaksempurnaan pada pengujian ini adalah kondisi sistem yang belum 100 vakum. Faktor lain yang menyebabkan adanya komoditas yang mati atau cacat adalah tersangkut pada jaring pada saat mekanisme sistem penghisap bekerja dan terjepit di dalam kran pemisah antara tangki hisap dengan tangki pemanenan saat dilakukan buka tutup kran. Selain itu juga diakibatkan dari kondisi udang yang sudah tidak dalam kondisi yang baik, karena dipergunakan berulang-ulang pada saat pengujian. Kondisi udang yang mengalami cacat seperti terpotongnya bagian dari tangan udang yang dapat dilihat pada Gambar 33 berikut ini. Gambar 33. Kondisi udang yang cacat saat pemanenan Adapun untuk ikan mas yang diujikan adalah yang berukuran panjang 2-5 cm dan lebar berkisar 1-1.5 cm. Ukuran ikan yang diambil disesuaikan dengan diameter saluran penghisapan ¾ inchi atau 1.905 cm. Adapun ukuran ikannya dapat dilihat pada Gambar 34. Dari hasil data pemanenan, tingkat kelulusan hidup ikan mas cukup tinggi yaitu 99,72, dengan kondisi ikan mas yang mati 0,28. Dalam pemanenan ini tidak terdapat ikan mas yang kondisinya cacat. Hasil tingkat kelulusannya dapat dilihat pada Lampiran 12. Ikan mas yang mati dikarenakan kondisi ikan yang sudah stress akibat digunakan secara berulang-ulang saat pengambilan data pemanenan. Kondisi ikan mas yang terlihat masih hidup saat pemanenan dilakukan dapat dilihat pada Gambar 35. Gambar 34. Ukuran ikan yang diujikan Gambar 35. Kondisi ikan mas yang masih hidup di tangki isap a, dan tangki pemanenan b a b VI. KESIMPULAN DAN SARAN