Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pernikahan Dini
merupakan sebuah solusi dari kesulitan yang mereka hadapi. Terutama bagi perempuan, dimana kondisi ekonomi yang sulit, para orangtua lebih memilih mengantarkan putri
mereka untuk menikah, karena paling tidak beban mereka akan berkurang. Tetapi berbeda bagi anak laki-laki yang mempunyai peran dalam kehidupan berumah tangga
sangatlah besar, sehingga bagi kaum adam minimal harus mempunyai keterampilan terlebih dahulu sebagai modal awal membangun rumah tangga mereka. Bagi sebuah
keluarga yang miskin, pernikahan usia dini dapat menyelamatkan masalah sosial ekonomi keluarga.
b. Faktor Pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan menjadikan para remaja tidak mengetahui berbagai dampak negatif dari pernikahan anak. Dengan demikian meraka menikah tanpa memiliki
bekal yang cukup tentang dampak bagi kesehatan reproduksi, mereka tentu tidak tahu. Untuk itu perlu sosialisasi dampak negatif ini, karena rata-rata mereka hanya lulusan SD.
Padahal pentingnya untuk memberikan pendidikan seks mulai anak berusia dini. Hal ini bertujuan agar anak nantinya setelah dewasa mengetahui betul perkembangan reproduksi
mereka, bagaimana menjaga kesehatan reproduksi mereka, dan kapan atau pada usia berapa mereka sudah bisa memantaskan diri untuk siap melakukan hubungan yang sehat.
c. Kekhawatiran Orang Tua Orang tua khawatir kena aib karena anak perempuannya berpacaran dengan laki-
laki sangat dekat sehingga segera mengawinkan anaknya. d. Media Massa
Banyaknya media massa yang menayangkan seks menyebabkan remaja modern kian permisif suka membolehkan terhadap seks.
h. Faktor Adat Faktor adat juga turut mengambil andil yang cukup besar, karena kebudayaan ini
diturunkan dan sudah mengakar layaknya kepercayaan. Dalam adat setempat mempercayai apabila anak perempuannya tidak segera menikah, itu akan memalukan
keluarga karena dianggap tidak laku dalam lingkungannya. Atau jika ada orang yang secara finansial dianggap sangat mampu dan meminang anak mereka, dengan tidak
memandang usia atau status pernikahan, kebanyakan orangtua menerima pinangan tersebut karena beranggapan masa depan sang anak akan lebih cerah, dan tentu saja ia
diharapkan bisa mengurangi beban sang orangtua. Tak lepas dari hal tersebut, tentu saja banyak dampak yang tidak terpikir oleh mereka sebelumnya.
Menurut R.T. Akhmad Jayadiningrat, sebab-sebab utama dari perkawinan usia muda adalah:
a. Keinginan untuk segera mendapatkan tambahan anggota keluarga
b. Tidak adanya pengertian mengenai akibat buruk perkawinan terlalu muda, baik bagi
mempelai itu sendiri maupun keturunannya. c.
Sifat kolot orang jawa yang tidak mau menyimpang dari ketentuan adat. Kebanyakan orang desa mengatakan bahwa mereka itu mengawinkan anaknya begitu muda hanya
karena mengikuti adat kebiasaan saja. Terjadinya perkawinan usia muda menurut Hollean dalam Suryono disebabkan
oleh: a.
Masalah ekonomi keluarga b.
Orang tua dari gadis meminta masyarakat kepada keluarga laki-laki apabila mau mengawinkan anak gadisnya.
c. Bahwa dengan adanya perkawinan anak-anak tersebut, maka dalam keluarga gadis
akan berkurang satu anggota keluarganya yang menjadi tanggung jawab makanan, pakaian, pendidikan, dan sebagainya Soekanto, 1992.
Menurut teori Syafrudin dan Mariam, 2010. Faktor yang menyebabkan pernikahan usia dini adalah :
1. Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan secara umum dapat didefenisikan adalah suatu usaha pembelajaran yang
direncanakan untuk mempengaruhi individu ataupun kelompok sehingga mau melaksanakan tindakan-tindakan untuk menghadapi masalah-masalah dan meningkatkan kesehatannya.
Berkaitan dengan defenisi tersebut, maka pendidikan dibedakan atas tiga jenis yaitu pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan nonformal.
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Pendidikan formal terdiri dari pendidikan formal berstatus negeri dan pendidikan formal berstatus swasta.
Semakin muda usia menikah, maka semakin rendah tingkat pendidikan yang dicapai oleh seorang anak. Pernikahan anak seringkali menyebabkan anak tidak lagi bersekolah,
karena kini ia mempunyai tanggungjawab baru, yaitu sebagai istri dan sebagai calon ibu, atau kepala keluarga dan calon ayah, yang lebih banyak berperan mengurus rumah tangga dan
anak yang akan hadir. Pola lainnya yaitu karena biaya pendidikan yang tak terjangkau, anak
berhenti sekolah dan kemudian dinikahkan untuk mengalihkan beban tanggungjawab orangtua menghidupi anak tersebut kepada pasangannya UNICEF, 2006. Dari berbagai
penelitian didapatkan bahwa terdapat korelasi antara tingkat pendidikan yang rendah dan usia saat menikah.
2. Ekonomi Motif ekonomi, harapan tercapainya keamanan sosial dan finansial setelah menikah
menyebabkan banyak orangtua menyetujui pernikahan usia dini UNICEF, 2001. Secara umum, pernikahan anak lebih sering dijumpai di kalangan keluarga miskin, meskipun terjadi
pula di kalangan keluarga ekonomi atas. Di banyak negara, pernikahan anak seringkali terkait dengan kemiskinan. Sayangnya, pernikahan gadis ini juga menikah dengan dengan pria
berstatus ekonomi tak jauh berbeda, sehingga menimbulkan kemiskinan baru. 3. Sosial Budaya
Budaya adalah satu kesatuan yang kompleks, termasuk didalamnya pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, adat istiadat, dan kesanggupan serta kebiasaan yang diperolah
manusia sebagai anggota masyarakat. Latar belakang budaya mempunyai pengaruh yang penting terhadap aspek kehidupan manusia, yaitu kepercayaan, tanggapan, emosi, bahasa,
agama, bentuk keluarga, diet, pakian, bahasa tubuh • Adat Istiadat
Di banyak daerah di Indonesia ada semacam anggapan jika anak gadis yang telah dewasa belum berkeluarga dipandang merupakan aib keluarga. Untuk mencegah aib tersebut, para
orangtua berupaya secepat mungkin menikahkan anak gadis yang dimilikinya, yang pada akhirnya mendorong terjadinya pernikahan dini.
• Pandangan dan kepercayaan
Di banyak daerah masih ditemukan adanya pandangan dan kepercayaan yang salah, misalnya kedewasaan seseorang dinilai dari status pernikahan, adanya anggapan bahwa
status janda lebih baik daripada perawan tua, adanya anggapan bahwa kejantanan seseorang dinilai dari seringnya melakukan pernikahan.
UNICEF mengemukakan dua alasan utama terjadinya pernikahan dini early marriage:
1. Pernikahan dini sebagai sebuah strategi untuk bertahan secara ekonomi early
marriage as a strategy for economic survival. Kemiskinan adalah faktor utama yang menyebabkan timbulnya pernikahan dini.
Ketika kemiskinan semakin tinggi, remaja putri yang dianggap menjadi beban ekonomi keluarga akan dinikahkan dengan pria lebih tua darinya dan bahkan sangat
jauh jarak usianya. Hal ini adalah strategi bertahan sebuah keluarga. 2.
Untuk melindungi wanita protecting girls Pernikahan dini adalah salah satu cara untuk memastikan bahwa anak perempuan yang
telah menjadi istri benar-benar terlindungi, melahirkan anak yang sah, ikatan perasaan yang kuat dengan pasangan, dan sebagainya. Menikahkan anak di usia muda merupan
salah satu cara untuk mencegah anak dari perilaku seks pranikah. Kebanyakan masyarakat sangat menghargai nilai keperawanan dan dengan sendirinya hal ini
memunculkan sejumlah tindakan untuk melindungi anak perempuan mereka dari perilaku seksual pranikah.
Mathur, Greene, dan Malhotra 2003 dalam International Center for Research On Women ICRW, juga mengungkapkan beberapa penyebab pernikahan dini, yaitu:
1. Peran gender dan kurangnya alternatif gender roles and a lack of alternatives
Remaja adalah peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dan merupakan suatu periode ketika anak laki-laki dan anak perempuan menghadapi sejumlah tekanan yang
menuntut mereka untuk menyesuaikan diri, menyelidiki, dan mengalami kehidupan seperti yang telah budaya definisikan. Anak laki-laki pada sebagian besar masyarakat
menghadapi tekanan sosial dan budaya selama masa remaja untuk berhasil di sekolah, membuktikan seksualitasnya, ikut serta dalam olahraga dan aktivitas fisik,
mengembangkan kelompok sosial dengan teman sebayanya, menunjukkan kemampuan mereka dalam menangani ekonomi keluarga dan tanggung jawab
finansial. Remaja putri mengalami hal yang berlawanan. Pengalamam masa remaja bagi para remaja putri di banyak negara berkembang lebih difokuskan pada masalah
pernikahan, menekankan pada pekerjaan rumah tangga dan kepatuhan, serta sifat yang baik untuk menjadi istri dan ibu.
2. Nilai virginitas dan ketakutan mengenai aktivitas seksual pranikah value of virginity
and fears about premarital sexual activity Beberapa budaya di dunia, wanita tidak memiliki kontrol terhadap seksualitasnya,
tetapi merupakan properti bagi ayah, suami, keluarga, atau kelompok etnis mereka. Oleh karena itu, keputusan untuk menikah, melakukan aktivitas seksual, biasanya
anggota keluarga yang menentukan, karena perawan atau tidaknya seseorang sebelum menikah menentukan harga diri keluarga. Ketika anak perempuan mengalami
menstruasi, ketakutan akan aktivitas seksual sebelum menikah dan kehamilan menjadi perhatian utama keluarga.
3. Pernikahan sebagai usaha untuk menggabungkan dan transaksi marriage alliances
and transactions
Tekanan menggunakan pernikahan untuk memperkuat keluarga, kasta, atau persaudaraan yang kemudian membentuk penggabungan politik, ekonomi, dan sosial
cenderung menurunkan usia untuk menikah pada beberapa budaya. Transaksi ekonomi juga menjadi bagian integral dalam proses pernikahan.
4. Kemiskinan the role of proverty
Kemiskinan dan tingkat ekonomi lemah juga merupakan alasan yang penting menyebabkan pernikahan dini pada remaja putri. Remaja putri yang tinggal di
keluarga yang sangat miskin, sebisa mungkin secepatnya dinikahkan untuk meringankan beban keluarga.
Adapun pernikahan usia remaja yang disebabkan oleh faktor dari diri sendiri, yaitu:
1. Menurut Sarwono 2006, pernikahan muda atau pernikahan dini banyak terjadi pada
masa pubertas karena remaja sangat rentan terhadap perilaku seksual yang membuat mereka melakukan aktivitas seksual sebelum menikah sehingga menyebabkan
kehamilan yang kemudian solusinya adalah dengan menikahkan mereka. 2.
Sanderowitz dan Paxman dalam Sarwono 2006 menyatakan bahwa pernikahan muda juga sering terjadi karena remaja berpikir secara emosional untuk melakukan
pernikahan. Mereka berpikir telah saling mencintai dan siap untuk menikah. Faktor penyebab lain pernikahan muda adalah perjodohan orangtua. Perjodohan sering terjadi
akibat putus sekolah dan permasalahan ekonomi. 3.
Menurut Surjandi 2002, pernikahan usia remaja juga sering disebabkan oleh rasa ingin coba-coba, perubahan organobiologik yang dialami remaja mempunyai sifat
selalu ingin tahu dan mempunyai kecenderungan mencoba hal-hal baru.