Ruang Terbuka Hijau dan Tata Hijau

7 Dengan sistem pendidikan 24 jam maka lingkungan pesantren menjadi satu faktor yang mempengaruhi hasil pendidikan. Menurut Arifin 2008, dalam proses kependidikan Islam suatu lingkungan harus dapat dimanipulasikan menjadi lingkungan yang memberikan suasana yang memperlancar jalannya proses kependidikan Islam. Sedang suasana demikian harus mengandung pengaruh yang edukatif mendidik. Menciptakan suasana religius yang kental di lingkungan pendidikan meliputi tata pergaulan, pakaian, lingkungan sekolah, praktik ibadah, dan lain- lain. Lingkungan ada dua macam, lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik yakni suasana dan keadaan berlangsungnya pendidikan. Lingkungan sosial yakni iklim dan suasana kependidikan. Iklim yang kondusif bagi pencapaian tujuan pendidikan adalah merupakan kurikulum tersembunyi bagi pencapaian tujuan pendidikan Daulay, 2006.

2.3 Ruang Terbuka Hijau dan Tata Hijau

Menurut undang-undang No 26 tahun 2007 RTH adalah area memanjangjalur danatau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alami maupun yang sengaja ditanam. Keberadaan RTH sangat penting terutama dalam menciptakan kenyamanan pada suatu lingkungan. Menurut Permendagri No 1 Tahun 2007, lokasi RTH terbagi menjadi enam kawasan peruntukan ruang kota, yaitu: 1 Kawasan pusat perdagangan meliputi taman lingkungan sekitar pusat perdagangan, 2 Kawasan perdagangan meliputi taman lingkungan kantor, dan jalur hijau jalan, 3 Kawasan pendidikan sekolahkampus meliputi jalan lingkungan kampus, pusat lingkungan dan taman, 4 Kawasan industri dan fasilitasnya meliputi jalur hijau jalan, taman lingkungan pabrik, 5 Kawasan permukiman meliputi halaman rumah, taman lingkungan, fasilitas perumahan, bantaran sungai, daerah rawan erosi, jalur hijau jalan raya dan jalan lingkungan, 6 Kawasan pertanian dan perkebunan meliputi ladang, kebun, sawah, hutan, cagar alam, daerah rawan erosi, bantaran sungai dan konservasi pesisir pantai. 8 Mengacu pada UU No 26 Tahun 2007 proporsi RTH pada wilayah kota paling sedikit 30 dari luas kota. Adanya peraturan batas minimal luas RTH pada kota diharapkan dapat menjamin keseimbangan ekosistem kota, yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta dapat meningkatkan nilai estetika kota. Laurie 1986 menyatakan salah satu dari pembagian ruang terbuka berdasarkan fungsinya adalah untuk kesehatan, kenyamanan, antara lain untuk melindungi kualitas air, pengaturan pembuangan air dan sampah, rekreasi, taman lingkungan, dan taman kota. Tujuan pembentukan RTH di wilayah perkotaan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 antara lain: a Menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan; b Mewujudkan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan di perkotaan; dan c Meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih, dan nyaman. Lingkungan pesantren sebagai bagian dari lanskap perkotaan diharapkan mampu berperan dalam mencapai tujuan RTH tersebut. Sedangkan manfaat RTH bagi lingkungan pesantren adalah sebagai sarana penelitian, pendidikan, dan penyuluhan serta sebagai sarana rekreasi aktif dan rekreasi pasif bagi pengguna lingkungan pesantren. manfaat tersebut juga tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007. Alokasi dan standar kebutuhan RTH menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 05PRTM2008 berdasarkan jumlah penduduk dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Alokasi dan Standar Kebutuhan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk No Unit Lingkungan Tipe RTH Luas MinimalUnit m 2 Luas MinimalKapita m 2 1 250 Jiwa Taman RT 250 1,0 2 2.500 jiwa Taman RW 1.250 0,5 3 30.000 jiwa Taman Kelurahan 9.000 0,3 4 120.000 jiwa Taman Kecamatan 24.000 0,2 Pemakaman Disesuaikan 1,2 5 480.000 jiwa Taman Kota 144.000 0,3 Hutan Kota Disesuaikan 4,0 Untuk Fungsi-Fungsi Tertentu Disesuaikan 12,5 Sumber: Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, 2008 9 Untuk dapat memberikan fungsi yang maksimal maka sangat perlu dilakukan penataan terhadap tanaman pada tapak. Menurut Nurisyah 2004 sebaiknya vegetasi direncanakan untuk saling melengkapi untuk meningkatkan kualitas suatu lanskap atau bentang alam.

2.4 Perencanaan Lanskap