TUJUAN GAMBARAN UMUM UDANG

dalam waktu bersamaan. Cara lain adalah dengan menggunakan jaring trawl yang bagian mulutnya dialiri listrik dan ditarik oleh 3-4 orang dengan mengelilingi tambak. Hal ini selain dapat mengakibatkan udang stress yang akhirnya berdampak pada kematian, juga beresiko bagi pemanen yang harus masuk ke dalam tambak Suyanto dan Takarina, 2009. Dalam pemanenan hasil perikanan, alat pemanenan yang ada di Indonesia cukup beragam. Kendala yang dihadapi dalam pemanenan hasil perikanan ini adalah banyaknya membutuhkan sumber daya dan masih minimnya ilmu dan keterampilan dalam memanen. Salah satu cara untuk meminimalisir kendala tersebut adalah penggunaan mesin pemanen secara mekanis dalam pemanenan hasil tambak. Kendala lain yang dihadapi adalah hasil panen yang masih mengalami kecacatan dan tingkat mortalitas yang tinggi. Meskipun sudah mempergunakan mesin pemanen mekanis, namun kendala ini masih belum dapat secara sepenuhnya teratasi. Penelitian tentang hal ini sudah lama dilakukan, dimulai dari penelitian Hamdani 2005 yang kemudian dilanjutkan oleh Kharim 2006 yang keduanya meneliti pemanenan udang dengan melewatkan udang ke dalam aliran pompa. Hasilnya belum bisa dikatakan sempurna, karena masih banyaknya komoditas yang cacat saat dipanen. Kemudian dilanjutkan lagi oleh Gumilang 2011 yaitu perancangan mekanisme baru dengan sistem pengisap pada mesin pemanen udangikan. Pada perancangan ini sistem penghisap yang terjadi pada tabung hanya bisa digunakan untuk sekali pemanenan, kemudian dibuat dua tabung silinder agar mesin pemanen dapat bekerja secara kontinyu. Hasil tingkat kelulusan hidup komoditas hampir mendekati sempurna. Namun masih adanya kekurangan pada mesin pemanen tersebut yaitu tingkat kesulitan yang cukup besar dalam pengoperasian saat pemanenan. Kesulitan pengoperasiannya yaitu pada pemanenan pertama, sistem penghisap akan bekerja pada tangki yang pertama, setelah tangki pertama ini sudah penuh dengan komoditas maka pemanenan dilakukan pada tangki kedua. Setelah tangki kedua sudah penuh, pemanenan akan dilanjutkan lagi dengan tangki pertama. Dimana komoditas yang ada di tangki pertama sudah dipindahkan ke dalam bak penampung. Begitu seterusnya pemanenan dilakukan dengan mesin ini. Pada saat pemanenan banyak sekali komponen-komponen yang dioperasikan. Oleh karena itu, mesin ini cukup mempersulit untuk pemanenan udangikan. Dalam penelitian ini akan merancang mekanisme hisap vakum pada mesin pemanenan udangikan agar bekerja semi kontinyu dengan tingkat kemudahan yang cukup tinggi dalam pengoperasian mesin pemanen. Sistem penghisap dirancang satu tangki. Agar bekerja secara semi kontinyu, tangki hisap ini dihubungkan dengan tangki pemanenan yang dirancang vakum dengan posisi vertikal. Oleh karena itu, dengan solusi ini berharap mampu membuat modifikasi sistem yang akan dipergunakan dalam memanen hasil udangikan dengan tetap mempertahankan tingkat efisiensi dan efektivitas mesin pemanenan dan tingkat kelulusan hidup produk hasil panen udangikan yang tinggi.

B. TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk merancang mekanisme hisap vakum pada mesin pemanen udangikan agar bekerja secara semi kontinyu dengan tingkat kemudahan yang cukup tinggi dalam pengoperasiannya, sehingga menghasilkan sistem pemanenan baru yang lebih efisien dan efektif dengan tetap mempertahankan hasil pemanenan dengan tingkat kelulusan hidup yang tinggi. II. TINJAUAN PUSTAKA

A. GAMBARAN UMUM UDANG

Udang memiliki ciri-ciri umum yaitu memiliki tubuh yang beruas-ruas, kaki bersambungan, tubuh terdiri dari kepala, thoraks dan abdomen. Umumnya udang yang terdapat di pasaran sebagian besar terdiri dari udang laut. Seluruh tubuh udang tertutup oleh kerangka luar yang disebut eskoskeleton, yang terbuat dari chitin. Kerangka tersebut mengeras, kecuali pada sambungan-sambungan antara dua ruas tubuh yang berdekatan. Hal ini memudahkan mereka untuk bergerak lebih fleksibel. Secara nyata, tubuh udang dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu kepala-dada cephalothorax yang tertutup oleh sebuah kelopak yang disebut karapas atau dinamakan dengan cangkang kepala atau kelopak kepala Carapae. Karapas mempunyai tonjolan yang meruncing kearah depan yaitu cucuk kepala rostrum. Kemudian, bagian belakang cephalothorax ada badan abdomen dan ekor. Dan bagian dada, disetiap ruas terdapat sepasang anggota badan yang disebut pereopoda Suyanto dan Takarina, 2009. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 dengan morfologi udang galah berikut ini. Keterangan: 1. Rostrum; 2. Kepala+dada cephalothorax; 3. Badan abdomen; 4. Ekor uropoda; 5. Mata; 6-7. Antena, antenula; 8. Capit ukuran besarpanjang pada jantan; 9. Kaki jalan pleopoda; 10. Kaki renang peripoda, Sumber : www.pusluh.kkp.go.idindex.phparsipfile108udang.pdf. Gambar 1. Morfologi udang galah Macrobrachium rosenbergii, de Man. Menurut Suyanto dan Takarina 2009, beberapa jenis udang laut yang hidup di tambak kebanyakan dari famili Penaeidae, yakni udang windu Penaeus monodon, udang putih P. Merguiensis dan P. indicus, dan udang api-api dari marga Metapenaeus yang spesiesnya ada beberapa macam maka disebut dengan Metapenaeus spp. Disamping itu terdapat juga jenis udang-udang dari keluarga lain, tetapi umumnya kurang populer dan memiliki harga pasaran yang lebih rendah. Sebagian kecil terdiri dari udang air tawar, terutama di daerah sekitar sungai besar dan rawa dekat pantai. Secara keseluruhan, udang mempunyai sifat nokturnal, artinya udang aktif bergerak dan mencari makan pada suasana yang gelap atau redup. Bila sinar terlalu cerah, udang akan diam berlindung di dasar perairan. Udang lebih suka tinggal di dasar perairan bentik, menempel pada sesuatu benda di dalam air Suyanto dan Takarina, 2009. Udang pada umumnya terangsang oleh gerakan air. Apabila ada air masuk, mereka akan aktif bergerak, berenang mengelilingi tambak, dan kemudian mengerombol di dekat pintu air. Mereka akan lebih aktif lagi bergerak pada waktu pasang purnama dan pasang purbani. Puncak gerakan terjadi beberapa saat setelah matahari dan beberapa saat sebelum matahari terbit. Udang besar cenderung untuk lari ke laut, sehingga mereka akan lolos bila air keluar Manurung, 2006. Dalam kondisi air yang diam, udang cenderung berada di dasar permukaan. Sistem pancaindera udang memberi petunjuk bagi pergerakannya Hasler, 1996, vide Cobb and Phillips, 1980, diacu dalam Anwar 2001. Walaupun penglihatan secara langsung tidak penting untuk pergerakan udang, akan tetapi sebagai tambahan untuk pergerakanya pada jarak yang pendek Herrnkind and Mclean, 1971 vide Cobb and Phillips, 1980, diacu dalam Anwar 2001.

B. GAMBARAN UMUM IKAN